"Nay... mumpung kita disini, yuk anterin embak beli tas, kita kembaran yuk," ajak Rania menggandeng tangan Naya.
"Aku buat apa mbak? Udah nggak kerja, lagian tuh tas aku berjejer di lemari."
"Tenang aku bayarin, mumpung mas Arman habis dapet bonus gede."
"Aku juga ya mbak," ucap Raisa sambil menyinggungkan senyum lebarnya.
"Ya ampun gaji Niko buat apaan sih Sa?!" ketus Rania kesal.
"Ya kan sesekali minta dibeliin kakak nggak papa kan mbak," sahut Raisa santai.
"Ngomong sesekali.... yang kemarin-kemarin nggak kamu hitung!"
"Udah Dit kamu lanjut aja , mau ketemu klien kan?" usir Rania pelan, pas sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Radit.
Sempat melirik sebentar tapi tak terlihat oleh matanya, akhirnya Rania mencoba tetap tenang.
"Nggak ah, nanti aku reschedule aja, mumpung bisa ketemuan disini kita hangout aja yuk," ajak Radit sudah berjalan dengan menggandeng tangan Naya untuk masuk ke store tas tersebut.
Lagi memilih karena niatnya mau kembaran tas, suara dering telepon Radit menyela kegiatan mereka.
Rania yang tak jauh dari mereka sengaja mengendap untuk menjauh sekaligus melihat gerak-gerik Radit.
"Sayang, aku terima telpon dulu ya," pamit Radit dan pergi menyingkir dari hadapan Naya.
"Apa sih?!" bisik Radit ketus.
"__"
"Hei... jangan kayak bocah kamu ya, disini ada kakak gue ada bini gue, paham nggak sih!" desis Radit menahan geramannya.
"__"
"Fine.... up to you, Fu**!" maki Radit pelan lalu menutup pembicaraannya.
Radit memijat pelipisnya pelan, janjinya kan mereka hanya having fun, tak melibatkan perasaan apa-apa, tapi kalau Nindya sudah mulai posesif, jujur Radit jadi ketar-ketir.
Tak ada satu niat pun untuk menggeser posisi Naya sebagai istrinya, apalagi harus diganti sama perempuan modelan Nindya gini, yang hanya bisa memuaskannya di ranjang, tak lebih dari itu.
"Eh Nay.... mbak heran deh, kok kamu bisa secinta itu sama Radit, memang dulu belum pernah pacaran?" tanya Rania kepo.
"Ya pernah sih mbak, tapi nggak ada yang serius, tahu kan sejak dini aku udah digembleng ayah untuk jadi penerusnya karena Reza tak berminat jadi penambang," jawab Naya sambil terkekeh.
"Pantesan kok kamu kayak bucin banget sama Radit," celetuk Raisa menimpali pembicaraan keduanya.
"Eh ini bagus mbak." Naya mengangkat sebuah tas cantik untuk diperlihatkan kepada Rania dan Raisa.
"Nggak mau ah, itu terlalu murah untuk mbak Rania," tolak Raisa sambil mengambil tas di tangan Naya dan meletakkan kembali ke tempatnya.
"Astaga adek gue!" seru Rania kesal melihat kelakuan Raisa yang suka absurd.
"Yaelah, tenang aja kali, pas mas Arman pasti bonusnya diatas seribu juta kan?" tebak Raisa yang soalnya tepat sasaran itu.
"Ya udah ambil sono, tapi tahu diri ya ambilnya, kamu juga mau Dit? Dompet atau jam tangan gitu," tawar Rania membuat Radit terkejut karena sejak tadi Radit sedang emosi sekaligus khawatir kalau-kalau Nindya benar-benar melaksanakan ancamannya tadi.
"Nggak usah mbak, cowok mah nggak perlu banyak-banyak dompet," tolak Radit halus.
Radit merangkul mesra Naya lalu membisikkan kata-kata mesra." Kalo mau yang lain ambil aja nanti aku yang bayar."
"Dih nggak usah mas, barang-barangku masih bagus dan banyak," tolak Naya sambil tersenyum.
"Kangen sama kamu yang," bisik Radit sensual.
"Mas Radit ahhhh, ini kan tempat umum," sahut Naya malu-malu.
"Pulang yuk, main kuda-kudaan," bujuk Radit berani karena bekas tanda merah yang ditinggalkan Nindya sudah memudar.
"Mas Radit ihh.... " rengek Naya pelan.
"Nolak suami dosa lho," tegur Radit pelan.
"Kan mas Radit kerja, nanti malem aja deh, mau berapa kali pasti aku siap," sahut Naya.
"Pengennya sekarang dijanjiin nanti, nggak asyik ah kamu Nay," goda Radit pura-pura merajuk.
"Janji nanti pulang cepet, habis ini aku mau nemenin Reza buat survei lokasi mas, habis dari sana cus pulang deh," janji Naya sungguh-sungguh.
"Tempat buat usaha Reza?" tanya Radit.
"Iya. Lagian mas Radit kan ada janji ketemu klien, pentingin itu dulu, yang lain janji nanti malem aku kasih."
Radit ingin melanjutkan ucapannya ketika sosok Nindya melintas di depannya, dengan cepat Radit mendorong Naya menuju kasir dimana kedua kakaknya sedang mengantri untuk membayar belanjaan mereka.
"Nay.... aku lanjut kerja ya," pamit Radit mesra.
"Iya mas."
"Mbak nitip Naya ya, aku mau ketemu klien dulu." kata Radit kepada kedua kakaknya.
"Ketemu klien apa Dit?" tanya Rania kepo.
"Ada salah satu perusahaan yang mau ambil beberapa mobil buat operasional mereka mbak," jawab Radit.
"Perusahaan apa?" cecar Rania.
"Adalah, aku pergi dulu mbak," pamit Radit tergesa.
"Kamu nggak ajak Naya aja Dit, kan dia jago nih diplomasinya biar kamu nggak kejeblos ngasih discount kebanyakan buat mereka," ucap Rania membuat Naya dan Radit terkejut.
"Eh?"
"Udah ah aku buru-buru." pamit Radit lalu bergegas.
"Kamu nggak pengen ya Nay sekali-kali ikut ke kantor Radit gitu, lihat-lihat?" tanya Rania membuka percakapan.
Setelah selesai shopping mereka kembali duduk untuk minum kopi di salah satu gerai kopi terkenal di kota itu, Naya tak jadi mengantar Reza melihat bakal tempat usahakan.
"Udah pernah mbak beberapa kali malah, cuman aku nggak suka ngrecokin suami yang lagi kerja, aku percaya kok sama mas Radit," jawab Naya santai.
"Lakik tuh jangan dipercaya seratus persen Nay, mas Rico yang lempeng aja gue CCTV-in kok padahal saban hari kerja bareng terus," nasehat Raisa bijak tanpa mengerti arah pembicaraan Rania.
"Apalagi mas Arman yang pulangnya jarang-jarang karena lebih banyak di laut, ponselnya aja sengaja aku sadap atas seijin dia, malah dia yang suruh, katanya biar bisa mantau dia kemana aja dan lagi ngapain," timpal Rania.
Naya hanya diam mendengar ucapan sang kakak ipar, jujur dia tak pernah mengotak-atik ponsel Radit, disamping tak mau kepo, Naya juga terlalu percaya dengan Radit.
Tidak mungkin suaminya itu menyakitinya dengan mengkhianati dirinya, jadi Naya tak mau terlalu posesif dan overprotective terhadap Radit.
Antara kebodohan dan kepolosan itu memang beda tipis ya guys..... so jangan salahin Radit kalau dia sampai bisa terjebak dalam keganasan si janda gatel, disamping Radit nya yang memang pecundang dengan didukung Naya yang terlalu polos.
So.... kita lihat kelanjutan rumah tanggal mereka ya.
***
Jangan lupa kasih vote, komen dan like nya ya, biar Author seneng. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Rien
tagung ki bab 22 nya mana.
2023-07-25
0