#10
Terik matahari siang menjelang sore sungguh sangat menyengat, hingga membuat kulit tubuh terasa seperti terkena percikan api, tapi ketiga pria muda Geraldy itu tetap melanjutkan hukumannya, karena pagi tadi terlambat masuk gerbang sekolah, maka kini ketiganya mendapatkan tugas mengangkut semua sampah yang berada di seluruh penjuru sekolah, bukan itu saja, mereka pun diberi tugas menyapu dedaunan yang berada di sekitar tempat pembuangan sampah.
Daniel yang merasa bahwa semua ini adalah kesalahan adik sepupunya kini tampak cemberut melipat wajahnya menjadi seratus lapis, ia bahkan enggan menanggapi gurauan Danesh, yang mengatakan bahwa pipinya gembulnya terlihat semakin merah saat ini.
Daniel tentu saja tak terima, pasalnya sudah sangat lama, pipi gembulnya tersebut menghilang, berganti dengan wajah tirus tampan nan maskulin, ia bahkan pernah menggantikan Darren berjalan diatas catwalk, Darren yang kala itu terkilir tak mungkin mundur, karena kecelakaan itu terjadi tepat beberapa jam sebelum acara fashion show di mulai, untunglah sang desainer adalah kenalan Darren, yang sering meminta Darren menjadi brand ambassador desain terbarunya, jadi ia tak mempermasalahkan hal tersebut, toh wajah mereka memang serupa.
"Huufft… akhirnya selesai." Kata Danesh seraja mengibaskan tangan nya, Ketiga cucu Alexander Geraldy tersebut bergegas menuju tempat penampungan air, kemudian mencuci tangan tak lupa membasahi wajah dan rambut mereka agar kembali segar usai terbakar panasnya cahaya matahari.
Danesh memercikkan air ke wajah Daniel, “Hei kamu masih marah?” tanya Danesh pada Daniel.
“Pake nanya lagi, ya jelas iya,” gumama Daniel dengan suara yang terdengar di telinga Danesh. “tau gini tadi pagi aku naik taxi aja harusnya.”
“Hehehe … maaf.”
“Aaaahhh cemen amat, baru juga di hukum begini, ini sih gak ada apa apa nya, kaya Danesh dong, pernah di bawa ke kantor polisi,” Celetuk Dean.
Namun gurauan itu tak Daniel hiraukan.
"Hei Daniel… lihat sini!!!" Seru Danesh.
Daniel menoleh dan srooooottt…
Danesh sudah mengarahkan semprotan air ke arah Daniel, "hahaha… Ayolah… jangan marah, kita tumbuh besar bersama, main bersama, bahkan pernah menangis bersama, jadi berhentilah merajuk, dihukum satu kali tak akan jadi masalah besar." Teriak Danesh, yang sama sekali tak memiliki beban atau jera, walaupun sering berulah di lingkungan sekolah.
Daniel yang menerima serangan dari adik sepupunya tersebut, sempat gelagapan sesaat, kemudian ia pun tak mau tinggal diam, ia segera mengambil gayung dan membalas serangan Danesh… akhirnya tiga pria muda itu kembali bernostalgia mengingat kenangan masa kecil mereka, bagaimana dulu mereka berulah bersama, tiada hari tanpa berbuat onar, hingga membuat nanny nanny mereka pusing tujuh keliling.
Dari kejauhan Luna yang masih menunggu Daniel hanya bisa menggelengkan kan kepala, "ckckckck… Mereka tak ubah nya seperti anak TK." Gerutu nya.
"Ada apa?" Darren tiba tiba muncul dibelakang Luna.
"OMG!!" Pekik Luna terkejut, kemudian menoleh ke belakang. "Kenapa tiba tiba datang, seperti hantu saja."
"Mana ada hantu siang siang?" Jawab Darren.
"Ku kira kamu sudah pergi syuting, dari mana aja?"
"Dari kelas lah, Habis pelajaran tambahan."
Luna memicingkan matanya. "Apa?" Tanya Luna terkejut.
"Pelajaran tambahan." Ulang Danesh.
Luna kembali mengamati ekspresi saudara kembarnya, "kelas tambahan sama siapa? Bukannya guru kita dilarang memberi kelas tambahan di lingkungan sekolah?" Tanya Luna heran.
"Bukan sama guru."
"Lalu?"
"Aku minta tolong Aya."
"What??"
"Kenapa, kok kaget gitu?"
Luna melipat kedua tangannya di dada, "kamu apakan Aya sampai sampai dia bersedia mengajarimu belajar?"
Darren menatap saudari kembarnya, kemudian dengan jari telunjuknya ia menoyor kening Luna, "Hei… kakakmu ini lelaki baik baik, tak mungkin mengancam seseorang, apalagi sampai membully dan menyakiti."
Luna hanya menganggukkan kepala nya, "baiklah aku percaya, tapi awas kalau kamu berani menyakiti temanku," Ancam si cantik.
"Iyaaa… khawatir sekali, aku tak akan melakukan apa apa,"
"Kalau padamu, aku percaya, tapi tidak dengan para penggemarmu, mereka akan lebih mengerikan jika melihat ada seorang gadis yang terlihat dekat dengan idola mereka." Curhat Luna yang kadang jengah dengan para fans girl kakak nya.
Darren menghembuskan nafas nya, ia menyukai pekerjaannya saat ini, tapi ia juga benci jika para fans girl terlalu mencampuri urusan pribadi nya.
Luna berjalan mendahului Darren, "hei… mau sampai kapan kalian bermain air?" Teriak Luna yang seketika menghentikan kegiatan Daniel, Dean, dan Danesh.
Daniel melambai tanda mengatakan 'iya', maka Luna dan Darren kembali berjalan menuju tempat parkir, kali ini Luna ingin di bonceng kakak keduanya.
Luna memakai helm nya kemudian mendekati motor Darren, "mau ke mana?"
"Ikut kamu lah."
"Biasanya ikut motor Daniel."
"Itu karena kamu jarang bisa pulang bersama kami, dan kali ini aku ingin dibonceng selebritis tampan." Jawab Luna santai, seraya memeluk leher Darren kemudian tanpa segan mencium pipi kakak kembarnya tersebut.
"Hei…" Tegur Darren kesal.
"Kenapa? Apa sekarang kamu malu di cium olehku?"
Darren menatap angker wajah adik kembarnya, "apa kamu juga salah satu fans girl ku?"
"Haiss… dasar sombong, bahkan dulu aku sering melihat tubuhmu tanpa pakaian, semua borok dan aibmu aku tahu, jangan pernah bermimpi aku akan jadi salah satu fans mu, NO!! NEVER!!..." Decih Luna.
"Sombong sekali, rupanya kamu sama saja dengan Aya."
"Memang, karena itulah kamu dekat, karena kami sama sama haters nya Darren." Luna membuang muka.
"Permisi kak, boleh tanya?" Suara pelan seorang gadis membuyarkan perdebatan kecil tersebut.
Darren dan Luna seketika menoleh, nampak di hadapan mereka seorang gadis mengenakan seragam Junior High School tengah kebingungan.
"Iya, mau tanya apa?" Jawab Luna.
"Aku mencari kakak ku, namanya Sabrina dari kelas XI A." Tanya nya kikuk.
"Oh kelas XI A yah, itu kan kelas nya Dean."
"Ada apa menyebut namaku?" Dean yang tengah mengibaskan rambut basah nya, tiba tiba ikut bersuara.
"Nih ada yang cari Sabrina, sekelas sama kamu kan?" Tanya Luna.
Tapi Dean yang tengah di tanya justru diam terpaku, mata elangnya tengah menandai mangsa, karena walaupun masih Junior High School, gadis itu sudah terlihat ayu, dengan kelembutan yang terpancar di sana, siapapun dia, pastilah seorang yang istimewa, karena sudah membuat si playboy di Senior High School terpesona, dengan wajah polosnya.
"Iya sih, Sabrina memang sekelas denganku, tapi… Aku gak tahu dia sudah pulang atau belum."
"Adhis…"
Seorang yang sedang dicari akhirnya muncul.
Seketika Adhis tersenyum lebar, menampakkan dua lesung pipi, wajah ayu nya terlihat semakin cantik dengan bingkai rambut panjang berponi, 'oh God, cantik juga gadis kecil ini' Dean membatin.
"Kakak…" Jawab Adhis.
"Kenapa tidak menelepon kakak."
"Low batt," Adhis menjawab seraya menunjukkan ponselnya yang sudah gelap.
"Maaf… adikku baru beberapa hari pindah sekolah ini, jadi dia masih sedikit bingung," Sabrina menjelaskan situasi.
"Its okey… ini bukan hal yang berat." Jawab Luna.
"Baiklah, kami duluan." Pamit Sabrina.
Setelah kepergian Sabrina, Dean masih terpaku menatap bayangan kosong di balik gerbang, karena keduanya sudah naik ke mobil yang menjemput mereka.
"Emang bagusnya ni mata di pakein kacamata kuda, gak bisa lihat yang bening dikit langsung oleng…" Daniel menutupkan baju basahnya ke wajah Dean.
"Hahahaha… kasih gerobak sekalian kudanya," Danesh menimpali.
"Tariik maaaannggg…" Darren tak mau kalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Bunda Aish
seru banget ya persaudaraan mereka....
2024-09-18
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
👍🤣🤣
2024-09-10
1
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Uranium
Pernah ngalamin hal kayak gini cuman bukan ke adek kelas 🤣
2024-06-26
1