#14
Sesaat yang lalu, Panji memberikan tantangan hanya sekedar iseng, ia justru berharap yang keluar dari pintu tribun adalah salah seorang guru, bila perlu guru yang paling galak sekalian.
Tak disangka yang keluar dari sana adalah Luna, si cantik yang sejak lama diidamkan oleh Evan, tentu saja hal itu membuat Panji dongkol, tapi hanya sesaat, ketika teringat apa yang membayangi Evan, ia jadi tersenyum sendiri.
Dengan langkah tegap, penuh percaya diri, Evan berjalan menghampiri pintu tribun, tak ada yang tahu betapa dadanya bergemuruh hebat, karena membayangkan apa yang akan terjadi ketika keempat bodyguard Luna mengetahui perbuatannya, tapi tak ada lain kali, karena jika tak sekarang, entah kapan lagi ia memiliki kesempatan ini, kesempatan untuk menunjukkan perasaannya pada Luna.
"Luna… maaf…" Ucap Evan sebelum ia menjalankan misi nya.
Oh masa muda…
Kenapa rasanya ingin mencoba semua
Tak perlu memikirkan apa yang terjadi sesudahnya
Asalkan hati bahagia
Maka semua terlihat indah penuh dengan warna
Luna sedikit terkejut, dengan apa yang dilakukan Evan terhadapnya, namun hanya beberapa detik, karena detik berikutnya, cucu perempuan Alexander Geraldy ini mengarahkan lutut nya tepat ke inti tubuh Evan.
Merah padam wajah Evan, menahan rasa nyeri tak terkira di daerah pribadinya, kebanggaannya, senjatanya yang paling berharga, ia bahkan tak sanggup berteriak, atau mengumpat marah, karena beberapa saat kemudian, dengan menggunakan siku nya Luna mendorong dagu Evan, sebagai pukulan terakhir, ia mengarahkan tinju ke wajah Evan.
Bruk!!!
Seketika Evan terkapar tak berdaya, hilang kesadaran, bahkan teman temannya tak sanggup berkata kata, mereka hanya tertegun tanpa sanggup melakukan apa apa, Luna yang selama ini terlihat manis dan anggun, rupanya seorang gadis yang mengerikan.
Luna segera meninggalkan Evan begitu saja, tak ada yang tahu, ia terluka, rasanya malu, dan kecewa, ciuman pertama nya telah dicuri begitu saja, tanpa ada rasa, kata kata cinta, bahkan janji untuk setia.
,
.
Darren memasukkan buku bukunya kedalam tas, sesi pelajaran tambahan bersama Aya telah usai, ia bergegas pergi karena 2 jam lagi ia harus syuting sebuah acara off-line, "thanks Aya… aku duluan yah."
"Hmm…" Jawab Aya datar seperti biasa.
Darren menghela nafas sesaat, "Ay… aku jadi penasaran, apa arti namamu? Cahaya Dihyani?"
Aya menatap Darren dengan tatapan malas, "haruskah aku jawab?"
"Its oke kalo gak mau jawab," Jawab Darren sambil mengangkat kedua tangannya.
"Syukur deh kalo tahu."
Darren pun berlalu pergi, karena Dion sang manajer sudah menghubunginya.
Setelah Darren pergi, Aya kembali menata bangku dan meja yang ia dan Darren gunakan, tak lupa menghapus tulisan di papan tulis.
"Heh… Gadis kampung." Tiga orang gadis mendekati Aya, yang Aya tahu mereka adalah anggota Darren Licious, atau disingkat dengan Delicious, para fans girl nya Darren.
Akhirnya hari ini tiba juga, apa yang Aya khawatirkan selama ini terjadi juga, inilah yang ia hindari, berurusan dengan fans girl nya Darren.
Lagi pula Aya tak pernah merasa jadi gadis kampung, benar sekali jika kedua orang tuanya memang berasal dari desa, tapi semenjak menikah, keduanya tinggal di ibu kota, dan Aya bahkan tak pernah merasakan bagaimana hidup di desa, karena yang tinggal di desa kini hanya kerabat jauhnya saja, lagi pula memang apa salahnya jadi orang desa?
Aya hanya memutar bola mata malas nya, bukannya takut, Aya justru semakin berani melemparkan tatapan tajam, karena ia memang tak bersalah. "Aku punya nama, jangan sembarangan memberi julukan." Jawab Aya, kemudian ia mengambil tas sekolahnya, bermaksud segera meninggalkan kelas.
Tapi Karin dan kedua temannya tak terima dengan sikap Aya, Karin memberi aba aba pada kedua temannya untuk menghalangi langkah kaki Aya, Karin sengaja menjambak rambut Aya, dan menyudutkannya ke dinding, "dengar yah … kami para Delicious tak terima kalau gadis kampungan sepertimu dekat dekat dengan idola kami." dengan wajah angkuh, Karin segera mengeluarkan uneg uneg nya, Karin tak terima, karena terhadap para Delicious International School saja Darren tak pernah ramah, atau menganggap bahwa keberadaan mereka memang ada, tapi Aya yang bahkan bukan seorang Delicious bisa terlihat akrab dengan Darren, bahkan memiliki waktu khusus setiap hari.
"Bagaimana kalau ku katakan, bahwa aku tak menginginkan hal yang kalian takutkan?" Balas Aya dengan jujur, karena yang membuatnya berdekatan dengan Darren, adalah Darren sendiri.
"Mana mungkin, tak ada gadis yang menolak pesona Darren,"
"Itu menurutmu, tapi aku memang mengatakan yang sejujur nya, bahwa aku tak tertarik untuk kenal dekat dengannya."
"Sombong."
"Terserah, dan lagi aku pun tak butuh penilaianmu," Lagi lagi Aya mengulang hal yang sama, baik di depan Darren atau di depan para penggemar nya, ia tak munafik.
"Heh aku ingatkan sekali lagi yah, jangan sok kecakepan, jangan sok berpura pura lugu, kami tahu, kamu bersikap demikian hanya untuk menarik simpati Darren kan?"
"JANGAN MIMPI !! karena kami para Delicious, akan selalu menjaga Darren dari gadis gadis sepertimu, dan juga… aw … sakit nj*r…"
Kalimat Karin menggantung, karena tiba tiba ada seseorang yang menjambak rambut Karin dari belakang, sama seperti Karin yang masih menjambak rambut Aya.
Karin jelas saja merasa kesal, hingga ia pun menoleh, tapi yang nampak dihadapanya kini adalah wajah Luna yang sudah tersenyum miring ke arah nya, bahkan kedua temannya sudah kabur entah kemana, karena takut dengan kehadiran Luna.
"Aku saudarinya, kamu mau apa? tak terima, protes pada Tuhan sana!!!"
"Eh… nggak gitu Lun…" Jawab Karin terbata bata, seperti apapun Delicious, mereka tak bisa menyakiti atau mengancam adik kembar idola mereka.
"Nggak gitu apa hah??" Hardik Luna tajam, "dengar yah, aku saudarinya Darren, Kami bahkan masih memiliki seorang kakak, aku dan Daniel akan selalu ada buat dia, Delicious … apaan itu Delicious? Kalian tak lebih hanya segerombolan preman yang mengatur hidup idola kalian, ngefans boleh, tapi bersikaplah dengan wajar, kalian mungkin pendukung Darren, tapi jangan mencampuri atau mengatur urusan pribadinya, ngerti gak!??"
"Eh… iya Lun … ngerti kok, ngerti banget malah." Jawab Karin lagi, kemudian Luna melepaskan cengkraman, dan Karin pun buru buru pergi dari kelas tersebut.
“Bagus lah, bilang itu pada Delicious yang lain.” kata Luna dengan penuh penekanan.
Karin pun meninggalkan kelas dengan rasa malu luar biasa, ia bahkan tak menyadari bahwa rambutnya sudah sangat berantakan.
Suasana kembali sunyi selepas kepergian Karin dan kedua temannya.
“Luna kamu gak papa? kayaknya lagi suntuk banget?” Tanya Aya yang tak memperdulikan dirinya yang baru saja mengalami pembullyan.
Luna segera menghambur memeluk Aya dengan erat, gadis yang selalu ceria itu menangis sesenggukan, dan Aya hanya bisa memeluknya, menunggu Luna menumpahkan semua tangisannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Eka Suryati
Indahnya masa2 remaja para cucu opa alex dan oma stela
2023-10-30
0
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
ouuh..si luna yg sensitif kesayangannya aunty emira😄😄 si bocil kenz dan leon sekali dimunculin thor..interaksi sm kakak2 kembarnya 😁
2023-08-08
1
Tatik R
kasian Evan, mudahan ada teman nya Evan yg jelaskan ke Luna, biar gak dendam Luna nya
2023-08-08
1