Dari semalam Liony berjuang keras belajar agar bisa merebut kursi kelas khusus di tempat bimbingan belajar Pak Rama. Di sekolah pun, Ia mencuri-curi belajar di mata pelajaran yang membosankan baginya. Jam istirahat pun Ia tak meninggalkan tempat duduknya. Makan sambil belajar seperti akan segera mengikuti ujian masuk universitas.
Pulang sekolah Lily yang dijemput Ibunya pun langsung bergegas menuju sebuah ruko tempat Bimbel Pak Rama. Guru Privat itu memiliki tempat bimbingan belajar terkenal di kotanya sehingga banyak siswa SMA seumuran Lily mendaftar kesana. Itulah kenapa Bu Merry meminta Pak Rama secara khusus untuk mengajar putrinya secara privat di rumah. Meskipun tarif bimbel Pak Rama tidak murah Bu Merry dan suaminya tidak keberatan asal putrinya bisa mendapatkan nilai yang bagus.
Lily yang sudah mempersiapkan diri pun berusaha menenangkan diri agar tidak panik. Membayangkan kalau Ia akan melaksanakan olimpiade matematika.
“Tenang.. tenang.. Aku pasti bisa mendapatkan satu bangku di kelas khusus itu. Lagian Pak Rama juga nggak mungkin ngasih Aku harapan kalau dia nggak yakin aku bisa masuk kelas itu.” Gumam Lily dalam hati sambil menunggu ruang yang sedang dipersiapkan untuk Lily melaksanakan tes.
“Mbak, sudah berapa orang yang diterima di kelas khusus ini?” Tanya Bu Merry dengan penasaran kepada resepsionis tempat bimbel Pak Rama.
“Saat ini baru satu anak bu yang sudah lulus tes, banyak yang nggak lolos tapi mereka tetap ambil kelas reguler.” Resepsionis tersebut menjelaskan.
“Kira-kira bisa tahu hasilnya lulus atau nggak kapan Mbak?” Tanya Bu Merry lagi.
“Nanti setelah tes bisa ditunggu aja bu sekitar lima belas menit atau kalau Ibu mau pulang dulu bisa Kami informasikan melalui telepon.”
Seseorang datang memberitahukan resepsionis bahwa tempat tesnya sudah siap dan itu artinya Lily akan segera memulai tesnya. Lily pun diajak menuju ruang kosong di lantai tiga untuk mengerjakan satu paket soal berjumlah tiga puluh soal dengan batas waktu pengerjaan satu jam.
Lily pun bergegas mengerjakan soal-soal itu supaya Ia bisa lebih cepat selesai. Dan benar saja, Lily benar-benar merasa soal-soal itu tidak terlalu sulit. Ia hanya memerlukan waktu tiga puluh menit untuk menyelesaikan semuanya. Ia pun turun ke lobby melihat Ibunya yang masih mengobrol dengan resepsionis lalu menyerahkan lembar soal beserta jawaban yang baru saja Ia kerjakan.
“Wah.. cepet banget dek, tunggu dulu ya Aku mau kasih ini ke petugas pemeriksa. Maksimal lima belas menit hasilnya keluar.” Resepsionis wanita itu pun meninggalkan mereka sebentar.
“Gimana Ly? Bisa ngerjainnya tadi?” Tanya Bu Merry.
“Ada sedikit sih Bu yang Aku nggak bisa dan kurang yakin jadi Aku skip daripada kelamaan.” Jawab Lily dengan jujur.
Tiba-tiba sekitar sepuluh menit menunggu, seseorang yang mereka kenal menghampiri mereka dan menyampaikan sesuatu ke Lily serta Ibunya.
“Selamat Lily, kamu keterima di kelas khusus dengan nilai 90.” Seseorang yang tidak lain adalah Pak Rama itu mengulurkan tangannya ke Lily dengan sangat bangga.
Bu Merry pun tersenyum mendengarkan apa yang dibicarakan Pak Rama dan mengobrol singkat dengan beliau. Setelah itu, Bu Merry segera mengurus administrasi di tempat bimbel itu. Ketika semua sudah selesai, Bu Merry dan Lily pun pamit pulang.
***
Di jalan pulang, Lily pun membuka perbincangan dengan Ibunya.
“Jadi mulai besok Pak Rama nggak ke rumah lagi Bu? Aku lesnya di tempat bimbel dia?” Tanya Lily kepada Ibunya.
“Iya, Ibu udah ngobrol sama Mbak Maya resepsionis yang tadi Kamu bisa belajar kapan aja kamu mau disana sampai malam. Hari Minggu juga tetap bisa bimbel karena ada guru yang piket.”
“Wah bener-bener dipaksa kerja rodi nih aku sama Ibu.” Gumam Lily
“Terus kapan aku mulai belajar disana bu?” Tanya Lily.
“Sebenernya hari senin kemarin udah mulai ly tapi karena baru masuk kamu bisa ikut kelasnya mulai besok. Jadi pulang sekolah langsung Ibu antar kesana.”
***
Keesokan harinya, pulang sekolah Bu Merry langsung menjemput dan mengantar Lily ke tempat bimbel. Setelah mengantarkan Lily, Bu Merry langsung pulang. Di tempat bimbel sudah ada seorang anak laki-laki yang sibuk memegang handphone menunggu jam kelasnya dimulai. Mbak Maya yang melihat Kami berdua menunggu kelas dimulai pun memperkenalkan Kami.
”Kenalan dulu dong, kalian berdua sekelas loh.”
“Lily dari SMA XY” Ucap Lily sambil mengulurkan tangan
”Messi dari SMA XZ” balas Messi
”Serius nama Kamu Messi? Kayak pemain bola dong ya.” Lily mencoba sok akrab walaupun garing, membuat Messi tertawa.
“Oiya kamu di SMA XZ kenal sama Rani nggak? Dulu dia sampai SMP sekelas sama Aku di XY.”
Lily menanyakan kepada Messi soal sahabatnya yang bernama Rani yang sekarang bersekolah di SMA XZ. Rani adalah sahabat Lily dari TK, mereka selalu satu kelas sampai SMP dan cukup sefrekuensi dengan Lily. Meski tidak terlalu cerdas seperti Lily tapi mereka sangat dekat setiap mendapat tugas kelompok mereka selalu mengerjakannya bersama. Sayangnya setelah Bundanya Rani meninggal pasca kelulusan SMP, Ayahnya memindahkan Rani untuk sekolah di dekat rumahnya saja di SMA XZ. Sekolah itu tidak kalah bagus dari sekolah Lily tapi jumlah siswanya cukup banyak.
“Rani yang mana ya? Kalau Maharani Citra aku sekelas tapi nggak begitu akrab.”
“Nah iya itu. Wah titip salam ya buat dia. Udah lama banget nggak ketemu sejak lulus SMP.”
Messi membalas dengan senyuman.
Tak lama Pak Ade datang dan mengajak kedua anak muridnya itu masuk kelas. Pak Ade adalah guru pelajaran Kimia, usianya sekitar 30 tahun, suaranya agak lembut seperti perempuan dan gerakannya yang gemulai membuat Lily dan Messi saling bertatapan dan tersenyum menunjuk Pak Ade dari belakang. Namun ada raut aneh pada senyum Messi yang membuat Lily bertanya-tanya.
Kelas bimbel dimulai dengan perkenalan diri masing-masing. Setelah memperkenalkan diri Pak Ade menjelaskan syarat untuk di kelasnya.
“Saya punya satu syarat sebelum memulai kelas Saya. Pokoknya Saya mau di kelas Saya semua rame, tidak ada yang boleh diam. Kalau mau diam aja mending nggak usah ikut kelas. Tapiii… ramenya bukan ngobrol sendiri ya, kalau ada yang nggak ngerti harus cepat ditanyakan dan kalau saya tahu semua harus cepet-cepetan menjawab.”
Pak Ade guru yang cukup unik tapi beliau tidak menunjukkan gelagat yang berniat menggoda siswa laki-lakinya, membuat Messi tampak lebih tenang dari sebelumnya. Messi dan Lily cukup aktif di kelas membuat sesi bimbel terasa lebih singkat. Pak Ade yang telah selesai mengajar pun meninggalkan ruangan.
“Kamu kenapa tadi pas mau masuk kok kayak gitu liat Pak Ade?” Tanya Lily penasaran.
“Sumpah takut banget Aku tadi kupikir bapaknya belok, soalnya Aku pernah hampir dicium banci. Masih trauma kalau lihat yang kayak begitu.” Ucap Messi pelan karena takut terdengar dari luar.
Lily yang mendengar itu tertawa terbahak-bahak. Gaya Pak Ade memang terlihat seperti perempuan tapi beliau mengajar kami dengan sangat baik. Beliau memang ahli di mata pelajaran kimia, kalau tidak mana mungkin Pak Rama mau merekrutnya.
“Ngomong-ngomong tes kemarin dapet nilai berapa?” Messi penasaran karena selama kelas berlangsung Lily dapat mengerjakan setiap soal dengan cepat sehingga memacunya untuk berpikir lebih cepat.
“Emang kamu dapet berapa?” Tanya Lily balik
“Hoki banget aku ngepas di 80, salah satu soal lagi aja nggak bisa masuk di kelas khusus ini.”
“Oh iya standar nilainya 80? Aku malah baru tahu.”
“Iya soalnya yang masuk di kelas ini dapat jaminan masuk top ten university. Kalau nggak keterima uang bimbel balik 100%. Jadi Kamu dapat berapa?” Messi penasaran.
”Wahh.. Aku baru tahu malahan. Aku dapat 90.”
Messi bergidik ngeri dengan nilai Lily yang cukup tinggi. Setelah membereskan buku dan alat tulis mereka turun ke lobby bersama menuju arah pulang. Tiba-tiba satu dari anak laki-laki yang sedang berkumpul menyadari keberadaan Messi dan menghampiri Kami, lebih tepatnya Messi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Juguito De Frutifastastico Uwi
Wajib update! Kalo engga, aku makin kepo aja sama ceritanya~
2023-07-14
1
Axelle Farandzio
Menegangkan tapi juga romantis, pertahankan kualitasnya!
2023-07-14
1