Kelas fisika dimulai, dan mereka mulai menanyakan soal yang tidak bisa mereka kerjakan kemarin. Julia yang belum memiliki soal pun merapatkan tempat duduknya ke tempat Lily, Rayyan yang melihat itu pun langsung ikut merapatkan bangkunya dengan Lily, tidak ingin kalah dari Julia. Setelah pembahasan soal itu selesai Pak Abdul meminta Julia dan Rayyan mengembalikan posisi tempat duduknya agar mereka semua bisa fokus menerima materi yang akan diajarkan.
“Parah sih Kamu Ray, posesif banget sama Lily padahal Aku sahabatnya.” Celetuk Julia ketika Pak Abdul sudah meninggalkan ruang kelas.
Rayyan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Aku mau dong di-posesif-in!” Ucap Caesa.
“Temen kamu ini agak-agak ya.” Bisik Rayyan ke telinga Lily yang membuat Lily tersenyum.
“Kalian udah kepikiran belum mau daftar jurusan apa dan dimana?” Tanya Dito kepada teman sekelasnya.
Satu per satu siswa di kelas itu pun menjawabnya satu per satu, Messi yang ingin berkuliah di Teknik Informatika Universitas XX, Rayyan Kedokteran di Universitas XX, Caesa Teknik Mesin Universitas terfavorit di Kotanya, Lily yang ingin berkuliah di Universitas XX apapun jurusannya, dan terakhir Julia yang ingin kuliah kedokteran tapi masih galau dimana. Namun Dito merespon jawaban Julia secara tak terduga.
“Sama banget, Aku juga pengen kedokteran. Sehati! Udah cocok kan guys aku sama Julia?” Respon kocak Dito membuat seisi kelas menyorakinya sedangkan Julia menggelangkan kepalanya
“Lio mau di Universitas XX juga? Kedokteran aja yuk biar samaan sama Aku.” Tanya Rayyan yang lengannya sudah melingkar di bahu Lily dengan suara pelan.
“Kayaknya Aku harus buat pengecualian deh R, apapun jurusannya kecuali kedokteran, Aku takut lihat mayat!” Jawab Lily pelan
“Okay, nggak apa-apa Kita belajar sama-sama ya biar bisa masuk di Universitas XX. Soalnya susah banget untuk keterima kesana.” Balas Rayyan
Lily mengangguk.
***
Malam itu di ruang belajar Lily tidak sama sekali membuka bukunya tapi Ia memikirkan jurusan apa yang ingin Ia ambil nantinya. Teman satu kelasnya sudah tahu apa tujuannya masing-masing. Sedangkan dia tidak tahu apa yang ingin dia ambil.
“Selama ini Aku bagus di matematika, fisika, kimia. Aku harus ambil jurusan apa ya?” Tanya Lily dalam hati.
“Hmm.. mungkin Aku lebih cocok di Teknik. Tapi teknik apa? Nanti Aku coba minta saran Pak Rama deh.” Lily mencoba menemukan jawaban namun buntu.
***
Lily dan Julia yang tidak ada jadwal ke sekolah hari sabtu janjian untuk datang ke tempat bimbingan belajar jam 9 pagi deni belajar bersama. Sedangkan Rayyan dan teman-temannya baru pulang sekolah jam 11 siang dan akan langsung menyusul ke tempat bimbel. Hari Itu adalah hari pelaksanaan try out yang pertama.
Di sekolahnya, Rayyan dari pagi sudah sibuk belajar, Ia ingin membuat Lily terkesan dengan hasil try out miliknya nanti. Sedangkan Lily dan Julia yang sudah tiba di tempat bimbel dan berencana untuk belajar malah asik mengobrol.
“Jul, menurut Kamu Aku cocoknya ambil kuliah apa ya?” Lily meminta pendapat kepada Julia.
“Hmmm.. kalau kedokteran kayak Aku pasti Kamu nggak mau. Terus Kamu sukanya apa? Pengen kerja apa?” Julia balik bertanya.
“Aku sih pengennya bisa kerja di lapangan gitu, jadi bisa jalan-jalan. Bosen pasti kan di kantor terus.” Jawab Lily
“Teknik sipil aja kayak Om Aku. Sering jalan-jalan ke lokasi proyek Aku lihat di statusnya. Cuannya juga banyak lagi. Kalau ketemu pasti Aku dikasih uang jajan.”
“Wah menarik Jul. Kamu sendiri gimana? Nggak mau di Universitas XX aja sama Aku?”
“Pengen sih, tapi Aku nggak pengen jauh-jauh dari Mama. Universitas di Kota ini juga masih masuk top ten kok.”
Pak Rama yang baru sampai ke kantor pun menghampiri Lily dan Julia. Pak Rama memperkenalkan diri dengan Julia karena belum pernah bertemu sebelumnya.
“Oh jadi ini yang namanya Pak Rama, sejak Lily bimbel privat sama bapak nilai dia jadi makin gilaaa tau Pak, kalau nggak 90-an pasti 100. Saya sampai susah ngejarnya.” Ujar Julia dengan penuh semangat.
“Makanya Kamu ikut belajar disini ya? Lagi ngapain kalian?”
“Ini pak, Julia lagi galau soal jodoh udah jomblo dari lahir.” Jawab Lily yang memang sudah akrab dengan Pak Rama.
“Bohong Pak, Lily nih baru jadian sama..” Belum selesai Julia berbicara, Lily menutup mulut Julia agar tidak bisa melanjutkan perkataannya.
“Perkembangan ya ly.” Pak Rama makin ikut meledek sehingga membuat pipi Lily memerah.
“Ciiieee…” Tambah Julia
“Apaan sih, ayokk belajar ah, mau try out.” Kilah Lily
“Makin rajin ya Ly semenjak punys ayang.” Julia lanjut meledek.
“Pak Rama, kalau segitiga yang begini untuk dapetin panjang sisinya bisa pakai rumus pitagoras kan?” Tanya Lily mengalihkan pembicaraan.
“Aduh ada yang salting nih Pak, sampai-sampai yang kayak begitu aja ditanyain. Itukan gampang banget Lily.” Ledek Julia
“Hmm.. Udahlah aku mau jajan es teh dulu. Panas banget cuacanya.” Lily pun bergegas keluar diikuti oleh Julia.
“Jangan ngambek dong Ly, Aku kan cuma bercanda.”
“Biarin ah.” Lily berpura-pura, Julia yang menyadari akting Lily pun mencubit perutnya. Tak terima dicubit, Lily membalas Julia dan mereka kejar-kejaran di depan tempat bimbel.
Rayyan yang baru datang dengan sebuah mobil pun tersenyum melihat tingkah pacarnya dan sahabatnya. Rayyan langsung menghampiri keduanya yang masing saling adu cubit.
“Kalian ngapain sih? Kayak anak kecil lagi berantem aja.” Tanya Rayyan.
“Kita kan emang masih kecil, masih polos.” Ucap Julia dengan ceplas-ceplos.
“Julia nih rese R.”
“Haha.. kalian mau kemana?” Tanya Rayyan.
“Nggak tau.” Jawab Lily yang tadi berkata mau beli es teh.
“Aku laper nih, temenin makan yuk..” Ajak Rayyan
“Aku bawa bekal, masuk duluan ya.” Julia langsung berlari masuk ke dalam ruko. Sedangkan Lily yang hendak mengejar Julia ditahan lengannya oleh Rayyan.
“Mau kemana? Aku laper nih. Makan yuk di warung seberang jalan.” Modus Rayyan agar bisa berduaan dengan Lily.
“Tapi Aku nggak berani nyebrang, jalannya rame banget.” Ucap Lily
“Jangan takut Lio-ku sayang, ada Aku.”
Rayyan merangkul bahu Lily dan menghadang kendaraan agar memperlambat lajunya ketika mereka lewat. Sebelumnya hanya Ayah dan Ibunya yang selalu menjaganya seperti itu saat menyeberangi jalan yang ramai. Tak disangka sekarang Lily memiliki pacar yang amat sangat menjaganya. Hati Lily pun makin jatuh hati kepada Rayyan.
Julia yang sudah sampai di tempat duduknya pun bergumam “Rayyan bisa aja ya modusnya pengen berduaan sama Lily sampai Aku disuruh pergi dulu.”
Sedangkan di tempat makan, tiba-tiba Rayyan menjadi sangat manja kepada Lily, Ia meminta Lily untuk menyuapinya. Lily tertegun, jika di depan orang lain Rayyan tampak dewasa namun jika berdua saja Ia tampak lebih manja tapi menggemaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments