Ungkapan Perasaan

***

"Aku menyukai mu Van. Sudah sejak lama, bahkan sebelum aku tahu kalau kamu adalah Kakak dari pasienku Rey."

"Tapi aku sudah menikah Clau dan kamu tahu betul siapa wanita yang kini jadi istriku,"

"Bukan kah kalian akan bercerai. Aku mohon, terima lah perasaanku ini. Aku akan sabar menunggu hingga kamu benar benar kembali sendiri."

"Kamu tahu dari mana kalau kami akan bercerai?"

"Aku mendengarnya beberapa waktu yang lalu. Dan aku juga tahu jika kamu sudah menjatuhkan talak pada Ana,"

"Clau, sepertinya kamu salah paham. Aku dan Ana, tidak akan pernah berpisah. Untuk apa yang kamu dengar, aku rasa kamu hanya salah mengira."

"Tidak mungkin, jelas jelas aku mendengarnya secara langsung. Sudahlah Van, jangan menutupi nya lagi. Aku sudah tahu semuanya, aku sudah tahu kalau hubunganmu dengan Ana tidak baik baik saja. Semua kemesraan yang kalian perlihatkan hanya kamuflase belaka kan? Hanya untuk menutupi hubungan hubungan kalian yang berantakan,"

"Cukup Claudia. Aku rasa, kamu sudah terlalu lancang untuk ikut campur dalam hubunganku dengan Ana. Biar aku jelaskan, aku dan istriku tidak akan pernah berpisah,"

Deg

Seketika Ana menghentikan pergerakan tangannya yang akan memutar handel pintu kamar mandi dimana dirinya berada saat ini.

Ana tidak menyangka jika Claudia akan terang terangan mengungkapkan perasaan nya pada Revan, suaminya.

Ternyata kecurigaan nya selama ini benar adanya. Perhatian yang di berikan oleh Claudia untuk Revan sangat tidak wajar jika itu di tujukan untuk orang tua pasien dari dokter nya.

Dan kini semua terbukti dengan adanya pengakuan langsung dari Claudia sendiri. Ana yang hendak keluar dari kamar mandi pun urung melakukan itu.

Ana terdiam sejenak sebelum akhirnya membuka pintu kamar mandi dan melihat Claudia yang duduk begitu dekat dengan Revan.

Mendengar suara pintu yang di buka, Revan pun segera menoleh ke arah pintu kamar mandi. Revan langsung bangkit dan menghempaskan tangan Claudia yang bergelayut manja di lengan nya.

"Sayang, apa kamu sudah selesai? Kamu mau sarapan apa? Biar aku pesan kan," ucap Revan yang langsung menghampiri Ana yang berdiri di ambang pintu kamar mandi.

"Apa saja, terserah Mas saja. Hai Clau? Apa kamu kemari untuk memeriksa Riana?" tanya Ana berpura pura tidak mendengar pembicaraan yang di lakukan oleh Claudia dan juga Revan beberapa saat yang lalu.

"Hah, ah i_iya. Sekalian aku juga bawa makanan untuk mu dan juga Mas Revan,"

"Wah, terima kasih banyak loh. Padahal tidak usah repot repot begini. Tapi, terima kasih ya untuk perhatian nya. Aku jadi terharu." ucap Ana melangkah maju lalu duduk di samping Claudia.

"Ya sudah, bagaimana kalau kita makan bersama? Aku yakin kamu juga pasti belum makan kan?"

"Boleh deh, porsi nya juga cukup untuk tiga orang kok,"

"Tidak usah pesan Mas, kita makan ini saja. Sayang kan sudah di bawakan juga,"

"Tapi sayang,"

"Sudah tidak apa apa, ayo sini gabung. Kita makan bersama."

Dengan langkah ragu, Revan pun mulai berjalan mendekati sofa dimana Ana dan Claudia tengah duduk disana.

Ana dengan sigap menyiapkan tiga porsi makanan untuk ketiga nya. Setelah nya menyodorkan satu porsi di depan masing masing.

"Ayo, kita makan." titah nya.

"Baiklah, mari kita makan."

Claudia pun sudah mengambil porsi milik nya lalu menyuapkan makanan yang ada di piring yang ada di tangan nya.

"Sayang, kok bagian kamu kaya enak gitu? Boleh aku coba?"

Deg

Claudia langsung menghentikan kunyahan nya saat mendengar celotehan Ana yang sudah di pastikan itu untuk Revan meski dia tidak melihat nya karena Claudia makan sambil menunduk.

"Boleh, ini. Mau tukar saja?"

"Nggak usah, cuma mau nyobain saja. Suapi dong,"

Deg

Bukan hanya jantung Claudia yang terasa berhenti berdetak. Namun jantung Revan juga, pria itu tampak begitu di buat terkejut dengan sikap Ana saat ini.

Dengan ragu ragu, Revan pun mulai menyodorkan satu sendok nasi lengkap dengan lauknya ke mulut Ana yang sudah siap menerima suapan dari suami nya.

Claudia menelan Saliva dengan susah payah saat melihat adegan super romantis antara Ana dan juga Revan.

Sementara Revan sendiri tentu saja dengan senang hati melakukan apa yang Ana minta. Hingga Revan pun melupakan asal mula makanan yang saat ini tengah mereka makan.

"Mama, Papa,"

Seketika adegan romantis itu harus terhenti saat keduanya mendengar suara lirih dari Riana yang ternyata sudah terbangun.

"Sayang, kamu sudah bangun Nak?" ucap Ana yang langsung menghampiri putrinya yang masih berbaring di ranjang rumah sakit.

"Mama, aku ingin pulang Ma," lirih gadis kecil itu.

"Iya sayang, sabar sebentar lagi ya. Nanti kita juga pasti akan pulang,"

"Hey, kesayangan Papa sudah bangun. Bagaimana, apa ada sakit?"

"Tidak ada Papa, tapi aku ingin pulang. Aku kangen sama Rian,"

"Sabar ya, tunggu sebentar lagi. Setelah Kondisi Kakak lebih baik, kita pasti pulang dan ketemu sama Adek. Adek kemarin juga telpon Papa, katanya Adek kangen sama Kakak. Makanya, Kakak harus nurut sama dokter biar bisa segera pulang, ya."

"Iya Papa, Kakak mau kok minum obat sama kemo lagi walau pun itu sakit,"

"Sabar ya sayang, Kakak pasti akan kembali sehat seperti dulu lagi. Papa akan pastikan itu dan apapun akan Papa lakukan demi membuat putri Papa ini sembuh."

Si kecil Riana pun kembali menjalani serangkaian pengobatan dengan di temani oleh kedua orang tua nya.

*

*

Sementara itu di apartemen...

Lara masih menatap bingung pada kedua orang pria yang saat ini tengah sibuk menerima pesanan barang yang tadi Ghafin minta lewat sambungan telpon.

Bahkan kini di tangan nya ada beberapa paper bag yang berisi pakaian dan juga pakaian dalam untuk dia gunakan dan juga untuk putrinya Clarisa.

"Bersihkan dirimu dan ganti semua yang kamu pakai saat ini dengan yang ada di paper bag itu," titah Ghafin masih dengan nada dingin dan datar nya.

Mendapat perintah itu, Lara pun menoleh ke arah Boy. Dimana pria itu selalu berbicara dengan nada yang lembut dan itu sedikit membuat nya merasa tenang.

Berbeda dengan Ghafin, yang selalu berkata dengan nada dingin dan itu cukup membuatnya merasa terintimidasi.

Boy terlihat menganggukkan kepala nya. Memberi kode agar Lara mengikuti perintah yang di berikan oleh Ghafin padanya.

Lara pun akhirnya masuk kedalam kamar, dimana putrinya Clarisa tertidur lelap di sana. Lara langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Lara sempat di buat terkejut dengan pakaian yang ada didalam paper bag itu. Dimana semua pakaian itu adalah pakaian pakaian yang bermerek terkenal dan juga memiliki harga yang cukup mahal untuk ukuran Lara yang hanya seorang pegawai laundry kiloan.

"Ya ampun, mahal sekali. Masa harga satu baju ini sama dengan 3 bulan gajih aku. Sayang sekali, uang sebanyak itu hanya di pakai untuk membeli sebuah baju tidur," gumam nya sebelum membasuh tubuh nya yang lengket oleh keringat.

*

*****

Terpopuler

Comments

𝖒𝖔𝖓🆁🅰🅹🅰❀∂я💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

𝖒𝖔𝖓🆁🅰🅹🅰❀∂я💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

mulai aksi Manas mansin..skalian ana buat jadi kompor meleduk tuh... buat bikin dokter Claudia kebakaran hatinya 😀😀😀

2023-07-30

6

InNa kejora

InNa kejora

lanjut 🥰🥰

2023-07-23

2

Suni Sunny

Suni Sunny

revan❤ana
claudia enyahlah!!

2023-07-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!