Part 3

"Hahh..!!!"

Iren tersentak dalam tidurnya. Nafasnya tersenggal tak beraturan. Matanya nyalang menatap setiap sudut kamar mencari sosok Alvaro. Tapi tidak ketemu. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya dan berhasil.

Dengan tubuh gemetar, cepat dia lari ke pintu, lalu memeriksanya dengan teliti. Tidak...

Pintu itu tetap terkunci seperti saat dia akan pergi tidur. Lalu kejadian tadi malam itu apa?

Jangan bilang itu hanya mimpi! Tidak tidak mungkin mimpi. Iren menatap baju tidurnya, baju itu terkancing rapih. Kalau Iren tidak salah ingat, Alvaro pergi begitu saja tanpa mengancingkan bajunya terlebih dahulu. Tapi saat ini tak satupun kancing bajunya terbuka. Apa memang hanya mimpi?

"Ooo good.." keluh Iren. Dia berjongkok di lantai sembari menyembunyikan wajahnya. Bagaimana bisa mimpinya begitu nyata, dia bahkan masih merasakan ketakutannya sampai detik ini.

Dan satu lagi, wangi tubuh Alvaro masih menempel di tubuhnya. Saat tidur Irene tak pernah memakai parfum dia hanya memakai body lotion.

Iren terlonjak kaget saat Alram di ponselnya berdering. Sudah pukul lima tiga puluh menit. Waktunya Iren bersiap.

Dengan langkah gontai dia masuk kamar mandi. Iren menggosok tubuh mulusnya bermandikan busa. Pikirannya terbang entah kemana. Sudah dua malam ini dia mengalami kejadian aneh.

Terdengar halaan nafas kasar dari bibir Iren. Gadis rupawan itu prustasi dengan pikirannya sendiri. Apa dia mengalami kegilaan hingga mengalami delusi saat tidur. Dia tak meyakini yang di alaminya adalah mimpi. Sebab sentuhan tangan Alvaro saat menjamahi tubuhnya terasa begitu nyata. Sentuhan itu bahkan sempat menimbulkan percikan rasa.

******* Iren kembali terdengar. Dengan malas dia membasuh tubuh polosnya dengan air. Menghalau busa yang menempel di tubuhnya. Sekilas dia melirik kaca besar yang ada di dinding kamar mandi, mengamati pantulan dirinya disana. Iren sudah akan berpaling saat matanya menangkap titik merah di bawah tulang selangka.

Mata Iren menajam, meneliti titik kecil itu dengan seksama. Iren yakin betul, titik itu sama persis dengan milik Hilda. "Tanda gigitan Hery." ucapnya bangga saat itu. Bulu kuduk Iren meremang, dia menutup mulutnya dengan jantung berdetak kencang. Jadi benar tadi malam kejadian itu bukan mimpi.

Tapi bagaimana bisa dia kehilangan separuh kesadarannya. Dan saat bangun semuanya terlihat normal kecuali aroma Alvaro yang tertinggal.

Ada yang tidak beres terjadi padanya....

Iren menarik nafas dalam dalam sebelum membuka pintu kamarnya. Lalu melangkah keluar, menuruni anak tangga menuju meja makan. Disana Alvaro sudah menunggunya.

Seperti biasa, Alvaro makan dengan tenang. Iren juga melakukan hal yang sama. Dia berusaha bersikap biasa, tak ingin mengundang kecurigaan Alvaro.

"Kak, aku pergi dengan taksi aja." ucap Iren pelan. Tanpa mengalihkan pandangannya dari piring di depannya.

Alvaro berdehem. "Kau pergi dengan ku." sahutnya dingin. Mendengarnya, cepat Iren mengalihkan pandangannya menatap Avaro.

"A-ada yang harus ku beli, jadi biar aku naik taksi aja kak." pintanya.

Alvaro menggeser kursinya lalu bangkit "Cepat bersiap. Aku ada rapat pagi ini." titahnya, lalu beranjak pergi menuju kamarnya.

Tubuh Iren seketika layu. Dengan malas dia menapaki anak tangga menyusul langkah Alvaro.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Seperti biasa, Alvaro sibuk dengan laptopnya sementara Iren duduk tenang di sampingnya. Sebenarnya dia tidak benar benar tenang. Aroma tubuh Alvaro yang meruar memenuhi indra penciuman Iren, membuat jantungnya berdegup kencang. Peristiwa tadi malam berseliweran di dalam kepalanya. Bahkan keringat dingin menetes di wajahnya.

Alvaro menghentikan aktivitasnya. Kini perhatiannya beralih ke Iren sepenuhnya. "Kau sakit?" tanya pria berwajah dingin itu, sembari menyentuh kening Iren dengan punggung tangannya. Iren menggeleng.

"Lalu apa yang akan kau beli?" tanyanyanya. Iren gelagapan, sebab itu hanya alasan agar dia bisa pergi sendiri.

"Tidak jadi, nanti saja aku beli saat pulang sekolah."

Alvaro diam menanggapi ucapan Iren. Tapi tatapannya masih terpaku ke gadis itu. Maniknya yang kelam menatap tajam bola mata bening Sakura. "Ada apa kak?" tanya Iren takut takut. Alvaro menggeleng, lalu menarik pandangannya dari Iren.

Seperti kemarin, Iren turun dari mobil tanpa pamit. Gadis itu melangkah cepat meninggal mobil Alvaro, seakan pria itu mengejar langkahnya dari belakang.

Iren cepat mencari Hilda, dia butuh gadis itu untuk di minta pendapat. "Hil!" teriaknya, saat melihat Hilda.

Hilda yang berjalan menuju kantin tampak berhenti. "Mau nyarap dulu laper." sahutnya. Dia tau Iren setiap pagi sarapan di rumah jadi jarang ke kantin.

"Ikut."

"Tumben."

Iren nyengir. "Cuma mau ngobrol." sahutnya.

Iren memilih duduk di gazebo yang ada di luar kantin. Dia ingin ngobrol dengan hilda tanpa ada yang nguping.

"Hil, lo punya kenalan dokter gak?" tanya Iren.

Hilda yang sedang mengunyah makanan menghentikan kunyahannya. "L vjho sakit?" Iren menggeleng.

"Terus ngapain butuh dokter?"

Iren menari nafas dalam dalam, semoga Hilda percaya ucapnya. "Aku salah minum obat kemarin malam. Jadinya tubuhku gak bisa gerak sama sekali. Tapi aku sadar dan hanya mataku yang bisa gerak. Aku khawatir itu bahaya jadi aku niat periksa ke dokter."

Hilda melongo menatap Iren. "Ren, lo gak macem macem kan konsumsi obat terlarang?"

"Apaan sih! Aku masih waras tau. Cuma salah minum obat doang. Ihh pikiran lo tuh ya." gerutu Iren.

Hilda bernafas lega. "Mau secepatnya?"

"Iya."

"Kalau gitu, gimana kalau pulang kuliah. Gak perlu kenalan kalau mau periksa kayak gitu. Langsung aja datang ke rumah sakit." ujar Hilda.

Iren mengangguk setuju. Iren merasa curiga dengan kondisinya kemarin malam. Sebab dia sadar sepenuhnya, tapi saraf motoriknya seperti kehilangan pungsi. Ini sangat mencurigakan. Untuk meyakinkan dugaannya dia harus melakukan pemeriksaan. Kalau benar Alvaro memberinya obat, bukankah bukti itu masih tertinggal di tubuhnya.

Hatinya sedikit takut akan hasilnya nanti. Bagaimana jika terbukti benar Alvaro melakukan itu. Apa yang harus dia lakukan.

**********

Iren dan Hilda menunggu di ruang tunggu, depan ruang laboratorium. Menurut Dokter yang memeriksa Iren, hasil pemeriksaan fisik Iren semuanya normal. Jadi tinggal menunggu hasil lab nya keluar.

"Saudari Irene." panggil petugas lab, dari balik ruang yang di batasi kaca bening.

"Iya saya." sahut Iren.

"Ini hasil labnya udah keluar ya, bisa di serahkan ke dokter yang tadi memeriksa."

"Ah, iya terimakasih buk."

Iren dan Hilda membawa berkas ke ruang dokter Eko. Dia yang tadi melakukan pemeriksaan terhadap Iren.

Lelaki berkaca mata itu terlihat serius membaca, laporan yang di bawa Iren dari ruang laboratorium.

Pria itu menarik nafas dalam sebelum membacakan hasilnya. "Tidak ada yang aneh dari hasil pemeriksaanya. Tidak ada kandungan obat tertentu dalam darah nona Iren. Seperti dugaan nona sebelumnya. Mungkin yang nona alami itu reaksi normal saat anda terlalu lelah beraktivitas. Atau terlalu memikirkan sesuatu terlalu berat, itu bisa juga terbawa sampai kealam bawah sadar nona." ujar Dokter Eko.

Rasanya Iren tak percaya dengan hasil pemeriksaan ini. Ingin rasanya dia memperlihatkan bukti nyata dari buah mimpinya. Tapi dia takut dianggap aneh. Jadi dia memilih percaya ucapan Dokter Eko.

"Baiklah dok. Syukurlah kalau memang tidak ada yang aneh dari hasil pemeriksaanya. Terimakasih atas bantuan Dokter."

"Sama sama. Nona boleh pulang. Karena tidak ada yang serius, jadi saya tidak meresepkan obat untuk nona. Hanya saja saya memberi nona vitamin untuk di minum setiap hari." jelas Dokter Eko.

Dokter Eko menatap kepergian Irene dengan helaan nafas berat. Siapa sebenarnya gadis itu, hingga dia terpaksa beberurusan dengan orang penting di kota ini.

Begitu bayangan Iren menghilang di balik ruang. Ponsel Dokter Eko berdering.

"Halo."

"Sudah sesuai yang bapak perintahkan." ucapnya entah pada siapa.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

Alvaro toh yg nakal

2023-12-29

1

Rosita Ros

Rosita Ros

aku mampir thor

2023-12-25

1

Emilia Elisa

Emilia Elisa

aq mampir Thor 💪💪💪

2023-07-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!