“Ray.. Ray.. Jangan macem-macem ini tempat bimbel.” Dito dan Caesa berusaha melerai.
Dito memegangi Rayyan dan Caesa memegangi Messi.
“Aku cuma mau ngingetin ****** satu ini supaya bisa lebih fair.” Ucap Rayyan yang semakin kuat menarik kerah Messi.
Messi tidak menyangka Rayyan menjadi semarah itu.
“Ray.. Berhenti! Lily dateng. Buruan lepas” Julia memberi tahu.
Rayyan segera melepaskan kerah baju Messi dan meletakkan tangannya di tembok.
“Eh ngapain kalian kok pada berdiri di pojokan situ.” Tanya Lily
“Ini Kita lagi nyari nama Kakaknya Rayyan.” Caesa mencari alasan karena kebetulan tembok itu adalah tempat menempel alumni tempat bimbel yang berhasil diterima di universitas favorit.
“Rayyan nggak punya kakak bodoh!” Ucap Dito di telinga Caesa.
“Eh kok jadi Rayyan, maksudnya Kakaknya Messi. Deket banget habisnya mereka sampai suka susah bedain” Ucap Caesa lagi.
“Iya Kakak ketemu gedenya Messi.” Lanjut Dito.
“Ohya? Siapa namanya? Keterima dimana? Coba lihat.” Tanya Lily penasaran.
“Nah ini nih. Aulia Sahara dari SMA 231, keterima di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas XX.” Tunjuk Dito asal menunjuk orang yang tidak Ia kenal yang penting berjenis kelamin perempuan.
“Keren juga pacar Bang Messi ya, dokter gigi, kalau berani macam-macam dibuat ompong semua itu gigi.” Ucap Caesa sambil mengedip-ngedipkan matanya ke arah Messi.
Messi hanya diam dan mengangguk. Rayyan yang tadi seperti mengancam Messi merangkul pundak Messi sambil berbisik.
“Kali ini Kamu aman.” Bisik Rayyan.
“Kita bisa belajar sama-sama kok Ray, nggak perlu kayak gini caranya.” Messi balas berbisik ke telinga Rayyan.
Mata semua orang fokus ke arah tiga anak yang tiba-tiba datang dan heboh sendiri.
“Oh My God!! What a shame? Baru kali ini Aku peringkat sepuluh. Kok bisa ya? Nggak salah kan ya yang ngecek? Lihat aja kalau sampai salah Aku bakal marahin habis-habisan.” Ucap Ivana dengan sombongnya.
“Babe, Anthony? Is it really you? Peringkat tujuh? Bukan Kamu banget kalah sama loser kayak mereka.” Lanjut Jovanka dengan sedikit meledek kekasihnya.
“Can you see this? Nilai Kamu juga masih lebih rendah dari Aku.” Ucap Anthony sambil menunjuk nilai Jovanka di peringkat delapan.
“But please Anthony, you always got the first place. Why? Kenapa bisa jatuh kayak begini? Mana Anthony yang Aku kenal?” Tanya Jovanka.
“Guys, trust me ini nggak akan terulang lagi. Let’s go!” Ucap Ivana membubarkan perdebatan dua kekasih itu kemudian pergi dari tempat itu.
“Sok enggres kali mereka itu.” Celetuk Dito.
“They said we’re loser? Holy ****!” Ucap Julia.
“Waduh.. kesurupan jin bule nih si Julia.” Caesa mengaduh.
“Maaf ya temen-temen, omongan mereka memang kayak gitu, pedes. Kita sekarang cuma harus ngebuktiin kalau Kita nggak seperti yang diomongin sama mereka. Kita jauh lebih baik dari mereka.” Lily menenangkan.
“Percuma mereka selalu di tiga besar tapi boro-boro pernah menangin lomba tingkat nasional, nginjak kempetisi tingkat provinsi aja nggak pernah. Aku doain nggak keterima dimana-mana ntar mereka.” Julia menyumpahi.
“Huss.. Julia, anak baik nggak boleh gitu dong ngomongnya. Jangan ngotorin mulut sendiri ihh..” Lily menenangkan Julia yang tersulut emosinya sambil memeluknya.
Dito dan Caesa melihat itu pun tanpa sadar ikut berpelukan. Sedangkan Rayyan dan Messi saling bertatapan kemudian memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan.
“Ben.. Ben.. selamat ya! Kamu dapat peringkat lima!”. Ucap Julia memanggil Ben yang baru saja datang.
Mendengar perkataan Julia, Ben memeriksa kembali lembar hasil try out di dinding dan benar saja Ia berada di urutan kelima setelah Messi, Rayyan, Lily, dan Julia.
“Siapa yang mau ikut tambahan sampai malam?” Tanya Rayyan tiba-tiba sambil mengangkat satu tangannya.
Dito dan Caesa mau tak mau ikut mengangkat tangan, diikuti oleh Messi dan Ben, kemudian Lily dan Julia dengan ragu-ragu.
“R, sebentar Aku kabarin Ibu Aku dulu.” Ucap Lily.
“Aku juga mau telepon Mama dulu.” Julia mengikuti.
Keduanya pun menghubungi orang tuanya dan mendapatkan ijin.
Selesai kelas, tiga rivalnya langsung meninggalkan tempat bimbel. Sedangkan mereka bertujuh masih duduk sambil membahas soal try out yang hasilnya baru saja keluar. Mereka membahas soal matematika, fisika, kimia, biologi, bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris itu dengan cepat. Menyisakan enam soal yang belum dapat mereka selesaikan. Masing-masing pelajaran satu soal.
“Tinggal sedikit lagi nih, kita bagi aja deh, untuk soal Bahasa Inggris tugas Julia, Bahasa Indonesia tugas Caesa, Biologi tugas Dito, Kimia tugas Ben, Fisika Messi, terakhir Matematika Aku sama Lily. Besok Kita harus udah dapat jawabannya, bisa tanya ke guru-guru juga.” Ucap Rayyan membagi tugas sesuai dengan keahliannya.
“Enak kali berduaan ngerjainnya” celetuk Caesa.
“Mau tukeran aja Kamu yang ngerjain matematika?” Tanya Rayyan.
“Gak.. gak.. Aku Bahasa Indonesia aja Ray.” Jawab Caesa yang ketakutan jika harus disuruh mengerjakan soal matematika karena matematika adalah pelajaran yang paling sulit dikuasainya..
Malam itu juga Rayyan mengajak Lily meminta pencerahan dari Pak Rama untuk menyelesaikan satu soal matematika yang belum terpecahkan. Bu Merry yang sudah di depan tempat bimbel melihat Julia yang sudah pulang pun menelpon putrinya.
“Bu, tunggu sebentar ya maksimal lima belas menit mau ngerjain soal yang nggak bisa nih sama Pak Rama.” Jawab Lily mengetahui Ibunya mencarinya.
Bu Merry yang ditemani Pak Sadewa hanya mengiyakan. Ia melihat dua anak laki-laki yang Ia kenali karena pernah menjenguk putrinya di rumah sakit masuk ke dalam mobil di parkiran, namun Ia tak menemukan satu lagi yang paling tinggi diantaranya.
Sepuluh menit berselang, Lily sudah keluar sendirian dan memasuki mobilnya. Ia sengaja meminta Rayyan menunggu lebih dulu agar Ia pulang sebelum keluar dari tempat bimbel itu agar orang tuanya tidak curiga. Rayyan pun menuruti permintaan pacarnya. Ia mengintip ketika mobil yang ditumpangi pacarnya sudah pergi barulah Ia keluar ke parkiran.
“Temen Kamu yang paling tinggi itu nggak masuk ly?” Tanya Bu Merry.
“Oh Rayyan? Ada kok tadi Bu.” Jawab Lily yang tak ingin berbohong
“Kok tadi Ibu Cuma lihat Caesa dan Dito?
“Kurang tahu juga ya Bu, Aku tadi habis ke Pak Rama nyelesaiin tugas. Kita tadi bagi tugas gitu, Aku kebagian yang matematika jadi langsung nyariin Pak Rama deh.” Lily terpaksa berbohong, kalau saja Ibunya tahu tadi Ia berdua dengan Rayyan menemui Pak Rama bisa lebih rumit urusannya.
“Julia kok langsung pulang tadi?” Tanya Bu Merry lagi.
“Julia mah enak soalnya dia dapat bahasa inggris, mamanya kan dulu kuliah di sastra Inggris, tinggal tanya mamanya aja nanti di rumah.” Ucap Lily.
“Kamu kenapa nggak tanya Bapak aja soal matematika? Bapak jagonya soal pertambahan dan perkalian. Tinggal pakai kalkulator. Sat..set.. keluar hasilnya.” Ucap Pak Sadewa.
“Yahh Pak, kalau matematika nya cuma tambah kurang kali bagi mah anak SD juga bisa.” Jawab Lily spontan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments