***
"Kita pergi kemana Fin?"
"Ke apartemen, hubungi anak buahmu untuk membelikan bahan makanan lalu kirim ke apartemenku," titah Ghafin dengan nada dingin nya.
"Ok,"
Boy pun langsung melajukan mobilnya menuju ke arah apartemen milik Ghafin. Sesekali, pria yang saat ini tengah memegang kendali kendaraan itu, melirik ke arah pasangan aneh yang saat ini tengah duduk dibelakang nya.
Sementara Lara sendiri hanya memilih diam membisu, duduk di samping Ghafin dengan perasaan yang bercampur aduk.
Selain karena tubuhnya juga yang kurang sehat, Lara juga kini merasa takut. Takut, khawatir dan juga bingung. Entah mau dibawa kemana dan akan di apakan dia oleh pria asing yang duduk di samping nya saat ini.
Sebenarnya tidak asing juga sih, toh Lara masih ingat dengan jelas wajah pria itu. Pria yang berhasil merenggut kehormatan nya hingga berhasil membuat nya hamil dan berakhir dengan pengusiran dari keluarga besarnya.
Meski begitu, gadis itu tidak pernah berniat mencari sosok pria yang sudah berhasil menitipkan janin di rahimnya, karena apa yang terjadi pada mereka bukan sepenuhnya salah Ghafin.
Clara juga ambil andil dalam kejadian itu. Dimana malam itu, gadis itu nekad meminum minuman beralkohol padahal dia tidak bisa mengkonsumsi minuman beralkohol itu hanya demi mendapatkan pengakuan dari saudara saudara nya di keluarga Alberto.
Namun sayang, apapun yang di lakukan Clara tidak bisa membuatnya di akui oleh keluarga yang sama sekali tidak mengharapkan kehadiran nya. Bahkan selama tinggal di rumah itu, Clara hidup hanya dengan para pembantu dan tinggal di paviliun belakang, bukan di rumah utama.
Beruntung Clara di asuh oleh wanita paruh baya bernama Maria yang begitu menyayangi nya. Bahkan Maria lah yang membantu Clara pergi dari keluarga Alberto dan membantu Clara merubah semua identitas nya.
Dari gadis bernama Clara dengan kewarganegaraan London. Kini menjadi Larasati, warga negara indonesia. Yang menetap di sebuah kampung yang cukup kumuh untuk kalangan atas seperti keluarga Alberto dan juga keluarga Herlambang.
Setelah menempuh perjalanan satu jam lebih, akhirnya mobil yang di bawa oleh Boy pun mulai memasuki basemen apartemen. Boy memarkirkan mobilnya tidak jauh dari lift yang akan membawa mereka naik ke lantai atas.
Lebih tepatnya ke lantai 10 dimana unit apartemen milik Ghafin berada. Ghafin turun lebih dahulu dari mobil dengan membawa Clarisa dalam gendongan nya, lalu berjalan lebih dulu menuju ke arah lift.
Sementara Lara dan Boy mengikuti nya dari belakang. Sebenarnya Lara ingin sekali mengambil alih Clarisa dan memeluk erat tubuh mungil itu untuk memberikan nya sedikit kekuatan.
Toh, selama ini Clarisa lah yang menjadi pusat kekuatan nya. Sesekali Lara pun melirik ke arah pria dengan wajah datar dan dingin yang saat ini tengah membawa tubuh mungil putrinya dalam gendongan nya.
Ketiga nya langsung memasuki ruang lift saat pintu lift itu terbuka. Sejujurnya, saat ini Lara begitu ketakutan pergi ke tempat asing dengan dua pria asing sungguh sangat menakutkan.
Namun bagaimana pun, Lara jauh lebih takut jika dia tidak bisa bertemu lagi dengan putrinya. Satu satunya anggota keluarga yang dia miliki saat ini.
Ceklek
Seketika Lara di buat kagum dengan pemandangan didepan matanya. Dimana sebuah ruangan yang teramat sangat mewah dan luas dengan barang barang mewah dan mahal mengisi setiap sudut ruangan itu.
"Ayo, masuklah. Mulai sekarang, ini akan menjadi tempat tinggal mu dan juga putrimu," ucap Boy, saat melihat Lara hanya diam di ambang pintu.
"Hah? Maksudnya?" tanya Lara bingung.
"Mulai sekarang dan mulai saat ini, tempat ini akan menjadi tempat tinggal mu dan putrimu,"
"Apa?"
*
*
Di Rumah Sakit...
"Claudia? Ada apa ya? Apa ini sudah waktunya pemeriksaan?" tanya Ana sembari membenarkan posisi nya menjadi duduk, begitu pun dengan Revan yang dengan malasnya harus dan terpaksa bangun saat Claudia datang ke ruangan rawat inap putrinya.
"Mas ke kamar mandi dulu ya," pamit Revan yang akan beranjak ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
"Iya Mas, setelah kamu selesai. Giliran aku yang akan memakai kamar mandi nya,"
"Ok, Mas tinggal dulu ya, Cup."
Deg
Claudia di buat terpaku saat melihat adegan romantis yang di tunjukan oleh Revan dan juga Ana. Namun, Claudia mengabaikan hal itu. Claudia dia pikir, jika apa yang di tunjukan oleh Ana dan juga Revan hanya kamuflase semata.
Toh sebentar lagi, kedua nya akan segera bercerai dan tentu saja Claudia tidak akan menyia nyiakan hal itu. Sudah sejak lama wanita itu tertarik pada seorang pria yang pernah menolong nya dari beberapa preman yang akan merampok dan juga melecehkannya.
Dan tidak di sangka sangka, jika pria itu adalah kakak dari pasien yang selama ini dia tangani dan kini menjadi suami teman semasa sekolah nya dulu. Claudia pun sempat merasa patah hati saat mendapati kenyataan jika pria idaman nya ternyata harus menikah dengan teman nya sendiri.
Namun, semangat Claudia kembali menyala setelah tahu jika situasi pernikahan Revan dan Ana tidak baik baik saja. Bahkan perempuan itu begitu berjingkrak bahagia saat mendapati kabar jika Revan dan Ana akan bercerai.
"Tidak, masih beberapa jam lagi sih. Aku sengaja kemari untuk mengantarkan sarapan ini untuk Mas Revan. Akhir akhir ini dia terlihat makan makanan yang kurang sehat terus dan aku khawatir itu akan mengganggu kesehatan nya," jawab Claudia dengan begitu jelas nya memperlihatkan perhatian nya pada Revan.
"Oh, begitu." jawab Ana dengan seribu tanda tanya di dalam benak nya prihal perhatian yang di berikan oleh Claudia untuk suami nya.
Ceklek
Tidak lama dari itu Revan pun keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang sudah tampak segar. Rambut pria itu tampak basah, sepertinya Revan tidak hanya mencuci muka. Namun juga langsung membersihkan diri.
Dan penampilan itu pun membuat Claudia semakin terpesona di buat nya. Bahkan mata dokter wanita itu pun sampai tidak berkedip saat melihat Revan berjalan mendekati sofa dimana Claudia dan juga Ana berada saat ini.
"Ini handuk nya, sana cepetan mandi. Setelah ini kita sarapan," titah Revan memberikan handuk yang tadi dia pakai untuk di pakai oleh Ana.
"Baik Mas, aku mandi dulu ya," jawab Ana meraih handuk itu lalu beranjak menuju ke kamar mandi.
"Iya sayang. Jangan lama lama ya, aku menunggumu," bisik Revan sembari menyambar bibir Ana sekilas dalam kecupan.
Saat Ana melewati tubuh Revan yang berdiri tidak jauh dari sofa. Ana langsung membelalakkan matanya saat Revan mencium nya di depan Claudia. Meski hanya sekilas, namun tetap saja. Hal itu membuat Ana malu dan salah tingkah.
"Mas," seru Ana menatap tak percaya pada ulah Revan.
Sementara Revan sendiri hanya terkekeh, merasa gemas dengan tingkah sang istri yang ternyata masih malu malu disaat ada yang menciumnya, padahal sudah menikah sebanyak dua kali.
*
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ketawang
Caludia tuh yg harusnya malu...
bibit pelakor
2025-01-18
0
Sri Puryani
jgn sampe jd pelakor ya dok
2024-12-17
0
PANJUL MAN
dokternya gak tau malu.
2024-02-14
3