#8
Darren menatap kosong papan perhitungan peringkat kelas, sungguh miris rasanya, karena kesibukannya, kini ia harus terima berada di posisi 50 dari 120 total siswa kelas 3 Internasional Senior High School, sementara kedua saudara kembarnya masih aman berada di posisi 10 besar.
Pagi ini seperti biasa ia tiba lebih pagi, walau semalam ia menginap di rumah orang tuanya, tapi ia sengaja meminta sarapan lebih pagi agar bisa pergi ke sekolah lebih dulu, tentu saja tujuan awalnya adalah ingin belajar, dan kini ia di buat semakin cemas, setelah melihat peringkatnya yang turun semakin mengenaskan ke posisi 50,
Dari kejauhan ia melihat Aya yang juga sudah rapi dengan seragam sekolahnya, tapi gadis itu masih sibuk mondar mandir membantu sang ibu menyiapkan kantin agar hari ini bisa beroperasi seperti biasa.
Sebagai seseorang yang cukup terkenal di dunia hiburan, maka di sekolah pun ia sering mendapat tatapan kekaguman dari para gadis yang juga kebetulan menjadi fans beratnya, kebanyakan dari mereka sering menatap penuh rasa kagum jika Darren kebetulan lewat di depan mereka, tapi tidak demikian dengan Aya, gadis yang kebetulan dekat dan sejak lama bersahabat dengan Luna tersebut, selalu menatapnya dengan pandangan dingin, bahkan kalau pun mereka berbincang, justru berakhir dengan pertengkaran kecil.
Darren jadi ingat sesuatu, kemudian terlintas sebuah ide, maka ia segera berjalan cepat, menuju kantin kemudian duduk santai di salah satu kursi, tak sedikitpun mengalihkan pandangan dari gadis yang tampak sibuk membantu di dapur kantin, begitu Aya melihat kehadiran Darren, ia menatap malas ke arah pemuda itu, malas sekali jika harus berurusan dengannya.
“Kantin belum buka, udah ke kelas aja sana.” Usir Aya.
Sikap jutek Aya selalu membuat Darren sungguh penasaran, jika di luar sekolah, ia pasti sudah dikerumuni penggemarnya seperti lalat mengerubungi makanan, tapi jika di hadapan Aya, ia merasa seperti bukan siapa siapa,bahkan gadis itu terlihat selalu memusuhinya.
“Kalau Daniel dan Luna yang berada di sini, kamu fine fine aja, kalau aku yang berada di sini kok wajahmu berubah jutek gitu sih?” protes Darren.
Aya menghela nafas, “Males aja, kalau bisa lebih baik gak ber urusan denganmu, dan para fansmu.”
Darren tersenyum mengejek, sebagai seorang yang sering dielu elukan ketampanannya, bahkan diharapkan kehadirannya, kini ia di tampar kenyataan, bahwa ada seorang gadis yang menolak kehadiran dirinya, bahkan gadis itu bukan siapa siapa, selain sang juara umum di sekolah mereka.
"Baru kali ini aku di tolak seseorang," Darren mengubah posisi duduknya, kini ia menopang wajah tampannya dengan menggunakan telapak tangan. "Aku jadi penasaran, kamu pernah gak sih dikiiit aja memiliki rasa padaku, minimal terpesona melihat penampilanku di layar kaca?" Tanya Darren dengan wajah full percaya diri.
Tapi Aya tetaplah Aya, dia memang tak pernah tertarik dengan hingar bingar kehidupan selebritis, menurut Aya itu sama sekali tak penting, tak akan memberi pengaruh pada hidup dan kehidupannya, “over sekali tingkat kepercayaan dirimu,” Ejek Aya, “tapi sejujurnya aku sama sekali tak tertarik padamu, maaf …”
Darren mengangguk, kemudian mengeluarkan selembar kertas dari tas sekolahnya, “Sayangnya Tuhan masih berkehendak kita memiliki urusan yang harus diselesaikan,” Darren melambaikan selembar kertas kemudian meletakkannya di atas meja, itu adalah Kwitansi pembayaran perbaikan mobil yang kemarin menjadi korban motor matic milik Aya.
Aya menghembuskan nafas sesaat, suka atau tidak ia harus bertanggung jawab, Aya mencuci tangannya di wastafel, kemudian berjalan mendekati meja meja kursi tempat Darren duduk menunggunya.
.
.
.
Sementara itu, di rumah Kevin.
“Mama… aku berangkat duluan aja, kelamaan kalau nunggu Daniel.” seru Luna ketika menuruni tangga.
“Ya sudah hati hati di jalan, naik apa ke sekolah nya, bareng sama Dean dan Danesh aja.” usul Gadisya.
Luna memasang jaket kulit nya, ia sengaja mengenakan celana jeans, dan nanti setibanya ia di sekolah ia bisa mengganti celananya dengan rok, kapanlagi ia bisa membajak motor kakak sulungnya.
“Naik motor Daniel mah …” Jawab Luna percaya diri, si cantik ini mirip sekali dengan Emira, selalu bisa menempatkan diri dengan situasi, kapan ia harus menjadi feminim dan anggun, serta kapan ia harus bisa jadi gadis tomboy, dan kali ini ia harus bisa berubah jadi tomboy demi memberi pelajaran pada Daniel yang kerap bangun kesiangan.
“Trus Daniel naik apa ke sekolah?”
“Terserah dia mah, ini akibat karena selalu bangun kesiangan.” jawab Luna, kemudian Gadis itu memasang helm yang biasa Daniel kenakan, dan berlalu pergi, jika dilihat sekilas, Luna benar benar seperti seorang pria.
Suara motor menderu meninggalkan kediaman Kevin.
“Anak anak sudah pergi semua?” tanya Kevin yang sudah siap dengan pakaian kerja nya.
Gadisya menggeleng lemah, “masih tersisa satu, sungguh mirip dengan papa nya.”
Kevin tersenyum, tak dipungkiri, kebiasaan bangun kesiangan itu memang menurun dari Kevin, jika di hari libur, Daniel dan kevin bisa tidur hingga jam 12 siang.
Entah sudah tak terhitung, berapa kali Gadisya mondar mandir mendatangi kamar putra sulungnya, Daniel, tapi remaja 17 tahun itu tak kunjung membuka matanya, “Daniel …” panggil Gadisya sekali lagi, ”harus dengan cara apa lagi mama memabngunkanmu? kenapa susah sekali?”
Daniel menggeliat sesaat, “5 meniiiiit lagi mah.” tawarnya dengan mata terpejam.
“Sudah sepuluh kali kamu mengatakannya sejak jam 6 tadi mama membangunkanmu, dan sekarang tinggal 30 menit lagi bel sekolah berbunyi.”
Seketika Daniel membuka mata, matanya langsung tertuju pada jam di dinding kamarnya, dan benar saja semua yang dikatakan sang mama, pemuda itu melompat dengan gesit menuju kamar mandi, cukup 5 menit, gak perlu lama lama, mengingat ia sudah tampan sejak lahir, jadi mandi sejenak pun sudah membuat kadar ketampanannya bertambah.
Tak butuh waktu lama bagi Daniel untuk bersiap, dengan celana dan kemeja sekolah yang belum di kancing, serta dasi yang menggantung begitu saja di leher nya, Daniel turun, ia hanya menyambar sepotong Roti, kemudian mencium pipi mama dan papa nya, kemudian berjalan menuju rak sepatu, tapi lagi lagi ia dibuat terkejut, karena Helm dan kunci motornya menghilang, yang tersisa hanya helm berwarna Pink cerah milik Luna. “Mama … helmku mana?”
“Helm dan motor kamu dibawa Luna,” Jawab Gadisya santai, tentu Kevin pun terlihat santai, ia sudah sangat hafal dengan perilaku ketiga anak kembarnya, dan Kevin membiarkan nya, sesuai kesepakatan dengan sang istri, mereka harus mendapatkan konsekuensi perbuatan mereka sendiri.
“Haiiis …” Hanya itu yang mampu Daniel ucapkan, ia tak bisa marah, karena memang sudah seperti itulah kesepakatannya bersama Luna, kedua orang tuanya menitipkan Luna kepadanya, tapi jika Daniel sengaja mengulur waktu, Luna diizinkan pergi terlebih dahulu.
Tak ingin menunggu lebih lama, Daniel berlari kencang menghampiri rumah sang Daddy, ia bisa bernafas lega ketika melihat Danesh juga baru menyalakan motornya, tanpa aba aba terlebih dahulu, Daniel segera duduk di kursi belakang, seraya membetulkan letak dasinya, “Buruan jalan, bentar lagi terlambat.” seru Daniel.
Tapi bukannya segera berangkat, Danesh justru tertawa terbahak bahak, melihat penampilan kakak sepupunya tersebut, “Kenapa?”
“Penampilan oke, galaknya macam si mawar berduri, tampan dan macho, tapi pake helm wana pink, ha ha ha.”
“Berisik, buruan jalan,”
“Kenapa, kamu di tinggal lagi sama Luna?”
“Iya … Puas ngetawain aku? ayo lima belas menit lagi gerbang di tutup.”
“Sengaja.” Jawab Danesh di luar dugaan.
"WHAT??"
"Nanti ku beritahu alasannya," Ujar Danesh sebelum menutup kaca helmnya.
Motor pun melaju kencang membelah ramainya jalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
😱😱😱
2024-09-10
0
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Uranium
Plak
2024-06-26
0
☠𝐀⃝🥀🍾⃝ͩ𝐕ɪᷞᴠͧɪᷠᴇᷧ AnissA⭐
aduh Danesh punya rencana apa itu? sie Darren suka sama Aya sahabat Luna?
2024-06-26
0