Bab 15 : Musibah bertubi-tubi

Sudah satu minggu dan keadaan Rustam belum membaik juga, dia tetap belum sadar dan berada di ruang ICU, tak ada kemajuan yang berarti.

Dalam keadaan yang seperti ini Naya selalu menyempatkan diri mengunjungi rumah sakit, sebelum dia berangkat ke kantor dan sepulangnya dari kantor.

Ada Reza yang menunggui sang ayah disana, jadi Naya bisa tenang menjalankan perusahaan dan menyelesaikan masalah yang menimpa perusahaan ayahnya.

"Gimana perkembangan ayah Za?" tanya Naya yang terlihat kuyu karena terlalu banyak pikiran itu dan tentu juga capek itu.

"Belum ada perkembangan mbak," jawab Reza lesu.

Naya menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan, lalu begitu lagi, terus melakukannya berulang kali.

"Mbak Naya ke kantor aja, biar Reza yang jaga ayah disini," ucap Reza.

"Kalo ada apa-apa hubungi mbak ya Za." Naya menepuk tangan Reza lembut.

Dengan langkah gontai Naya meninggalkan Reza dan menuju ke kantornya, banyak hal yang harus Naya lakukan dan semuanya tak ada yang mudah.

Naya harus membereskan masalah yang ditimbulkan oleh ayahnya, segala resiko itu harus ia tanggung.

Sesampainya di kantor Naya mengumpulkan staffnya untuk diajak berdiskusi mengenai penyelesaian masalah tersebut.

Satu usulan Peter bahwa tempat tersebut harus disegel dengan beton yang kuat agar tak menimbulkan kerusakan pada lingkungan sekitarnya, dan itu membutuhkan dana yang tak sedikit.

Apalagi Naya baru tahu kalau ayahnya menggadaikan semua aset perusahaan untuk menutupi kekurangan modal yang dijanjikan partner kerjanya, istilahnya Rustam itu kena apes, mau maju kena mau mundur juga kena.

"Pak Peter usahakan tempat itu ditutup segera, saya akan carikan dananya secepatnya," ucap Naya akhirnya, tak ada pilihan yang bisa ia ambil, daripada nanti bermasalah lebih baik dia keluarkan dana lebih untuk mengamankan semuanya.

"Baik bu, secepatnya saya akan kesana, meninjau seberapa besar yang harus kita tutup, semoga saja semua bisa kita atasi."

"Bu Naya, pimpinan dapat undangan dari pihak berwenang untuk dilakukan penyelidikan masalah ini, apa ibu berkenan hadir, atau kita wakili saja?" tanya pak Bayu pimpinan HRD di perusahaannya.

"Kapan itu pak?" tanya Naya pelan.

"Besok lusa bu," jawab Bayu.

"Saya akan datang, tolong pak Bayu, pak Peter dan pak Hendra dampingi saya ya, jujur saya untuk masalah project ini benar-benar tidak paham, ayah saya menghandle semua sendiri," pinta Naya.

"Baik bu," jawab ketiganya serentak.

Setelah meeting itu selesai, Naya kembali ke ruangannya, mencari solusi atas masalah yang menimpa ayahnya, dia lupa makan, lupa memperhatikan diri sendiri dan tenggelam dengan masalah ini.

Setelah pulang dari kantor Naya kembali mengunjungi rumah sakit untuk memantau kondisi sang ayah.

Bahkan terkadang dia harus menginap di rumah sakit untuk bergantian dengan Reza untuk menjaga ayahnya, meski badannya letih tapi Naya tetap berusaha kuat.

"Makan dulu Nay," ucap Radit yang saat ini menemani Naya.

"Nanti saja mas," sahut Naya pelan.

"Kamu harus jaga kesehatan Nay, jangan abai seperti ini, nanti kalo kamu sakit siapa yang akan menguatkan Reza sama bunda," bujuk Radit pelan.

Naya menerima makanan tersebut dari tangan Radit, dengan malas memasukan makanan itu satu-satu.

"Makannya jangan kayak gitu sayang," tegur Radit lembut.

"Mas.... aku minta maaf ya kalo nanti aku sering pulang malam untuk mengurusi ayah dan juga perusahaan, aku janji setelah semua ini selesai aku akan stay di rumah jadi ibu rumah tangga seperti yang mas Radit mau," ucap Naya dengan lirih.

"Iya sayang, jangan mikirin macem-macem dulu," tegur Radit sambil memeluk Naya lembut.

Suara panik dokter dan suster memecah obrolan suami istri tersebut, Naya langsung bangkit, mengetahui hanya ayahnya penghuni ruangan ICU tersebut, Naya tahu bahwa sang ayah sedang tidak baik-baik saja.

"Ayah saya kenapa sus?" tanya Naya menahan seorang suster yang sedang bergegas keluar dari ruang tersebut.

"Pasien mengalami anfal bu, sekarang lagi dilakukan tindakan sama dokter jaga," jawab suster tersebut lalu bergegas meninggalkan Naya.

"Ayah mas!" isak Naya panik.

Radit terus memeluk Naya, sambil tangannya mengutak-atik ponselnya untuk menghubungi Reza dan juga keluarganya.

Tak lama kemudian dokter itu keluar, dengan wajah lesu dokter jaga tersebut mengabarkan kabar duka.

"Kami sudah berusaha bu, tapi pak Rustam tidak bisa bertahan, sabar ya."

Lalu gelap, Naya pingsan di tempat mendengar penjelasan dokter barusan, lalu suara lain juga terdengar dari belakang Radit.

"Bunda!" teriak Reza panik.

***

Di hadapan Naya saat ini terbujur kaku jasad ayah dan bundanya, ya benar bunda Naya terkena serangan jantung saat mendengar kematian suaminya.

Berulang kali Naya mencubit tangannya untuk menyakinkan diri kalau ini bukan mimpi.

Matanya nanar melihat dua tubuh kaku itu, bahkan airmatanya tak lagi bisa keluar karena efek kesedihan yang teramat dalam dihatinya.

Radit dan Reza menyambut para pelayat yang datang untuk mengucapkan belasungkawa.

Reza berusaha tegar, ia tak ingin terpuruk agar bisa menguatkan sang kakak yang matanya sering menatap dengan pandangan kosong.

"Aku ikut berduka ya Dit," ucap Nindya yang datang untuk ikut berbelasungkawa itu.

"Makasih Nin," ucap Radit pelan.

Jujur dalam keadaan seperti ini ia tak ingin bertemu dengan Nindya, bayangan dosa yang mereka lakukan tempo hari terus menari di pelupuk mata Radit.

Nindya bergeser ke tempat Naya duduk untuk mengucapkan belasungkawa.

"Aku ikut berdukacita ya Nay," ucap Nindya mengulurkan tangan untuk berjabat dengan Naya.

Naya mengeryit bingung atas kedatangan Nindya, wanita ini bukan termasuk circle pertemanan suaminya apalagi dirinya, kok dia bisa tahu musibah ini.

Tapi Naya hanya terdiam, mengulas senyum tipis lalu kembali menyandarkan tubuhnya ke tembok di belakangnya.

Lalu sesuai dengan waktu yang ditentukan, kedua jenasah tersebut diangkat untuk dibawa dan dimakamkan.

Naya histeris melihat kedua orang tuanya diangkat dan dibawa pergi dari hadapannya.

"Ayah.... Bunda....!" panggil Naya mencoba mengejar iring-iringan jenasah itu.

Radit memeluk tubuh istrinya dengan erat, membenamkan Naya ke dalam pelukannya, sedang Naya terus meronta mencoba melepaskan diri dari pelukan Radit.

Disudut sana Nindya memandang keduanya dengan rasa hati yang panas dan tak rela, rasanya Nindya ingin membubarkan aksi pelukan keduanya.

Rencana jahat mulai tersusun di otak wanita itu, tak ada empati apalagi prihatin dengan musibah yang dialami oleh Naya.

Terpopuler

Comments

Rien

Rien

nindya camu gila cuci otak caku dgn air rinsu hmm

2023-07-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pernikahan Akbar
2 Bab 2 : Aku milikmu
3 Bab 3 : Masih tentang itu
4 Bab 4 : Satu fakta baru.
5 Bab 5 : Lakukan tugasmu dengan benar
6 Bab 6 : Firasat
7 Bab 7 : Pertengkaran pertama
8 Bab 8 : Radit si anak ibu
9 Bab 9 : Kericuhan di pagi hari
10 Bab 10 : Antara ayah dan suami
11 Bab 11 : Teman lama
12 Bab 12 : Godaan yang meresahkan.
13 Bab 13 : Firasat itu menjadi kenyataan.
14 Bab 14 : Terjerat rayuan janda gatel
15 Bab 15 : Musibah bertubi-tubi
16 Bab 16 : Semua tak mudah
17 Bab 17 : Pillowtalk
18 Bab 18 : Tugas baru Naya
19 Bab 19 : Tawaran Kerja
20 Bab 20 : Kecurigaan Rania VS keluguan Naya
21 Bab 21 : Menutupi Sesuatu
22 Bab 22 : Teror Yang menyakitkan
23 Bab 23 : Separuh jiwaku pergi
24 Bab 24 : Rasanya sesakit ini
25 Bab 25 : Bangkit dan Berdiri
26 Bab 26 : Wasiat ibu
27 Bab 27 : You and Me.... end?
28 Bab 28 : Punishment dari Naya
29 Bab 29 : Radit dan segala tipu dayanya
30 Bab 30 : Hati yang kau sakiti itu memilih pergi
31 Bab 31 : Pertemuan dua keluarga
32 Bab 32 : Undangan reuni
33 Bab 33 : Reuni
34 Bab 34 : Bukan cinta monyet lagi
35 Bab 35 : Kembali ke dunia nyata
36 Bab 36 : Rasa yang berbeda
37 Bab 37 : Jangan salahkan aku
38 Bab 38 : Saatnya menikmati hasil dari menikung
39 Bab 39 : Terjerumus
40 Bab 40 : Menghindar
41 Bab 41 : Maju kena mundur kena
42 Bab 42 : Sosialita gadungan
43 Bab 43 : Bukan level kamu
44 Bab 44 : Ternyata tak seindah kenyataannya
45 Bab 45 : Bar bar
46 Bab 46 : Bertemu Naya
47 Bab 47 : Jangan memohon kepada perempuan seperti saya
48 Bab 48 : Menepi
49 Bab 49 : Ternyata masih bisa berguna
50 Bab 50 : Berani melangkah
51 Bab 51 : Bahagia itu sederhana
52 Bab 52 : Be gentle, terima akibat dari semua kesalahanmu.
53 Bab 53 : Collapse
54 Bab 54 : Dipinang
55 Bab 55 : Sah
56 Bab 56 : Paling tidak aku melihatmu bahagia
57 Bab 57 : Aku kenal kamu yang sekarang
58 Bab 58 : Siap menambah anggota baru
59 Bab 59 : Bukan Ngidam
60 Bab 60 : Berdamai dengan masa lalu.
61 Bab 61 : Epilog
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1 : Pernikahan Akbar
2
Bab 2 : Aku milikmu
3
Bab 3 : Masih tentang itu
4
Bab 4 : Satu fakta baru.
5
Bab 5 : Lakukan tugasmu dengan benar
6
Bab 6 : Firasat
7
Bab 7 : Pertengkaran pertama
8
Bab 8 : Radit si anak ibu
9
Bab 9 : Kericuhan di pagi hari
10
Bab 10 : Antara ayah dan suami
11
Bab 11 : Teman lama
12
Bab 12 : Godaan yang meresahkan.
13
Bab 13 : Firasat itu menjadi kenyataan.
14
Bab 14 : Terjerat rayuan janda gatel
15
Bab 15 : Musibah bertubi-tubi
16
Bab 16 : Semua tak mudah
17
Bab 17 : Pillowtalk
18
Bab 18 : Tugas baru Naya
19
Bab 19 : Tawaran Kerja
20
Bab 20 : Kecurigaan Rania VS keluguan Naya
21
Bab 21 : Menutupi Sesuatu
22
Bab 22 : Teror Yang menyakitkan
23
Bab 23 : Separuh jiwaku pergi
24
Bab 24 : Rasanya sesakit ini
25
Bab 25 : Bangkit dan Berdiri
26
Bab 26 : Wasiat ibu
27
Bab 27 : You and Me.... end?
28
Bab 28 : Punishment dari Naya
29
Bab 29 : Radit dan segala tipu dayanya
30
Bab 30 : Hati yang kau sakiti itu memilih pergi
31
Bab 31 : Pertemuan dua keluarga
32
Bab 32 : Undangan reuni
33
Bab 33 : Reuni
34
Bab 34 : Bukan cinta monyet lagi
35
Bab 35 : Kembali ke dunia nyata
36
Bab 36 : Rasa yang berbeda
37
Bab 37 : Jangan salahkan aku
38
Bab 38 : Saatnya menikmati hasil dari menikung
39
Bab 39 : Terjerumus
40
Bab 40 : Menghindar
41
Bab 41 : Maju kena mundur kena
42
Bab 42 : Sosialita gadungan
43
Bab 43 : Bukan level kamu
44
Bab 44 : Ternyata tak seindah kenyataannya
45
Bab 45 : Bar bar
46
Bab 46 : Bertemu Naya
47
Bab 47 : Jangan memohon kepada perempuan seperti saya
48
Bab 48 : Menepi
49
Bab 49 : Ternyata masih bisa berguna
50
Bab 50 : Berani melangkah
51
Bab 51 : Bahagia itu sederhana
52
Bab 52 : Be gentle, terima akibat dari semua kesalahanmu.
53
Bab 53 : Collapse
54
Bab 54 : Dipinang
55
Bab 55 : Sah
56
Bab 56 : Paling tidak aku melihatmu bahagia
57
Bab 57 : Aku kenal kamu yang sekarang
58
Bab 58 : Siap menambah anggota baru
59
Bab 59 : Bukan Ngidam
60
Bab 60 : Berdamai dengan masa lalu.
61
Bab 61 : Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!