Bab 14 : Terjerat rayuan janda gatel

Radit dan Nindya berjalan memasuki sebuah tempat karaoke ekslusif, tangan Nindya bergelayut manja di lengan Radit.

Dengan sadar Radit tak menolak sentuhan fisik yang mulai Nindya lakukan padanya, sesuatu yang seharusnya pantang dilakukan oleh pria beristri seperti dirinya.

Mereka masuk ke dalam ruangan dengan penerangan minim tersebut, dan setelah memesan makanan ringan dan minuman, mereka menutup pintu di depannya rapat-rapat.

"Udah sampai sini jangan manyun aja dong sayang," bujuk Nindya sambil mengelus punggung Radit dengan lembut.

Radit menatap Nindya dengan perasaan.... lagi kesal dan lagi bete dengan sang istri, sementara di depannya ada orang yang begitu perhatian dan terlihat begitu tulus kepadanya, jadi Radit melihat Nindya dengan pandangan yang berbeda.

Akhirnya meluncurlah semua cerita tentang kegundahan dan masalah yang menimpanya dengan Naya.

"Kalo aku sih kalo suami udah nyuruh berhenti kerja ya aku pasti nurut, toh suaminya kan sanggup memenuhi semua kebutuhannya," ucap Nindya mempengaruhi pola pikir Radit, tak lupa menempelkan dadanya ke lengan Radit, menggenggam tangan pria itu dengan lembut dan tak lupa mengelus punggung tangan itu dengan ibu jari.

Lagi kesel kan sama istri, jadi gampang dipengaruhi sama setan, apalagi sesuatu yang menempel di lengannya itu begitu menggoda.

Dari luar saja kelihatan kalau benda ini lebih besar dari punya Naya, membuat Radit ingin menjamah dan membenamkan wajahnya di sana.

Dengan tanpa malu-malu, karena sejak tadi ia memperhatikan Radit kesusahan menelan air liurnya dan sesekali melirik ke arah dadanya yang membusung sempurna disana, makanya Nindya semakin berani untuk menggoda pria itu.

"Mau liat?" tanya Nindya menuntun tangan Radit ke gundukan kenyal itu.

Dan karena bisikan setan itu semakin kuat dan menggoyahkan imannya, akhirnya Radit meremasnya pelan dan mendekatkan wajahnya lalu menci*m bibir Nindya dengan rakus.

Bukannya mundur, Nindya justru dengan sengaja duduk di atas pangkuan Radit dan melakukan gerakan sen*ual hingga membuat Radit semakin terpancing gairahnya.

Radit mengukung tubuh Nindya di bawahnya dengan baju atas wanita itu sudah teronggok begitu saja di lantai.

Radit dengan rakus menjamah dua benda padat tersebut dan sesekali menggigit memberi tanda disana lalu dengan gemas meremasnya kuat.

Nindya melenguh merasakan setiap jamah*n tangan Radit, dan dengan tanpa sadar Radit menidurkan Nindya di sofa tersebut, merenggut semua kain yang masih menempel pada tubuh keduanya dan melakukan penyatuan.

Rasa yang berbeda membuat Radit seakan tak puas melakukannya hanya sekali, bahkan berkali-kali Radit menghujami Nindya dengan berbagai posisi, sungguh Nindya merasakan sensasi yang luar biasa bersama Radit.

Dan ketika keduanya terkulai lemas di sofa tersebut, barulah Radit tersadar telah melakukan kesalahan yang sangat fatal seperti ini.

"Maafkan aku Nin," bisik Radit dengan wajah lesu, bangkit dari sofa, memakai pakaiannya kembali dan terduduk lemas.

"It's oke Dit, aku juga menginginkannya kok, ini akan jadi rahasia kita berdua," sahut Nindya manja dan mengelus dada pria itu dengan sen*ual.

Setelah merapikan diri, mereka akhirnya pulang ke rumah masing-masing.

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, tapi mobil Naya belum terlihat di garasi rumah besar itu.

Dengan perasaan yang semakin diliputi oleh emosi, Radit melangkah memasuki rumah.

"Dit...." sapa ibu pelan.

"Ibu belum tidur?" tanya Radit lalu duduk di depan sang ibu.

"Kamu darimana?" tanya ibu tak menjawab pertanyaan Radit.

"Ada ketemu sama klien," jawab Radit menundukkan kepala, menyembunyikan kebohongannya, merasa bersalah karena membohongi ibunya.

"Tadi Naya, ibu, bapak hubungi kamu tapi nomor kamu mati."

Radit terperangah, mengambil ponselnya dari saku celananya, dan mendapati ponselnya dalam keadaan mati, padahal dia tak merasa mematikannya, pasti tadi Nindya yang mematikannya tanpa sepengetahuannya.

"Kenapa ibu telepon Radit?" tanya Radit sambil menyalakan ponselnya, dan benar saja notifikasi bermunculan di ponsel tersebut.

"Ayah Naya masuk ICU Dit, sekarang bapak dan Rania sedang disana menemani Naya yang sedang down," terang ibu menatap Radit dengan tatapan intens, seolah-olah tahu ada yang sedang disembunyikan oleh anak lelakinya itu.

"Sh**!" makinya pelan lalu melangkah lebar kembali ke mobilnya, tanpa ingat untuk berpamitan dengan sang ibu.

Sampai di dalam mobil, Radit membenturkan kepalanya pelan, merasa bodoh atas apa yang dilakukan tadi bersama Nindya, sementara sang istri sedang mendapat musibah seperti ini.

Tak ingin membuang waktu Radit lalu memacu kendaraannya menuju rumah sakit, sesampainya disana dengan tergesa Radit mencari ruang ICU.

Dan langkahnya terhenti melihat Naya duduk sendirian di lantai dengan menekuk kaki dan menyembunyikan wajahnya disana, tak nampak bapak dan Rania, mungkin keduanya sudah pulang ke rumah.

Ada yang meremas sesuatu di dalam dada sana ketika dirinya kembali teringat apa yang ia lakukan bersama Nindya tadi.

Radit berjalan mendekat."Nay.... " panggil Radit pelan.

Wajah cantik itu terangkat, tak ada kata yang terucap, hanya bibir tipis itu bergetar hebat menahan tangisnya.

Radit memeluk tubuh Naya erat, dan airmata wanita itu tertumpah membasahi bajunya.

"Ayah mas, ayah," isak Naya lirih.

"Hush iya, sabar Nay, sabar." Radit semakin mengeratkan pelukannya, rasa bersalah yang teramat dalam itu semakin menggerogoti hatinya.

Bisa-bisanya dia menghabiskan sepanjang hari dengan Nindya dan melakukan hal-hal yang tak senonoh seperti tadi, sementara istrinya sedang mengalami musibah seperti ini.

'Otak lo dimana Dit! Istri secantik, sepintar dan sebaik ini masih lo selingkuhi juga!' maki Radit dalam hati.

Lalu Radit mengangkat tubuh Naya dan mendudukannya di kursi tunggu untuk keluarga pasien.

"Kamu udah makan sayang?" tanya Radit membelai rambut Naya yang bersandar di bahunya.

Naya menggeleng." Aku nggak lapar mas."

"Aku belikan makanan di kantin dulu ya?" bujuk Radit lembut.

Naya tetap menggelengkan kepala, mana bisa ia menelan makanan, kalau ayahnya sedang berjuang antara hidup dan mati di dalam sana.

"Kamu harus makan Nay, kamu harus kuat demi ayah, demi bunda, demi Reza," bujuk Radit lembut.

Naya masih tetap menggeleng, Radit hanya mampu menghela nafas dalam, lalu mengusap lengan Naya dengan lembut.

Naya masih terus terisak, mungkin karena faktor kelelahan juga akhirnya Naya tertidur di dalam pelukan Radit.

Dengan sayang Radit mengecup puncak kepala Naya berulang kali, rasa bersalahnya kembali menggerogoti hatinya.

"Maafkan aku sayang, maaf," bisik Radit lirih penuh penyesalan.

Terpopuler

Comments

Rien

Rien

nasi sudah menjadi bubur dit.teganya

2023-07-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pernikahan Akbar
2 Bab 2 : Aku milikmu
3 Bab 3 : Masih tentang itu
4 Bab 4 : Satu fakta baru.
5 Bab 5 : Lakukan tugasmu dengan benar
6 Bab 6 : Firasat
7 Bab 7 : Pertengkaran pertama
8 Bab 8 : Radit si anak ibu
9 Bab 9 : Kericuhan di pagi hari
10 Bab 10 : Antara ayah dan suami
11 Bab 11 : Teman lama
12 Bab 12 : Godaan yang meresahkan.
13 Bab 13 : Firasat itu menjadi kenyataan.
14 Bab 14 : Terjerat rayuan janda gatel
15 Bab 15 : Musibah bertubi-tubi
16 Bab 16 : Semua tak mudah
17 Bab 17 : Pillowtalk
18 Bab 18 : Tugas baru Naya
19 Bab 19 : Tawaran Kerja
20 Bab 20 : Kecurigaan Rania VS keluguan Naya
21 Bab 21 : Menutupi Sesuatu
22 Bab 22 : Teror Yang menyakitkan
23 Bab 23 : Separuh jiwaku pergi
24 Bab 24 : Rasanya sesakit ini
25 Bab 25 : Bangkit dan Berdiri
26 Bab 26 : Wasiat ibu
27 Bab 27 : You and Me.... end?
28 Bab 28 : Punishment dari Naya
29 Bab 29 : Radit dan segala tipu dayanya
30 Bab 30 : Hati yang kau sakiti itu memilih pergi
31 Bab 31 : Pertemuan dua keluarga
32 Bab 32 : Undangan reuni
33 Bab 33 : Reuni
34 Bab 34 : Bukan cinta monyet lagi
35 Bab 35 : Kembali ke dunia nyata
36 Bab 36 : Rasa yang berbeda
37 Bab 37 : Jangan salahkan aku
38 Bab 38 : Saatnya menikmati hasil dari menikung
39 Bab 39 : Terjerumus
40 Bab 40 : Menghindar
41 Bab 41 : Maju kena mundur kena
42 Bab 42 : Sosialita gadungan
43 Bab 43 : Bukan level kamu
44 Bab 44 : Ternyata tak seindah kenyataannya
45 Bab 45 : Bar bar
46 Bab 46 : Bertemu Naya
47 Bab 47 : Jangan memohon kepada perempuan seperti saya
48 Bab 48 : Menepi
49 Bab 49 : Ternyata masih bisa berguna
50 Bab 50 : Berani melangkah
51 Bab 51 : Bahagia itu sederhana
52 Bab 52 : Be gentle, terima akibat dari semua kesalahanmu.
53 Bab 53 : Collapse
54 Bab 54 : Dipinang
55 Bab 55 : Sah
56 Bab 56 : Paling tidak aku melihatmu bahagia
57 Bab 57 : Aku kenal kamu yang sekarang
58 Bab 58 : Siap menambah anggota baru
59 Bab 59 : Bukan Ngidam
60 Bab 60 : Berdamai dengan masa lalu.
61 Bab 61 : Epilog
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1 : Pernikahan Akbar
2
Bab 2 : Aku milikmu
3
Bab 3 : Masih tentang itu
4
Bab 4 : Satu fakta baru.
5
Bab 5 : Lakukan tugasmu dengan benar
6
Bab 6 : Firasat
7
Bab 7 : Pertengkaran pertama
8
Bab 8 : Radit si anak ibu
9
Bab 9 : Kericuhan di pagi hari
10
Bab 10 : Antara ayah dan suami
11
Bab 11 : Teman lama
12
Bab 12 : Godaan yang meresahkan.
13
Bab 13 : Firasat itu menjadi kenyataan.
14
Bab 14 : Terjerat rayuan janda gatel
15
Bab 15 : Musibah bertubi-tubi
16
Bab 16 : Semua tak mudah
17
Bab 17 : Pillowtalk
18
Bab 18 : Tugas baru Naya
19
Bab 19 : Tawaran Kerja
20
Bab 20 : Kecurigaan Rania VS keluguan Naya
21
Bab 21 : Menutupi Sesuatu
22
Bab 22 : Teror Yang menyakitkan
23
Bab 23 : Separuh jiwaku pergi
24
Bab 24 : Rasanya sesakit ini
25
Bab 25 : Bangkit dan Berdiri
26
Bab 26 : Wasiat ibu
27
Bab 27 : You and Me.... end?
28
Bab 28 : Punishment dari Naya
29
Bab 29 : Radit dan segala tipu dayanya
30
Bab 30 : Hati yang kau sakiti itu memilih pergi
31
Bab 31 : Pertemuan dua keluarga
32
Bab 32 : Undangan reuni
33
Bab 33 : Reuni
34
Bab 34 : Bukan cinta monyet lagi
35
Bab 35 : Kembali ke dunia nyata
36
Bab 36 : Rasa yang berbeda
37
Bab 37 : Jangan salahkan aku
38
Bab 38 : Saatnya menikmati hasil dari menikung
39
Bab 39 : Terjerumus
40
Bab 40 : Menghindar
41
Bab 41 : Maju kena mundur kena
42
Bab 42 : Sosialita gadungan
43
Bab 43 : Bukan level kamu
44
Bab 44 : Ternyata tak seindah kenyataannya
45
Bab 45 : Bar bar
46
Bab 46 : Bertemu Naya
47
Bab 47 : Jangan memohon kepada perempuan seperti saya
48
Bab 48 : Menepi
49
Bab 49 : Ternyata masih bisa berguna
50
Bab 50 : Berani melangkah
51
Bab 51 : Bahagia itu sederhana
52
Bab 52 : Be gentle, terima akibat dari semua kesalahanmu.
53
Bab 53 : Collapse
54
Bab 54 : Dipinang
55
Bab 55 : Sah
56
Bab 56 : Paling tidak aku melihatmu bahagia
57
Bab 57 : Aku kenal kamu yang sekarang
58
Bab 58 : Siap menambah anggota baru
59
Bab 59 : Bukan Ngidam
60
Bab 60 : Berdamai dengan masa lalu.
61
Bab 61 : Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!