Part 17

Suasana temaram menyelimuti rumah mewah ini. wajar saja saat ini sudah hampir jam dua belas malam. Iren sudah mau pulang setelah bersantai sehabis pertandingan Rey. Tapi teman Rey memaksa Iren ikut perayaan kemenangan Rey di sebuah Cafe. Bukannya langsung pulang setelah dari Cafe. Mereka malah memaksa Iren lagi lanjut ke karaoke. Jadilah dia pulang terlambat.

Iren melangkah hati hati, takut langkahnya membangunkan penghuni rumah. perlahan dia memutar handle pintu, lalu masuk kedalam dengan hati hati. dia tidak mau menarik perhatian Alvaro, sebab sepertinya lelaki itu sudah di rumah. Iren melihat mobil Alvaro tadi di garasi.

Gerakan tangan Iren yang akan menutup pintu kamarnya, tertahan oleh tangan seseorang. Belum lagi Iren menyadari apa yang terjadi, tau tau sosok Alvaro sudah berdiri tepat di hadapannya.

Pria itu meringsek maju, lalu menutup pintu kamar Iren dengan kakinya. Iren mundur beberapa langkah, membuat jarak di antara mereka.

"Kakak belum tidur?" tanya Iren berusaha menguasai perasaan takutnya. Dia tak boleh memperlihatkan perasaan takutnya pada Alvaro. Atau pria itu akan menggila.

"Darimana saja kau. Jam segini baru pulang?" tanyanya dengan suara serak. Manik hitamnya menyorot tajam ke bola mata Iren.

"Ada sesuatu yang kami kerjakan. Jadi menghabiskan waktu sampai malam." jelas Iren. Wajah Alvaro tampak mengelam. Jari tangannya mengepal erat.

"Bohong." decih Alvaro, sekuat tenga dia berusaha menahan gejolak amarahnya agar tak meledak. Iren tertunduk.

"Maksudmu sesuatu adalah berkaraoke dengan Rey?" imbuh Alvaro dengan suara rendah. Ada kilatan amarah pada sorot matanya.

Iren menarik nafas dalam, sembari memainkan jari tangannya. Dia benar benar tidak bisa menyembunyikan apa pun pada pria ini. Kenapa dia seperti terobsesi pada Iren. Padahal ada Tery di sampingnya.

"Kenapa diam!" Bentak pria itu sembari meringsek maju, membuat Iren tersurut mundur. Tapi langkahnya terbentur tempat tidur.

Tak ada yang bisa Iren jelaskan. Bukankah lelaki ini sudah tau semuanya.

"Kakak sudah tau kan, kenapa bertanya lagi." ujar Iren. Alvaro mendengus kesal. Tentu saja dia tau, bagaimana dengan lancang pria itu memeluk tubuh kesangannya itu.

"Apa kau pacaran dengannya?" tanya Alvaro. Iren mengangkat wajahnya menatap pria itu. Lalu mengangguk. Melihat itu wajah Alvaro semakin mengelam, sorot mata menggelap.

"Aku bilang jauhi dia, kenapa kau malah pacaran dengannya?!" Dengan perasaan geram Alvaro mengguncang tubuh Iren.

"Aku menyuakai Rey kak." lirih Iren. Dia berharap mendengar pengakuan ini, Alvaro akan menyerah. Dan memilih melepaskannya.

Alvaro menyeringai, lalu menggapai tubuh Iren menariknya kedalam dekapannya. "Dimana pria itu menyetuh mu?!" geramnya tertahan.

"Apa di sini?" imbuhnya, sembari memagut kasar bibir Iren. Hanya sekejab. Lalu pria itu melepasnya dengan kasar.

"Katakan! Dimana?!" desaknya lagi. Iren masih membisu. Melihat Iren tak juga mau jujur pria itu mengeratkan pelukaannya. Otot lengannya bahkan tertonjol keluar saking kuatnya dia memeluk Iren.

"Kak. Lepas.." rintih Iren kesakitan. Tubuhnya seperti di gencet beban berat. Nafasnya juga tersa sesak.

"Aku tanya di mana pria itu menyentuh mu?" geram Alvaro lagi, dengan suara naik satu oktaf. Mendengar mereka menjalin hubungan, Alvaro benar benar kalap.

"Dia hanya memelukku." Aku Iren. Dia bisa mati sesak nafas kalau Alvaro tidak mengendurkan dekapnnya.

Alvaro kembali menyeringai. "Apa begitu nikmat di sentuh pria itu?" tanyanya, sembari membelai wajah pias milik Iren. Wanita itu menggeleng. Awalnya dia tak ingin mengalah dengan ke gilaan Alvaro. Tapi sorot mata itu membuat nyali Iren ciut.

"Lalu apa lagi yang dia lakukan?" tanya Alvaro, pria itu tak merasa puas dengan jawaban Iren.

"Dia memegang tanganku. Hanya itu, tak ada yang kami lakukan selain itu. Kakak pasti tau dari orang suruhan kakak bukan? Aku tidak bohong."

Alvaro tak menyahut, dia memindai wajah pucat Iren dengan sorot matanya. Apa yang harus dia lakukan dengan wanita ini, dia benar benar bisa gila membiarkan lelaki lain menjalin hubungan dengannya.

"Aku akan membunuhnya." gumam Alvaro. Lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Iren. Iren kaget bukan kepalang, dia tak percaya mendengar kalimat itu keluar dari bibir Alvaro.

"Kak, aku salah. maafkan aku." lirih Iren. Dia sadar situasi, kalau terus bertahan dengan egonya dia tak tau apa Alvaro benar benar melakukannya.

"Bisa tidak jangan memprovokasi aku." ucap Alvaro dengan suara lirih. Dia tak ingin memulai, atau dia akan kehilangan kendali atas dirinya. Dan hanya Iren yang membuatnya begitu.

Kali ini dia coba mendengar bisikan peri kecil dalam kepalanya.

Cukup Alvaro, jangan melangkah lebih jauh. Jangan buat dia membencimu, setelah rasa kagum yang menyiksa batin selama ini.

"Kita tidur di apartemen malam ini." ucap Alvaro sembari mengendurkan dekapannya. Iren menghirup udara sebanyak banyaknya, paru parunya terasa kosong membuat dadanya sesak.

"Kita pergi sekarang." ucap Alvaro.

Iren tak menyahut, dia mengekori langkah Alvaro meninggalkan kamarnya. Membiarkan lelaki itu menuntun langkahnya. Walau dia terlihat seperti robot kontrol. Dan Alvaro yang mengang kendali atasnya.

Desah nafas pria di atasnya membuat hasrat Iren ikut terpacu. Susah payah dia membentengi hasratnya, tapi pesona Alvaro begitu nyata dan indah. Dia masih memiliki perasaan cintanya

di antara keping keping kebencian yang menebar.

"Ahh..! Kau nikmat baby..." lenguh Alvaro tak tertahan. Tubuhnya terus bergerak naik turun dengan seksi di atas Iren. Sementara gadis itu menggigit bibir bawahnya, meredam desah manja yang nyaris lolos dari bibirnya. Dia tak mau Alvaro tau, dia juga menikmati permaian panas ini.

Alvaro mengeram, demi melihat ekspresi wanita di bawahnya. Begitu indah saat wanita itu sedang berhasrat. Geliatnya terlihat seperti maha karya.

"Mulai malam ini Kau adalah milikku." racaunya di tengah tubuhnya yang memacu demi mengapai puncak kenikmatan. Tak terhitung kenikmatan yang mampu dia reguk dari seorang Iren. Dia bahkan mampu mencapai puncak hanya dengan mencumbunya tanpa melakukan penyatuan.

Dengan Iren dia mampu meredam hasrat kelelakiannya yang mirip binatang buas. Dengan iren dia mampu meredam kekejamannya.

Hidupnya benar benar mengalami perubahan yang sangat besar berkat sosok Iren. Walau dia harus menyeret Iren dalam hubungan terlarang yang tak pantas secara etika.

Alvaro mempunyai dua sisi kepribadian. Sebagai mengusaha dia di kenal dengan kepribadian dingin dan tak tertarik dengan wanita. Tapi di sisi kepribadiannya yang lain dia di kenal sebagai si hantu malam. Memiliki hoby menyiksa wanita dengan cara yang tak wajar, hanya demi memancing hasrat kelelakiannya.

Untuk pertama kalinya dia merasakan hasratnya naik tanpa harus menyiksa lawan bercintanya. Sialnya perasaan itu datang saat dia melihat Irene adik angkatnya.

Awalnya dia masih mampu mengendalikan pikiran jahatnya. Tapi berada di atap yang sama dengan Iren, membuatnya tanpa sadar merangkak keranjang Iren.

Lalu hal gila muncul di kepalanya. Bahwa Iren adalah miliknya, bahwa Iren adalah wanitanya. Dan hal yang menyangkut Iren dia tak bisa berkompromi.

Bersambung

Terpopuler

Comments

yuli ressok

yuli ressok

mencumbu tanpa penyatuan??????

2024-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!