Part 2

Sepi menyelubungi rumah mewah ini, bahkan desah nafas Irene terdengar sangat jelas saking sepinya.

Rumah besar ini memang hanya di huni Irene dan Alvaro saja. Sementara para pelayan tinggal di paviliun yang ada di belakang bangunan rumah. Rumah ini sudah biasa sepi, walau ibu angkatnya ada di sini tetap saja dia jarang di rumah. Sementara Alvaro dan ayah pulang setelah dia terlelap dalam alam mimpi.

Irene berbaring tengkurap di lantai kamar beralaskan karpet permadani. Sembari mengotak atik laptop di depannya. Dia sedang mengerjakan tugas kuliah yang akan di serahkan ke Dosen pembimbing dua hari lagi. Dia sudah mengumpulkan beberapa materi hanya tinggal menyalin dan menyusun menjadi berkas.

Ding....!

Ding....!

Dua notifikasi masuk ke ponsel Irene. Irene menarik tubuhnya ke posisi telentang. Bibirnya tersenyum tipis saat membuka pesan yang masuk. Ternyata pesan datang dari Rey teman sekampusnya.

(Malam Iren.)

(Apa sudah tidur)

Bunyi pesan Reytama. Irene tersenyum membaca pesan lelaki yang diam diam dia kagumi selain Alvaro. Kalau Alvaro bersikap dingin dan acuh. Rey kebalikannya, dia ramah dan hangat. Berada di dekatnya membuat hari harinya terasa ramai. Tidak sesepi saat berada di samping Alvaro.

(Belum Rey, aku lagi ngerjain tugas dari pak Nugi.) balas Irene.

(Ooo. Aku kira sudah tidur. Soalnya udah larut kan.) bunyi pesan Rey berikutnya. Irene melihat jam di ponselnya. Benar, ternyata sudah hampir tengah malam. Sudah hampir jam dua belas malam.

(Gak nyadar kalau udah hampir jam dua belas.) balas Irene di tambahi emote senyum.

(Ya udah, bobok dulu. Besok sambung lagi. Bukannya masih ada waktu sehari lagi kan.)

(Oke bos. Kamu juga bobok . Udah malem.)

Rey, membalas pesan terakhir Irene dengan emote jari jempol. Irene tersenyum, menatap baris percakapan mereka barusan. Ada getar tak biasa saat mereka berinteraksi begini. Lelaki berdada bidang itu sudah mencuri perhatiannya. Sejak pertama kali bertemu. Mungkin bukan hanya Irene yang langsung terkesan saat pertama kali bertemu Rey. Sosoknya memang mengundang decak kagum lawan jenisnya.

Setelah memberesi laptop dan kertas yang berserakan di lantai, Irene pergi ke kamar mandi membersihkan diri. Setelah selesai Irene beranjak ke dapur. Dapur yang hanya di terang cahaya temaram membuat beberapa benda terlihat seperti bayangan manusia. Irene melangkah dengan hati hati, takut kakinya terbentur kaki meja atau kursi.

Langkah kakinya terhenti di depan kulkas dua pintu berukuran besar.

Irene Membuka kulkas lalu mengeluarkan minuman dingin dari sana. Dia baru akan membuka tutup botol di tangannya, tiba tiba suara berat mengejutkannya.

"Malam begini kau minum minuman dingin. Ganti dengan yang hangat." terdengar suara yang tidak asing menegur Irene.

Cepat tubuhnya berbalik ke arah datangnya suara. "Kakak." sentak Irene. Netranya meneliti sosok Alvaro dalam gelap.

"Sudah larut kenapa belum tidur?" tanya Alvaro. Lalu terdengar suara kursi bergeser, beberapa detik kemudian tubuh Alvaro sudah berdiri tepat di depan Irene.

"Aku sedang mengerjakan tugas." sahut Irene, sembari menengadah menatap Alvaro di depannya.

Entah berapa centi tinggi Alvaro, yang jelas Irene harus menengadah menatapnya saat mereka berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.

Netra Alvaro mengunci wajah Irene lekat lekat. Biar begitu Irene sama sekali tidak bisa membaca sorot matanya. Irene cepat mengalihkan pandangannya ketempat lain, lalu menarik tubuhnya menjauh dari Alvaro.

"Aku naik dulu kak." pamit Irene lalu bergegas pergi ke kamarnya. Tak terdengar sahutan Alvaro, tapi Irene tak perduli. Dia tak tahan lama lama di samping pria beraura dingin itu, atau dia akan membeku.

Begitu masuk kamar Irene langsung menutup pintu lalu tak lupa menguncinya. Mimpinya tentang Alvaro membuat Irene sedikit waspada. Terdengar gila memang, tapi dia sempat berpikir kalau Alvaro benar benar naik ke ranjangnya. Dia memang mengagumi semua yang di miliki Alvaro, tapi membayangkan Alvaro menyentuhnya begitu sensitif. Ada perasaan aneh menyusup di hatinya.

Setekah memikirkan ini itu cukup lama. Kini mata Irene tampak terpejam, nafasnya terlihat teratur. Pertanda gadis bertubuh indah bak biola itu sudah tertidur pulas.

Entah sudah berapa lama dia tertidur. Tiba tiba ketenangan tidurnya terusik. Di tengah tidurnya. Irene merasakan sentuhan di tubuhnya. Tubuhnya seperti di timpa sesuatu yang sangat berat. Hingga nafasnya terasa sesak. Sekuat tenaga Irene berusaha meraih kesadarannya, tapi sia sia. Dia seperti melayang, nyawanya seperti di hentak dari tubuhnya.

Irene melenguh pelan, saat bibir dan dadanya di sentuh bersamaan. Ditengah separuh kesadarannya Irene menghidu aroma tubuh Alvaro. Bulu kuduk Irene meremang, sekuat tenaga dia berusaha membuat dirinya tersadar. Andai ini mimpi dia ingin segera bangun. Andai nyata dia ingin membuka matanya, melihat dengan jelas. Siapa orang yang sedang berada diatasnya.

Kembali terdengar lenguhan Irene. Bukan karena sentuhan di tubuhnya. Tapi karena dia berusaha membuat dirinya sadar sepenuhnya.

Rahang Irene mengeras, bibirnya terkatup rapat. Sekuat tenaga dia berusaha menolak setiap sentuhan di tubuhnya. Sentuhan yang menimbulkan sensasi yang tak pernah dirasakannya sebelumnya.

Usaha Irene tak sia sia, dia berhasil membuka matanya perlahan. Dengan nafas tersenggal dan keringat bercucuran. Irene berusaha memindai sosok diatasnya. Lamat lamat netranya melihat sosok Alvaro. Pria bertubuh kekar itu tengah menindihnya dengan bertelanjang dada.

'Kakak!!!' teriak Irene dalam hati. Sebab suaranya tak bisa keluar, tercekat di tenggoroan. Dengan sorot matanya dia berusaha meronta. Mengatakan bahwa dia tidak suka di perlakuan seperti ini.

Seakan baru menyadari kalau Irene bisa membuka matanya. Alvaro menghentikan, gerakannya. Matanya yang tajam menatap mata Irene lekat lekat. Dengan jantung berdetak kencang Irene memohon dalam hati agar Alvaro turun dari tubuhnya.

Irene menatap lelaki berbulu mata lebat itu penuh harap. 'Tinggalkan aku.' pintanya dalam hati. Tapi sayang, seringai yang di perlihatkan Alvaro membuat bulu kuduk Irene meremang.

Kini tatapan Alvaro turun kebawah, menatap dua bukit kembar Irene yang membusung. Napasnya yang tersenggal membuat dua benda itu turun naik tak beraturan. Sialnya gerakan itu membuat mata Alvaro berbinar.

Kini Alvaro menarik separuh tubuhnya ke posisi setengah duduk. Lalu dengan gerakan perlahan dia membuka kancing baju tidur Irene dengan satu tangan, sementara tangan satunya menopang bobot tubuhnya agar tak menindih Irene sepenuhnya. Satu persatu kancing baju Irene terlepas. Sementara netranya menatap bola mata Irene yang tampak bergetar ketakutan.

Tapi Alvaro tak juga berhenti, dia seakan menikmati rasa ketakutan Irene. Semakin Irene ketakutan semakin berbinar sorot matanya.

Irene memejamkan matanya saat Alvaro berhasil melucuti semua kancing bajunya. Pria berwajah tampan tapi dingin itu menghentikan gerakannya sejenak. Memindai setiap inci wajah Irene. Dari mata hidung lalu bibir. Tatapannya terpaku ke bibir, lalu dengan gerakan sangat lambat dia mendekat. Merapatkan tubuhnya dengan jarak sangat dekat, bahkan Irene bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat.

'Please! Hentikan kak!' mohon Irene dalam hati sebelum Alvaro melabuhkan bibir hangatnya.

Matanya meronta, memohon agar kakaknya melepaskannya. Tapi sayangnya Alvaro tak perduli. Membuat Irene menangis. Air mata mulai membasahi sudut matanya, lalu meluber membanjiri pipi.

Alvaro tersentak kaget, saat tak sengaja menyentuh air mata Irene. Lelaki berwajah dingin itu seperti menemukan kembali kesadarnnya. Tatapan dingin yang tadi dia perlihatkan, berubah jadi kebingungan. Lalu dengan cepat dia menarik tubuh kekarnya menjauhi Irene. Jelas dia terlihat sangat gugup lalu bergegas turun dari ranjang Iren. Setelahnya terdengar derap langkah menjauhi kamar Irene.

Irene tergugu bisu dalam tangis. Takut dan lega memenuhi rongga dadanya. Tapi anehnya tubuhnya tak mampu dia gerakkan sama sekali. Sampai akhirnya dia terlelap lagi, karena kelelahan menangis.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Adila Ardani

Adila Ardani

Alvaro tdk jentel suka nya diam"

2024-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!