Naya kembali mengotak-atik laporan di tangannya, sudah dua minggu lewat dari sejak dia berkunjung ke ruang kerja ayahnya tempo hari, tapi sampai dengan hari ini, dana yang masuk ke dalam rekening perusahaan belum ada setengahnya.
Naya harus menyediakan paling tidak dua puluh milyar untuk biaya ganti rugi tanah warga, dan modal awal untuk membeli perlengkapan proyek untuk eksplorasi tersebut.
Naya sudah berusaha sedemikian rupa, bahkan meminta tolong ke customernya untuk membayar utang mereka meski belum jatuh tempo pembayaran.
Dan seperti biasa dalam dunia bisnis, ada customer yang mau membantu dan ada customer yang dengan tegas menolak permintaan Naya.
Naya melirik jam di pergelangan tangannya, sudah hampir jam sebelas malam dan Naya masih berada di kantor.
Dengan menghela nafas panjang akhirnya Naya menutup laptop dan semua dokumen di meja, mengambil tas kerjanya lalu berjalan meninggalkan kantor.
Suasana kantor sudah sangat lengang membuat bulu kudu Naya meremang, Riri sudah disuruhnya pulang sejak tadi, saat ini hanya ada Pardi office boy yang menemaninya dan beberapa satpam di bawah.
Setelah berpamitan kepada mereka, Naya lalu melajukan mobilnya menuju rumah mertua yang sekarang menjadi tempat tinggalnya bersama sang suami.
Agak sungkan sebenarnya buat Naya dengan ritme kerja seperti dirinya yang sering pulang malam, seolah-olah Naya tak melayani suami dengan baik, tapi apa boleh buat kan, sejak awal sebelum menikah Naya sudah menekankan untuk tetap bekerja meski dia menikah dengan Radit, dan Radit setuju dengan syarat yang diajukannya.
Mobil telah terparkir dengan rapi di garasi rumah itu, lalu Naya masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke kamarnya.
Tak ada siapapun disana karena malam telah begitu larut, bahkan beberapa lampu telah dimatikan, menandakan semua penghuni rumah sudah terlelap.
Naya membuka pintu kamarnya dan mendapati Radit masih memainkan ponsel di tangannya.
Melihat Naya masuk ke kamar, tak sedetikpun Radit melirik istrinya itu, dia tetap cuek memandangi layar ponselnya.
"Mas... " panggil Naya pelan.
Radit tetap diam tak menoleh atau menjawab panggilan Naya, hatinya benar-benar marah melihat Naya masih keluyuran dan baru sampai rumah ketika hampir tengah malam begini.
"Mas.... maaf aku lembur lagi," ucap Naya lembut mendekat ke sisi ranjang tempat Radit berbaring.
Dan ketika tak ada tanggapan yang berarti dari Radit, Naya menghembuskan nafas berat lalu berlalu ke kamar mandi, dia benar-benar butuh membersihkan diri saat ini.
Tak perlu waktu yang lama karena hari juga sudah terlalu malam, tak baik buat kesehatan kalau memaksakan diri buat mandi.
Naya merebahkan diri di samping Radit, tidur miring menghadap ke suami yang sejak tadi tak mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Mas.... " panggil Naya membelai perut Radit lembut.
Naya tahu Radit marah terhadap dirinya, meski saat ini Naya sedang capek, tapi Naya berusaha menggoda Radit dengan sentuhan sen*ual, karena dengan cara seperti itu biasanya Radit akan cepat luluh.
Tapi apa mau dikata, bukannya luluh Radit malah menepiskan tangan Naya kasar lalu tidur miring membelakangi Naya.
"Mas.... aku minta maaf ya, aku nggak bermaksud kerja larut terus, ayah butuh dana besar untuk project barunya, dan aku harus bantu mencari dana tersebut." Naya beringsut memeluk suami dari belakang dan mencium punggung Radit dengan na*su.
Lalu dengan berani Naya memasukan tangannya ke dalam baju Radit dan mengusap dada Radit dengan gerakan sen*ual.
Radit hanya bisa memejamkan mata, Naya dalam keadaan pasrah saja bisa dengan cepat membangkitkan gairahnya, apalagi Naya yang sengaja menggodanya seperti ini, mana Radit bisa tahan.
Bahkan tanpa bisa dicegahnya batang di bawah sana sudah berdiri tegak dan sesak, mau menolak mana bisa tahan, apalagi sudah beberapa hari mereka tak melakuan aktivitas malam mereka.
Naya menelentangkan tubuh Radit lalu dia melucuti pakaiannya sendiri dan melucuti pakaian Radit lalu dengan gerakan eros*is naik ke atas tubuh Radit, dan mulai memuaskan sang suami.
Dan Radit hanya bisa menggeram menikmati semua sentuhan Naya dan tak perlu waktu lama merekapun melengu* bersama mencapai puncak mereka.
"Masih mau lagi atau udah cukup mas?" tanya Naya ketika dia memeluk tubuh polos suami dan mencium dada itu.
"Tidur, kamu capek kan?" Radit menarik selimut menutup tubuh mereka lalu memiringkan tubuh kembali membelakangi Naya dan tertidur.
Naya hanya bisa menggerutu dalam hati, meskipun Naya sudah melayani Radit ternyata sang suami masih ngambek terhadapnya, terlalu memang.
***
Keesokan harinya Naya bangun seperti biasanya, mandi dan berdandan untuk pergi ke kantor.
Radit mulai mengerjabkan mata ketika Naya sedang memoleskan cream pada wajahnya.
"Pagi mas," sapa Naya menatap Radit dari pantulan cermin di hadapannya.
"Pagi-pagi gini mau kerja lagi Nay?" Tak menjawab sapaan Naya, Radit justru terkesan masih menyimpan kemarahan akibat Naya yang terlalu bekerja keras dan pulang larut malam.
"Iya mas, maaf ya mas aku sibuk banget akhir-akhir ini, aku janji setelah urusan ini selesai aku akan kurangi aktivitasku di kantor, " ucap Naya kini sudah membalikkan badan menatap sang suami yang masih nyantai di atas tempat tidur.
"Kamu tahu tugas istri nggak sih Nay?" tanya Radit ketus.
"Aku tahu mas, aku sadar belum bisa jadi istri yang baik untuk kamu dan melayani kamu dengan baik, apalagi belakangan hari aku sering lembur, makanya aku minta maaf."
"Aku nggak ijinin kamu kerja hari ini!" putus Radit dingin.
"Tapi mas.... " Naya ingin membantah.
"Nggak ada tapi-tapian!" potong Radit cepat.
"Ayah lagi butuh dana besar akhir bulan ini mas, MOU sudah ditandatangani dan kami tak bisa mundur lagi," kata Naya dengan suara lirih.
"Ya suruh cari sendiri dong!" sahut Radit ketus.
"Mas!" teriak Naya tak terima ucapan Radit.
"Apa?! Mau ngelawan kamu!" teriak Radit tak mau kalah.
"Inget surga kamu itu ditelapak kaki suami Nay, bukan ditelapak kaki ayah kamu!" lanjut Radit dengan suara keras lalu membanting pintu kamar mandi.
Naya hanya terpaku menatap pintu kamar mandi yang telah tertutup tersebut, tak ada yang bisa ia lakukan.
Sampai dengan Radit keluar dari dalam sana pun, mereka masih terlihat enggan saling membuka mulut, aura di dalam kamar itu terasa mencekam.
Naya tak mampu melakukan apa-apa, sampai dengan Radit keluar kamar dan berangkat ke kantor, Naya masih bertahan di sana.
Naya hanya bisa mengetik pesan ke Riri dan ayahnya bahwa ia saat ini tak bisa datang ke kantor dikarenakan sedang tidak enak badan, demi apapun Naya juga tak akan berani membantah perintah suami.
Rasanya Naya ingin berteriak berada di situasi seperti ini, antara ayah dan suami yang sama-sama membutuhkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Rien
hebat
2023-07-19
0