Bab.13

***

"Kenapa lama sekali, hhmm? Riana sudah merengek terus minta pulang," ucap Revan sambil memeluk erat tubuh Ana.

Merasa jika Ana sudah terlalu lama pergi keluar. Revan pun akhirnya mencoba mencari tahu apa yang di lakukan Ana setelah melakukan adminitrasi.

Karena pikir Revan menyelesaikan administrasi tidak akan memakan waktu yang lama. Namun Ana masih belum kembali padahal dia dan juga Riana sudah siap untuk pulang.

Revan pun akhirnya meminta ijin pada Riana untuk keluar sebentar guna mencari sang istri. Namun saat keluar dari ruangan itu. Revan di buat bingung dengan keberadaan Ana dan juga Claudia di halaman rumah sakit tidak jauh dari dirinya berdiri saat ini.

Revan pun memutuskan untuk mendekat ke arah dua wanita yang tampaknya tengah berbicara cukup serius itu. Dan alangkah terkejutnya Revan saat mendengar apa yang di katakan oleh Claudia pada Ana.

Dengan segera, Revan pun mendekati Ana dan menyerukan nama nya. Revan tidak mau jika pembicaraan mereka berlanjut dan menimbulkan kesalahpahaman di antara dirinya dan juga Ana nantinya.

"Sayang, kamu disini rupanya?" seru Revan yang membuat kedua wanita itu menoleh ke arah nya.

Claudia tampak begitu terkejut saat melihat kedatangan Revan di sana. Sementara Ana sendiri, menatap nanar ke arah sang suami yang tengah berjalan mendekatinya.

Tahu jika kondisi sang istri sedang tidak baik baik saja. Revan pun langsung memeluk erat tubuh Ana untuk memberikan ketenangan padanya.

"Ayo, lebih baik kita pulang sekarang. Kasihan Riana, dia sudah tidak betah berada disini," lanjut Revan tanpa mempedulikan kehadiran Claudia yang masih berdiri di sana.

Ana pun tampak mengangguk patuh, lalu mengikuti langkah Revan yang membawa pergi Ana dari sana. Revan bahkan sampai menggenggam erat tangan Ana.

Mencoba memberikan rasa nyaman dan aman pada sang istri. Tidak banyak kata lagi yang terucap dari bibir Ana. Bahkan sampai mobil yang membawa keluarga kecil nya itu tiba di halaman rumah.

Ana masih memilih diam. Ana benar benar di landa kegundahan yang teramat sangat besar. Ana kembali mencoba memikirkan hubungan nya bersama dengan Revan.

Apa benar selama ini Revan menderita? Harus kah Ana melepaskan nya seperti yang di katakan oleh Claudia agar Revan bisa meraih bahagia yang tidak bisa dia berikan untuk pria itu.

Ana sadar, jika selama ini Ana terlalu larut dalam keterpurukan karena kepergian Rey. Dan tanpa Ana sadari, Ana sudah mengabaikan Revan bertahun tahun lamanya.

JIka di ingat kembali. Sungguh kejam sekali sikap Ana pada Revan selama ini. Lalu, haruskah Ana melanjutkan proses perceraian itu?

*

*

"Mama, Papa, Kakak," seruan dari seorang anak kecil lain nya membangunkan Ana dari lamunan nya.

Ana segera menoleh ke arah sumber suara dimana seorang anak laki laki tengah berlari ke arah nya.

Ana langsung menyambut tubuh kecil itu lalu memeluk erat balita yang selama beberapa hari ini dia tinggalkan karena harus menjaga putrinya di rumah sakit.

"Sayang, Mama kangen," ucap Ana berjongkok lalu memeluk erat tubuh mungil Rian, putra nya.

"Sama, Adek juga kangen. Kakak, apa Kakak sudah sembuh?" jawab Rian lalu bertanya pada sang kakak yang saat ini ada dalam gendongan sang papa.

"Kakak sudah mendingan sayang. Ayo kita masuk, ngobrolnya di dalam saja biar Kakak nya bisa sambil istirahat, ya." jawab Revan menuntun sang istri yang saat ini tengah membawa si kecil Rian dalam gendongan nya.

Revan dan Ana pun masuk kedalam rumah dengan membawa ke dua anak nya di dalam gendongan masing masing.

Revan pun langsung membawa Riana masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan tubuh kecil itu di atas kasur yang sudah dibersihkan oleh para art-nya.

"Adek jangan ganggu Kakak dulu ya, biarkan kakaknya istirahat dulu. Kakak baru minum obat dan Kakak harus tidur. Jadi biarkan Kakaknya istirahat dulu, biar kakak segera pulih dan sembuh," ucap Revan setelah membaringkan tubuh Riana di atas kasur lalu menyelimuti gadis itu.

"Iya Papa, aku akan kembali ke kamarku saja, nanti setelah Kakak bangun baru aku akan kembali dan bermain dengannya," jawab Rian sembari keluar dari dalam kamar Riana dan kembali ke kamarnya.

"Ayo lebih baik kita juga istirahat, kamu terlihat lelah sekali," lanjut Revan yang kini beralih berbicara kepada Ana.

Ana tampak menurut, mengikuti langkah kaki Revan menuju ke kamar masing masing.

"Tunggu, mas mau ke mana?" tanya Ana saat melihat Revan terus berjalan melewati pintu kamarnya.

"Aku akan kembali ke kamarku, Aku ingin istirahat sebentar sebelum nanti Riana bangun dan kembali Minta ditemani," jawab Revan yang berjalan menuju ke arah kamarnya.

"Tu_tunggu," ucap Ana lagi menghentikan pergerakan Revan yang hendak masuk ke dalam kamar pribadinya.

"Ada apa? apa ada yang kau bicarakan?" tanya Revan bingung menatap lekat ke arah Ana dengan dahi yang mengerut.

"A_apa sebaiknya, Ma_Mas beristirahat di kamarku," jawab Ana terbatas saking gugupnya saat mengajak Revan beristirahat di ruangan yang sama dengannya.

Revan dibuat tertegun dengan ajakan yang di lakukan oleh Ana saat ini. Revan tidak menyangka jika Ana akan memintanya untuk memasuki kamar yang sama dengannya.

Tidak ingin membuang waktu, Revan pun berjalan cepat lalu menarik Ana memasuki kamar utama rumah itu.

Setiba nya didalam kamar, Revan langsung menutup lalu mengunci pintu kamar itu. Bahkan Tanpa aba aba, Revan langsung menarik Ana dan mempertemukan bibirnya dengan bibir Ana.

Ana membulatkan matanya, tersentak kaget saat tiba tiba Revan menyatukan bibir mereka. Namun detik kemudian, Ana pun mulai memejamkan matanya dan ikut terhanyut dalam pergulatan lidah itu.

*

*

Di apartemen...

"Tu_tuan," lirih Lara dengan nafas yang tersengal sengal saat Ghafin melepas pagutan yang di lakukan olehnya pada Lara.

Tadi saat, Ghafin memanggil Lara ke kamarnya. Entah karena dorongan dari mana, Ghafin tiba tiba langsung menyerang Lara dengan mencium dan ******* habis bibir ranum wanita itu.

Lara yang belum siap akan serangan itu pun awalnya memberontak, namun sayang. Lara kalah tenaga dengan Ghafin dan Akhirnya Lara pun hanya bisa pasrah menerima serangan dari pria itu.

"Ini, adalah hukuman karena kamu sudah menghilang selama bertahun tahun," jawab Ghafin yang kembali ******* bibir ranum Lara untuk kedua kalinya.

"Dan ini, hukuman karena kamu sudah menyembunyikan kehadiran anak ku," lanjut Ghafin setelah melepas pagutan keduanya di bibir Clara.

Setelah merasa tenang, Ghafin pun menarik diri dari atas tubuh Clara lalu mengambil posisi duduk di samping tubuh Clara yang masih terbaring di atas kasur.

"Kenapa kamu menghilang? Dan kenapa tidak mencariku saat anak itu hadir?" tanya Ghafin saat Clara sudah ikut duduk di samping nya.

"Kenapa diam? Jawab, kenapa kamu tidak mencari ku saat kamu hamil."

"I_itu karena aku takut."

"Takut apa?"

"Aku takut tuan akan menolak ku. Aku juga takut kalau tuan tidak akan mengakuinya. Dan lagi, aku tidak tahu tuan siapa dan dari mana. Saat itu, Aku benar benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Semua orang menyuruhku menggugurkan nya, tapi aku tidak bisa. Yang bersalah itu aku, bukan Clarisa. Jika ingin menghukum, hukum saja aku tapi jangan Clarisa," lirih Clara yang kini sudah menjatuhkan air matanya.

*

*****

Terpopuler

Comments

Lina aja

Lina aja

lanjut n semangat

2024-03-15

1

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

semoga terselesaikan slh faham nya😢😢😢🤧

2024-01-12

1

Nurjannah Rajja

Nurjannah Rajja

Haishh, hukuman nyaman. Klenyer klenyer kan...

2023-12-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!