#7
Alex menatap si cantik versi wajah campuran Anindita dan Stella tersebut, mau bagaimana lagi, ia harus terima kenyataan bahwa, cucu cucunya adalah cucu cucu mantan kekasih nya juga.
“Kalau mantan kekasih oma adalah opa Alan, lalu siapa mantan kekasih opa???” pertanyaan polos tapi dijatuhkan tepat sasaran, laksana bom atom Hiroshima dan Nagasaki.
Seisi ruangan yang mengetahui mengetahui kisah tersebut hanya diam, bahkan mommy Stella diam diam mengulum senyuman, ingin tahu bagaimana reaksi sang tuan besar mendapatkan pertanyaan dari cucu kesayangannya, perihal mantan kekasihnya, yang juga nenek mereka sendiri.
“Yang kok pada diem sih?” bisik Juna di telinga Emira.
Emira berbisik di telinga sang suami, seketika kedua bola mata Juna seakan ingin melompat dari tempatnya.
“Realy …??” tanya nya kembali sambil berbisik.
Dan Emira hanya mengangguk.
.
.
.
Awal malam di kediaman Kevin, keluarga itu baru saja usai menikmati makan malam mereka, tentunya seperti biasa tanpa kehadiran Darren sang putra kedua, sebenarnya Gadisya selalu merisaukan sang putra, belum saatnya sang putra bekerja, tanpa Darren minta pun dirinya dan sang suami sanggup membayar bahkan membiayai kehidupannya bahkan mungkin Darren lebih nyaman jika mendapat fasilitas dari kedua orang tuanya, tapi apa daya jiwa kemandirian Anindita menurun dengan baik dalam diri Darren, hingga ia masih ngotot mempertahankan kesuksesannya saat ini, walau ia harus pontang panting membagi waktu antara pekerjaan dan sekolah, karena Kedua orang tuanya tak mengizinkan Darren menempuh pendidikan dengan cara home scholling.
“Kenapa melamun?” tanya Kevin pada sang istri.
Gadisya tersenyum, “memikirkan Darren lagi?”
“Iya … apa dia sudah makan? dia terlalu sering diet, mama khawatir dia sakit pa.”
“Darren sehat mah, tadi siang pas istirahat, bahkan masih punya sisa tenaga untuk main basket,” Jawab Daniel, karena Darren nyaris tak pernah pulang ke rumah, lebih sering istirahat di mobilnya, atau di lokasi syuting. “Jangan khawatir, seminggu yang lalu dia juga bilang, sudah mengurangi ⅔ jadwalnya, mudah mudahan dia bisa stay di rumah minimal sampai ujian berakhir.” lanjut Daniel, menghilangkan demi menghilangkan rasa khawatir sang mama.
Kevin menggenggam tangan Gadisya, “tuh … kamu dengar kan? anak kita baik baik saja, papa yakin dia bisa, jika tak sanggup, ia pasti sudah mengibarkan bendera putih,”
Gadisya mengangguk, ada sedikit rasa lega tergambar di wajahnya, kemudian wanita ayu ini kembali melanjutkan makan malamnya. “Oh iya bagaimana persiapan ujian kalian?” Lagi lagi Gadisya mengkhawatirkan anak anak nya.
“It’s okay mom … kami bisa, jangan khawatir,” Jawab Luna,
Gadisya kembali mengangguk lega.
Tiba tiba terdengar suara gerbang terbuka, tak lama dari arah pintu depan muncul sosok yang sejak tadi menjadi pusat kerisauan Gadisya, segera saja Gadisya beranjak demi menyambut kedatangan sang putra, kemudian memeluknya erat, karena hampir dua minggu ia tak bertemu dengan Darren.
Mendapat pelukan erat dari sang mama, Darren pun membalasnya dengan hangat, “miss you mama … terima kasih karena tak pernah lupa menyiapkan sarapan pagi untukku.” bisik Darren.
Gadisya melepaskan pelukannya, “jangankan sarapan, makan siang, sore, malam, bahkan cemilan tengah malam pun akan mama buatkan untukmu,”
“No … aku tak makan cemilan tengah malam, wajahku bisa chabi seperti wajah Daniel.”
“Yaaa … wajahku tak lagi cbabi, lihat rahangku sudah kelihatan,” Protes Daniel yang tak terima jika wajahnya dikatakan masih chabi, dahulu … si kembar ini sangaat menyukai ice cream, hingga membuat pipi keduanya terlihat chabi menggemaskan, tapi seiring berjalannya waktu, mereka mulai memikirkan penampilan, tak ingin terlihat chabi karena berdampak pada berkurangnya kadar ketampanan mereka.
“Ayo kita makan bersama.” Gadisya membawa Darren ke kursinya, tapi pemuda tampan ini menghampiri sang papa, memeluknya sesaat, “Miss you to papa …” se melankolis inilah seorang Darren, ini adalah salah satu kemiripan Darren dengan Kevin sang papa selain wajah tentunya.
“Ma … pa … aku ke kamar dulu yah,” pamit Luna yang sudah menyelesaikan makan malamnya.
“Iya sayang … selamat belajar.” Jawab kevin pada dang putri kecil kesayangan, karena hingga kini hanya dirinya satu satunya anak perempuan Kevin dan Gadisya.
“Aku juga …” Daniel pun berlalu ia mengekori sang adik, meninggalkan Darren menikmati waktu di rumah nya bersama kedua orang tua mereka.
Luna pikir Daniel akan masuk ke kamarnya sendiri, rupanya kakak kembarnya ini mengikutinya hingga ke kamarnya, “Mau apa?” tanya Luna sengit.
“Bosan, mau cari suasana baru,” jawab Daniel cuek ia langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur Luna.
“Ohh …” Jawab Luna cuek, ia kembali ke meja belajarnya, kemudian teringat sesuatu. “Lagi kangen Naya?” tebak Luna
Daniel terdiam, rupanya Luna terlalu mengenal dirinya, beberapa tahun yang lalu, terjadi tragedi cukup mengerikan di rumah Naya, ada kebakaran besar di rumah orang tua Naya, dan Naya berhasil selamat, karena pada malam kejadian, Naya sedang menginap di rumah Kevin, kedua orang tua Naya meninggal dalam tragedi tersebut, sejak saat itu semua informasi tentang Naya di tutup rapat oleh Kevin, bahkan siapa yang mengasuh Naya setelah tragedi tersebut di tutup rapat oleh Kevin.
Luna berdiri kemudian mengeluarkan sebuah kotak yang sudah sangat lama ia simpan di dalam lemarinya, kemudian ia duduk di tepi tempat tidur, tempat Daniel masih terdiam memeluk bantal guling, “Nih … dulu Naya pernah berpesan, jangan pernah membuka kotak ini, apalagi di depan Daniel,” Luna menyerahkan kotak kayu berwarna Pink tersebut, ukurannya tak begitu besar hanya 30 cm x 20 cm x 10 cm, tapi membuat Daniel sangat penasaran, gadis kecil galak itu adalah cinta monyet nya Daniel.
Daniel segera beranjak, rasa penasaran cukup menguasainya, “Kenapa kamu tak pernah membuka nya? kamu tak penasaran?”
“Entah … pada awalnya aku penasaran, tapi seiring berjalannya waktu, lama kelamaan aku malah melupakannya.”
Wajah Daniel terlihat berbinar, walau sedikit ia merasa rindunya sedikit terobati, rasanya ingin segera mengetahui keberadaan gadis itu, tapi ia tak tahu bagaimana caranya. “Aku bawa kekamar yah?” tanya Daniel pada Luna.
“Bawalah, mungkin Naya bahkan sudah lupa pernah memiliki kotak ini.”
Dengan riang Daniel membawa benda bersejarah tersebut ke kamarnya, ia tersenyum riang seakan akan baru saja menemukan harta karun, ada gembok mungil yang menjadi alat pengaman kotak tersebut, Daniel memeluk bahkan mencium kotak pink tersebut, membayangkan memeluk dan mencium Naya kecil yang galak.
Tak begitu susah bagi Daniel untuk membuka gembok mungil tersebut, ia mengambil barbel yang biasa ia pakai untuk angkat beban, dengan sekali gebrakan ia berhasil membuka kotak tersebut, tangannya bergetar seperti hendak membuka dokumen rahasia negara api.
Tak disangka ketika membuka kotak tersebut Daniel di buat bahagia berbunga bunga, sebagian isi kotak tersebut adalah adalah benda benda remeh pemberiannya, ada pin bergambar bunga mawar, sebuah pensil dengan bandul bunga mawar, bahkan gambar bunga mawar yang Daniel hadiahkan untuk Naya, sudah di laminating dengan baik, jadi gambar itu bisa bertahan dengan baik tak termakan usia, Daniel membalik gambar bunga mawar tersebut, tak disangka ada tulisan Naya di sana.
...Daniel ...
...Wajah nya tampan dengan pipi bulat menggemaskan...
...Melihat pipinya membuatku teringat bakpao hangat ...
...Dia tak pernah membantah ketika aku memarahi nya...
...Dia bodoh karena tidak pandai berhitung...
...Walau begitu aku menyukainya...
...Suatu saat aku akan meminta papi menikahkan kami...
...setelah kami menikah, aku akan mengajarkan nya berhitung...
.
.
Daniel tertawa, tapi air matanya mengalir begitu deras, ia terlampau merindukan gadis galak itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kayak uji nyali 🤣🤣
2024-09-10
0
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Uranium
selamat bobok
2024-06-26
0
☠𝐀⃝🥀🍾⃝ͩ𝐕ɪᷞᴠͧɪᷠᴇᷧ AnissA⭐
Daniel jatuh cinta💃💃💃 aku masih penasaran mantan opa
2024-06-26
1