#19
Keempat motor sport tersebut melaju semakin kencang, sementara dua buah mobil warna hitam mengejar mereka dengan kecepatan tinggi, syukurlah ini jalanan Jakarta, jika jalanan di eropa atau di negara yang minim kendaraan bermotor, maka mungkin mereka akan segera tertangkap.
Danesh sengaja memacu kecepatan motornya diatas rata rata, sayup sayup ia merasakan punggungnya basah, sepertinya terjadi sesuatu pada gadis yang saat ini berada di belakangnya, tapi saat ini Danesh hanya bisa fokus ke jalanan.
Sementara di belakang mereka Daniel, Dean dan Darren seakan mengerti keadaan, hingga tanpa dikomando pun mereka bertiga menghalangi laju mobil yang hendak menyusul Danesh, maka terjadilah kejar kejaran tak lazim di dunia nyata, karena semua ini hanya terjadi di pilem pilem koriyah yang sering othor lihat.
Menyadari kondisi aman, karena kakak, dan kakak sepupunya membantu pelariannya, maka Danesh memasuki jalan rahasia yang hanya diketahui oleh anak anak yang hobi balap liar jika menghindari kejaran polisi, setelah memastikan Danesh aman dari kejaran mobil misterius, Daniel, Dean, dan Darren pun berpencar meninggalkan kedua mobil hitam misterius tersebut dalam kebingungan, karena tiba tiba melaju kencang seorang diri di jalanan.
"Sh*iiit… kita kehilangan jejak." Umpat sang sopir, padahal ia adalah sopir profesional. "Siapa anak anak itu sebenarnya?"
,
.
Danesh terus melaju, kini tujuan utamanya adalah markas rahasia 'Agen AG' yang ada di ruangan rahasia, Twenty Five Hotel. (Masih ingat markasnya Alexander kan?)
Ruangan tersebut masih difungsikan dengan baik oleh Alexander, ruangan tersebut menyimpan berbagai macam senjata untuk anak buah nya, bukan senjata ilegal, tapi senjata legal dengan izin resmi pihak terkait, karena hingga kini Alexander masih membantu agen rahasia negara menyergap para mafia obat obatan terlarang, Trafficking, serta senjata ilegal.
Setelah Danesh masuk ke ruangan rahasia tersebut, pintu segera menutup secara otomatis.
Klak
Bunyi saklar lampu, ketika Danesh menarik tuas untuk menyalakan penerangan yang ada di ruangan tersebut.
Kedua mata Rena membola, menatap seisi ruangan, bukan sebuah ruangan sederhana, melainkan ruangan berisi senjata canggih dengan berbagai macam jenis, dan model, perlengkapan mekanik, serta ring tinju dan arena untuk berlatih dojo, taekwondo, serta ilmu bela diri lainnya.
"Duduklah… kamu aman di sini."
Danesh pun melepas tas serta jas seragamnya, kemudian menghampiri lemari pendingin, kemudian mengambil dua kaleng soda, serta dua botol air mineral. "Sorry di sini gak ada makanan.
"Siapa kamu sebenarnya?" Tanya Rena.
"Danesh." Jawab Danesh santai.
"Jangan bercanda, kamu berasal dari klan mana?" Tanya Rena semakin panik, ia khawatir jika kini ia tengah berada di lingkungan yang membahayakan dirinya, Lepas dari mulut singa, masuk ke mulut buaya.
.
.
Pagi hari yang baru, seperti biasa Aya sudah berada di kelas menunggu kedatangan Darren.
"Iya mas… atur saja, weekend ini jadwalku kosong."
Atensi Aya beralih ke Darren yang baru saja memasuki kelas, sambil berbincang melalui ponselnya, seperti biasa Darren mengambil tempat di belakang kursi Aya, "iya … katakan pada Clara, aku mungkin terlambat nanti sore, karena harus kelas tambahan dulu." setelah menyelesaikan panggilan Darren pun mengeluarkan buku latihannya.
Beberapa saat menunggu, Aya masih juga mengacuhkannya, membuat Darren sedikit kesal. "Mau sampai kapan kamu mengacuhkan aku?"
Aya menoleh tanpa rasa bersalah, "maaf… ku kira kamu belum selesai."
"Alasan… apa kamu marah padaku?"
"Tidak."
"Lalu kenapa mengacuhkan aku?"
"Aku tidak bermaksud mengacuhkanmu," Jawab Aya, masih sama dengan jawaban sebelumnya.
Darren pun diam, ia tak menuntut jawaban lebih lanjut, "Aya… maaf untuk yang kemarin, aku tak sengaja."
Aya terkejut mendengar permintaan maaf tak terduga tersebut, "gak papa, bukan 100 persen salah mu, ada sebab lain juga."
"Oh iya? Sebab apa?" Kejar Darren penasaran.
"Kepo."
"Biarin."
"Gak penting buat kamu Dare…" Jawab Aya malas, ketika Darren masih memaksa minta jawaban.
"Aku tetap ingin tahu."
"Ini masalah perempuan."
"Memang lelaki gak boleh tahu masalah perempuan? Suatu saat lelaki juga akan menikah dengan seorang perempuan kan? Jadi apa salah nya kalau kami juga belajar mengenal seperti apa makhluk yang bernama perempuan tersebut."
Aya tercengang, ia kehabisan kata kata, ini pertama kalinya ia mendengar Darren berbicara dengan kalimat yang panjang.
Akhirnya Aya hanya menghembuskan nafas nya perlahan, "aku sedang nyeri haid."
"Ooooh… sedang datang bulan, kukira kenapa, pake malu segala jawab nya." Lagi lagi perkataan santai Darren membuat Aya bengong, sekaligus terheran heran.
Tak
Tak
Tak
Darren membunyikan petikan jarinya di depan wajah Aya, ketika gadis itu justru tercengang dengan penjelasannya.
"Eh maaf…" Aya membuyarkan lamunannya.
"Kenapa apa kamu mulai terpesona denganku?" Tanya Darren penuh harap.
"Tidak." Jawab Aya dengan wajah datar, "hanya aneh aja,"
"Kenapa aneh, apanya yang aneh? Kamu lupa siapa mamaku?" Pertanyaan Darren semakin membuat Aya terkejut, "mama menjelaskan semuanya padaku dan Daniel, ketika Luna mendapatkan haid pertamanya, begitupun kami yang langsung mendapatkan pengetahuan tentang perubahan hormon laki laki ketika kami pertama kali mengalami mimpi ba…"
"STOOPPP!!!"
Aya memekik keras ketika Penjelasan Darren semakin menjurus ke hal hal berbau 21+.
"Mari kita hentikan perbincangan ini," Pungkas Aya, ia merasa sangat sangat malu pada lelaki yang sedang duduk di hadapannya.
Darren tertawa geli, kedua orang tuanya adalah dokter, jadi membicarakan hal hal berbau anatomi tubuh pria dan wanita adalah hal biasa, tapi ia lupa dengan siapa kini ia berhadapan, terlebih wajah Aya sudah merah padam, membuat Darren pun tak tega melanjutkan perbincangan mereka.
.
.
"Masih belum bisa tuan, Dokter kevin benar benar tak berubah pikiran." Lapor Sang asisten.
Profesor Hardiman memijat pelipis nya, sudah bertahun tahun ia mencoba membeli rumah kosong yang berada persis di sebelah rumah Kevin, tapi mantan mahasiswanya tersebut, masih keukeuh mempertahankan rumah tersebut, dengan alasan akan ia hadiahkan pada anak anaknya kelak.
"Haruskah aku pakai cara terakhir?" Tanya prof Hardiman ketika melihat Carissa putri tunggalnya melintas di hadapannya.
Melihat kedatangan Carissa, Nicholas pun pamit undur diri, ia meninggalkan Prof Hardiman di ruang tengah, menuju kamar pribadinya di paviliun belakang rumah mewah prof Hardiman.
Prof Hardiman pun menghubungi asistennya yang lain, "buatkan aku janji temu dengan Dokter Kevin, ada yang ingin aku bicarakan dengannya." Perintah prof Hardiman pada Lucas Asistennya.
"Baik tuan,"
Prof Hardiman kembali meletakkan ponselnya di meja, sudah sepuluh tahun lama nya ia mencari, bahkan membakar habis rumah tersebut, tapi laboratorium yang ia cari belum juga berhasil ditemukan, selama bertahun tahun ia tak bisa tidur nyenyak sebelum menemukan serum yang ia pesan puluhan tahun silam, serum berharga, yang akan memuluskan semua rencananya menguasai pulau loba loba (nama fiktif), selain itu ia juga belum berhasil menemukan anak perempuan prof Ricky, karena anak perempuan tersebut akan memudahkan jalannya menemukan laboratorium rahasia milik prof Ricky.
Prof Hardiman yakin Nayara yang menyimpan kunci rahasia profesor Ricky sang papi.
.
.
Tokoh baru lagi maaf yah kalau kalian pusing, tapi ini konflik nya Daniel, biar dia gak hanya jadi pelengkap, tapi ini juga kisah untuk novelnya Daniel dan Naya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Eka Suryati
semua cucu alex dan stella ada novelnya kan thor
2023-10-30
1
Muhammad Hasby
gak pa" Thor....lanjut aja...
skalian SMA Luna ya Thor....
2023-08-13
1
Tatik R
papa kevin pasti menyembunyikan mata ditempat aman
2023-08-13
1