Part 20

Hari ini Iren sudah masuk kuliah kembali. Alvaro juga mengizinkan dia pulang ke rumah sepulang kuliah.

Iren berdiam diri di dalam mobil yang terparkir di halaman kampus. Pandangan matanya tertuju pada pria di ujung sana yang tengah melambai ke arahnya. Melihat wajah sumringah Rey, Iren mendesah berat.

Apa yang harus dia lakukan dan apa yang harus dia katakan pada pria itu. Mereka baru saja pacaran, lalu hari ini Iren meminta putus. Lelaki itu pasti sangat terluka. Tapi Iren tak berani melanggar perintah Alvaro. Dia tak mungkin mengorbankan nyawa Rey.

Rey langsung menyambut Iren begitu dia keluar dari mobil. Pria itu hendak menautkan jarinya ke jari jemari Iren. Tapi Iren cepat menarik tangannya. Dia yakin orang Alvaro sedang mengawasinya saat ini.

"Ada apa?" bisik Rey, sembari mendekatkan tubuhnya ke Iren. "Ikut aku ketaman belakang." ajak Iren lalu bergegas meninggalkan Rey. Pria itu tersenyum simpul menatap punggung Iren. Sudah terbayang sesuatu yang indah terjadi disana.

Iren masih diam mematung, sementara Rey terlihat begitu bersemangat. "Hey, Kenapa diam. Kau mengajakku ke sini karena ingin menyampaikan sesuatu kan?"

Iren mengaguk. Lalu menatap Rey dalam dalam. "Ayo putus." ujarnya pelan.

Rey terdiam lalu kemudian tertawa. "Kau sedang mengejai aku kan?" ucapnya, sembari menyentuh bahu Iren.

Iren menggeleng. Butiran bening terlihat mengenang di sudut matanya. Hubungan mereka memang baru hitungan hari. Tapi perasaannya untuk Rey tidak bisa di bilang sebentar. Dia juga sempat punya angan angan indah bersama Rey. Tapi Alvaro merenggut semua angan angan itu.

"Ada apa ini?" Tanya Rey, sembari mendekat. Menatap lekat wajah yang tertunduk dalam di depannya.

"Iren, lihat aku." Rey menagkup wajah Iren, perlahan mengangkat wajah itu menghadap ke arahnya. "Ada apa" tanyanya lagi. Melihat ekspresi Iren, hati mendadak gelisah.

"Kita putus saja." lagi lagi kata itu keluar dari bibir Iren. Rey menggeleng. "Tidak akan. Udah dari dulu aku ngejar kamu Iren. Setelah dapetin kamu, terus mau ku lepas gitu aja. Gak mungkin." Tolak Rey.

Iren menarik nafas dalam, menatap manik hitam Rey yang tampak kebingungan. "Maaf Rey, tapi kita harus putus." lirih Iren.

"Kenapa?! Kenapa harus?! Kita baru saja memulai, apa apaan kau minta putus!" sentak Rey meradang.

Iren myusut butiran bening yang nyaris tumpah di sudut matanya. Hatinya sakit seperti diremas remas. Mencintai tapi di paksa melupakan. "Maaf Rey, kita memang harus-"

"Jangan bicara lagi, kau masih bingung sekarang. Jadi kita bicara lain kali saja." Potong Rey. Lalu melangkah pergi meninggalkan Iren.

"Hais bagaimana ini." rengek Iren sembari berjongkok. Menyembunyikan wajahnya di antara kedua pahanya.

Kalau Alvaro tau Rey tidak mau di putuskan, bisa bisa pria itu dalam bahaya.

Setelahnya sikap keduanya terlihat layaknya seperti orang asing. Kalau Iren memang harus mengabaikan Rey, makanya dia bersikap begitu. Tapi Rey, rasa kecewan pada sikap Irenlah yang membuat dia mengacuhkan Iren. walau hatinya terasa sakit. Dia benar benar jatuh cinta pada Iren. Dia juga bisa merasakan kalau Iren juga menyukainya. Tapi entah kenapa setiap kali dia ingin lebih dekat, tembok tinggi seperti menghalangi geraknya.

Baru beberapa hari yang lalu laki laki itu tau alasan Irene selalu membangun batasan pada kedekatan mereka. Tak lain karena dia hanyalah seorang anak angkat. Sementara keluarga Rey lumayan berpengaruh. Setelah tau alasannya Rey malah semakin yakin akan perasaannya pada Iren. Lalu kesempatan itu datang, dan momen yang di ciptakan Rey berhasil membuat Iren menerima perasaannya.

Tapi tadi pagi, tiba tiba gadis itu minta putus. Marah, kecewa campur aduk dalam hatinya. Mana mungkin dia mengiyakan ke inginan Iren, setelah sekian lama dia berjuang mendapatkan hati gadis itu. Dia hanya kesal dan sedikit menjauh. Tapi untuk putus, itu tidak ada dalam rencananya.

Pulang kuliah Iren langsung pulang kerumah. Ibu juga sudah mengiriminya pesan. Rupanya diam diam Alvaro mengirimi ibu pesan menggunakan hpnya. Dia bilang ke ibu, kalau Iren mau menginap dua hari di rumah teman. Pantas saja ibu sangat anteng padahal Iren tak pulang.

Saat tiba di rumah, hanya ada ibu. Sementara Tery sedang keluar dan Alvaro belum pulang.

Iren melewati ruang keluarga dan terlihat ibu ada disana. "Udah pulang kamu sayang."

"Udah ma."

"Udah makan siang?"

"Udah di kampus tadi ma."

"Oh ya udah istrahat sana."

"Iya ma."

Iren menapaki tangga dengan langkah gontai. Sikap Rey yang acuh dan dingin membuat hatinya sakit. Padahal itu yang dia inginkan, tapi saat melakukannya kenapa hatinya tak rela. Itu karena rasa itu masih tertinggal di hatinya. Dia masih menyukai Rey.

Iren menaruh sling bag nya di atas nakas. Lalu menyaut handuk dan melangkah kekamar mandi.

Cukup lama Iren berkutat di kamar mandi. Dengan pikiran semrawut, Iren malah melakukan treatment. Lumayan bisa sedikit mengusir penat pada pikirannya.

Sorenya Iren memilih bersantai di ruang keluarga bersama mamanya. Sudah lama dia tidak berbincang akrab seperti ini. Semenjak mama berlibur ke luar negri. Dan malah tertahan di sana karena urusan pekerjaan papa.

"Mama dengar kalu sudah menyusun skripsi?" tanya mama, sembari mengunyah kuaci hasil dari kupasan Iren.

"Iya ma."

Mama mengaguk angukkan kepalanya sembari menatap Iren. "Kalau sudah sidang, kamu bisa bantu kakak di kantor. Jangan buru buru nikah dulu. Kalau kamu mau berkarir, ibu akan bantu. Kalaupun tidak, setidaknya carilah pengalaman sebelum menikah." nasihat mama. Iren mengangguk. Walau menikah belum ada dalam benaknya sama sekali.

"Aku belum kepikiran nikah ma. Pengennya berkarir, tapi gak tau kedepannya gimana nanti." sahut Iren sembari tersenyum.

"Apa pun itu akan mama bantu, asal jangan nikah. Mama gak setuju kalau buru buru." ujar mama.

"Beres ma, aku gak akan buru buru nikah kok." sahut Iren, sembari bergelayut manja di lengan mama.

Mama tertawa sembari mengusap puncak kepala Iren dengan lembut. Lalu perhatian keduanya beralih ke pintu. Perhatian keduanya teralihkan oleh kedatangan Alvaro dan Tery.

Alvaro masuk sembari menggandeng Tery. Gadis itu bergelayut manja di lengan Alvaro dengan wajah sumringah.

Iren terpaku di samping mama, menatap lekat tangan Tery yang bergelayut di lengan Alvaro. Hatinya berdenyut sakit, sakit sekali rasanya sampai menembus tulang.

Tiba tiba dia merasa di perlakukan tidak adil oleh Alvaro. Dia bisa semaunya dengan Tery, lalu dia kenapa harus putus dengan Rey. Kalau dia menyayangi Tery. Iren juga menyangi Rey.

"Kamu sudah pulang Iren." sapa Tery, tanpa melepas gandengannya. Lalu keduanya duduk tepat di depan Iren.

"Iya mbak." sahut Iren dengan senyum terpaksa. Dia hanya memandang Tery, lalu berpaling ketempat lain.

"Kamu dari mana kok bisa pulang bareng Varo?" tanya mama.

Tery tertawa sembari menatap Alvaro. "Alvaro menghubungiku saat aku di luar tadi. Dia mintaku datang ke kantornya." jelas Tery, senyum bahagia tercetak jelas di bibirnya.

Iren tersenyum getir, mereka enak enakan di kantor. Sementara Iren harus menanggung perasaan sakit dan sedih karena kata putus yang dipaksakan Alvaro.

Tiba tiba kepala Iren berdenyut sakit, dia muak melihat kemesraan mereka. Dia cemburu dengan kebahagiaan mereka.

Iren melirik menatap jam di pergelangan tangannya. Lalu dia beralih ke mamanya. "Ma, aku ada janji makan malam dengan teman, gak apa ya aku pergi." ujar Iren sembari bergelayut manja. Mama tersenyum sembari mengangguk setuju. "Pergilah ucapnya."

Tapi baru saja dia ingin beranjak. Suara Alvaro terdengar. "Mau kemana kamu?!"

"Varo, biarkan Iren pergi. Dia bukan gadis kecil lagi. Tidak bergaul juga tidak baik loh. Sudah sana pergi, jangan hiraukan kakak mu." ucap mama.

"Makasih ma." pamit Iren, lalu beranjak pergi. Tak perduli dengan tatapan murka yang menghunus tajam kearahnya.

Iren sengaja melakukannya, dia ingin Alvaro tersiksa karena rasa marahnya. Biarkan dia merasakan bagaimana sakitnya hati di bakar api cemburu.

Bersabung

Terpopuler

Comments

Ana Ajertoinn

Ana Ajertoinn

ishh oren..kuatkan hatimu....bahaya hubunganmu sama Alvaro...takut kamu hamil deh...lalu ditinggal....takutnya kamu yg sengsara dan disalahin

2024-05-18

0

Devi Agstn

Devi Agstn

Lebih suka irene sama rey

2024-04-28

0

Adila Ardani

Adila Ardani

Irene harus tegas jgn takut akan ancaman Alvaro..lg pula hubungan kamu blm jelas pacar atau apa kamu hanya dijadikan pemuas nafsu

2024-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!