#11

#11

Suasana masih terlalu pagi, tapi sesuai janjinya Darren sudah tiba di sekolah, padahal belum lagi jam 6 tepat.

Tak lama kemudian sebuah motor matic masuk ke area parkir sekolah, Darren menatap kearah gadis yang masih berada di atas matic tersebut, Aya … gadis sederhana, putri nyak Leha, ibu pengelola kantin sekolah, Aya sama sekali tak malu atau gengsi melakoni kegiatannya membantu sang ibu, berjualan di lingkungan sekolah nya, justru gadis berperawakan mungil itu selalu mengharumkan nama sekolah dengan prestasinya di berbagai event dan kompetisi antar sekolah, karena itulah Aya selalu berhasil mendapatkan beasiswa penuh, selama menjalani pendidikan di International Senior High School.

Aya membawa barang belanjaan sang ibu, “Sudah datang, padahal masih 10 menit lagi?” sapa nya pada Darren.

“Nggak papa kan?”

“Oke, tunggu di kelas, aku antar barang belanjaan ini dulu yah.”

Darren mengangguk, kemudian mereka berpisah jalan.

Yah … akhirnya Aya hanya mampu melakukan ini untuk mengganti rugi kerusakan body mobil Darren, karena ternyata biaya perbaikannya cukup mencengangkan mata, dan Aya tak memiliki uang sebanyak itu, jadi akhirnya ia pun menyetujui permintaan Darren menjadi guru private sang superstar tersebut, karena bagi Aya itu bukan hal sulit.

Setelah meletakkan barang belanjaan ibunya, Aya pun berjalan menuju kelas, karena mereka hanya punya waktu 90 menit sebelum sekolah di mulai.

Sementara Darren sudah bersiap di kelas, ia bahkan sudah duduk di belakang kursi yang biasa ditempati Aya.

Aya datang beberapa saat kemudian, “mulai dari mana kita?” tanya Aya, ketika memutar kursinya.

Darren mengangkat kedua pundaknya, dan Aya hanya bisa menghela nafas, karena ini bisa berarti firasat buruk untuk nya, “aku kan jarang memperhatikan materi, jadi tolong mulai dari yang paling dasar.” pinta Darren.

Tepat sesuai dugaan Aya, sang superstar ini benar benar tertinggal dalam hal pelajaran sekolah, karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya, tapi dengan sabar Aya mulai menjelaskan, “Bertanyalah jika tak faham.” pinta nya pada Darren.

Beberapa menit berlalu tanpa terasa, satu persatu siswa mulai berdatangan, teman teman sekelas mereka pun tahu jika Darren sedang belajar di bawah arahan Aya, tapi bagi para fansgirl Darren, itu seperti seperti sebuah pancingan, mereka tak suka gadis sekelas Aya yang hanya anak seorang ibu kantin sekolah, dekat dekat dengan sang idola, dan bisik bisik kedengkian mulai beredar.

.

.

Sementara itu di kelas yang lain, Dean yang baru saja tiba segera mengedarkan pandangan, Veronica yang melihat kedatangannya segera melambai, namun Dean acuhkan karena tujuannya hari ini, dan mungkin hari hari selanjutnya adalah Sabrina, gadis yang sama sekali tak pernah ia lirik, atau bahkan ia baru tahu jika di kelasnya ada seorang gadis bernama Sabrina.

Dean menyunggingkan sebaris senyum, “yeah … jika ingin mendapatkan adiknya, maka dekati dulu kakak nya,” Gumam Dean seorang diri.

Yah Kemarin siang Dean begitu terpesona pada Adhis si gadis kecil, entah mungkin Dean ingin menuruti egonya, sedikit bermain main dengan gadis kecil sepertinya tak akan menjadi masalah.

Dean berjalan mendekati meja Sabrina, “Selamat pagi Sabrina …” sapa Dean dengan senyum terbaiknya.

Sabrina yang mendengar namanya disebut, seketika mendongak, dan alangkah terkejutnya ia, ketika melihat sosok tampan yang selama ini hanya mampu ia lihat, tanpa berani mendekat, kini sedang berdiri di hadapannya, bahkan menyapa nya.

Dean berlalu dan melewati Sabrina begitu saja, sementara Sabrina mulai merasakan desiran aneh, dan diam diam ia tersenyum bahagia, tapi di sudut lain Vero memandang adegan tersebut dengan perasaan campur aduk, belum selesai dengan kekasih terakhirnya, kini Dean mulai menandai mainan baru nya.

.

.

Siang hari nya ketika bel pulang sekolah berbunyi, Darren kembali mengambil tempat di belakang Aya, mereka hendak melanjutkan kembali apa yang sudah mereka mulai pagi tadi. 

Daniel sengaja mendatangi kelas Darren hendak mengajaknya pulang bersama, "Dare gak pulang?"

"Duluan… aku masih kelas tambahan sama Aya." Jawab Darren. 

"Ay…" Panggil Daniel. 

"Pa an …?" Jawab Aya yang kemudian berpaling dari buku yang ia baca.

"Inget kataku kemarin gak?" 

"Kata kata apa?" Tanya Aya sengit. 

Daniel mendekat, kemudian berbisik di telinga Aya, "cinta itu, datang karena terbiasa, setahun aja kamu kaya gini sama Darren, kayanya beneran kamu yang bakal jadi adik iparku, hahaha… " Usai berbisik Daniel tertawa keras, membuat wajah Aya merah padam. 

"Eh… kalo mau ikut belajar, duduk diam sini, kalo nggak… mending pulang dari pada ganggu." Sembur Darren tak suka. 

"Iya iya… galak amir… amir aja baek padaku."

Daniel pun keluar kelas sambil bersiul, "Ay… ingat kata kataku yah…" 

Namun Aya tak menghiraukannya, ia hanya fokus pada buku yang ada di hadapannya, namun dalam hati ia mengumpat Daniel sambil berdoa, semoga yang Daniel katakan tak jadi kenyataan. 

"Memang apa yang Daniel katakan?" Akhirnya Darren benar benar penasaran. 

Aya mendongak menatap Darren, "kepo amat… gak penting buat hidupmu, sudah selesai belum?" Tanya Aya galak. 

Mungkin di antah dimana ini, hanya Aya seorang yang tak terpesona dengan wajah tampan rupawan milik Darren, bahkan Aya terang terangan menolak menjadi jodoh Daniel, dan jika hal ini diketahui seantero negeri ini hanya Aya yang bercita cita demikian. 

"Galak bener, kalo ketemu penggemarku bisa di keroyok kamu."

"Bodo amat, aku hidup, belajar, kerja keras dengan keringat ku sendiri, para penggemarmu gak berhak menghakimi ku hanya gara gara aku memarahimu ketika kamu belajar denganku, aku juga gak pernah minta duit mereka, semua kebutuhanku di biayai oleh ibuku, dan uang sekolahku, dibiayai…"

"Opaku…" Pungkas Darren. 

"Iya… opa mu kan, bukan kamu?" 

"Kalau kamu mau aku bisa membiayaimu, gimana?"

"Ogah…" 

"Ya sudah kalau gak mau." Darewn kembaliengerjalan soal di dalam buku latihannya. 

Sesuai dengan rencana awal, Dean benar benar mewujudkan niat nya, lelaki muda itu masih diam menunggu kedatangan gadis yang kemarin ia jumpai untuk pertama kali, dan senyumnya merekah ketika ia melihat Adhis berlari kecil menghampiri Sabrina yang menunggu di depan pos keamanan. 

Kedua gadis muda itu kembali menunggu sesaat sebelum mobil jemputan mereka tiba. 

Dean mengikuti mobil biru metalic tersebut, dilihat dari mereknya, mobil tersebut tersebut adalah mobil mewah di kelasnya, tapi Dean tak ambil pusing dengan hal itu, ia tetap melaju dengan jarak aman, agar tidak ketahuan. 

Beberapa menit berkendara, mobil tersebut berhenti di sebuah bangunan megah, rupanya itu sebuah panti asuhan. 

Dean menatap papan nama panti asuhan tersebut, panti asuhan CENDANA. 

Seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan Adhis dan Sabrina, kemudian Dean kembali menutup kaca helm nya dan berbalik pergi. 

"Ada yang mau ketemu kamu di dalam."

"Oh iya, siapa budhe?" Tanya Adhis semangat. 

"Tuh…" Sang budhe menunjuk pintu masuk. 

Adhis menoleh, seorang pria seusia sang budhe tersenyum seraya merentangkan tangannya lebar lebar, "ayaaaahhh…" Seru Adhis senang. 

"Anak ayah sudah pulang."

"Kenapa datang gak kasih tahu dulu?"

"Kejutan dong."

"Bunda mana?" 

"Bunda gak ikut, lagi jadi pembicara seminar." 

Ayah dan anak itu pun masuk kembali kedalam rumah. 

Seandainya Dean menunggu beberapa saat, mungkin jalannya mendekati Adhis semakin mudah, tapi ya sudah lah, biar cerita othor bisa panjang, sepanjang jalan kenangan. 

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•

🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•

Eh apa maksud nya itu? Wah curiga jadi nya..

2024-06-26

1

Tatik R

Tatik R

anak e sopo ya 🤔

2023-08-06

1

ibu athan

ibu athan

sepertinya kisah Dean akan mirip sama Andre dan Bella.... Sahabat yang tidak dianggap....saat di tinggal pergi baru bingung....🤔

2023-08-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!