Bab 17 : Pillowtalk

"Mbak Naya.... bangun mbak, udah malem, mbak Naya nggak pulang?" Reza menggoyang tubuh Naya yang tertidur pulas di atas sofa.

"Ehhh....jam berapa sekarang Za?" tanya Naya dengan suara serak.

"Hampir jam sembilan mbak," jawab Reza membuat Naya reflek bangun.

"Aku harus cepet pulang Za, mas Radit pasti udah sampai rumah nih." Naya bangkit merapikan rambut dan pakaiannya lalu bergegas keluar rumah.

Reza menahan langkah Naya." Aku anter mbak."

Reza berlalu mengambil jaket dan helm, lalu memakaikannya di tubuh sang kakak.

"Kamu gimana Za?" tanya Naya melihat Reza hanya memakai kaos dan tanpa helm.

"Aku gini aja nggak papa."

"Dingin Za," tegur Naya lembut.

"Mbak Naya lupa kalo aku udah terbiasa dengan udara dingin?" tanya Reza terkekeh

"Oh iya ya, Eropa sana temperaturnya beda sama sini, lebih dari lima tahun disana pasti sudah adaptasi sama udara disana." timpal Naya.

"Ayok keburu malam."

Lalu mereka berboncengan pulang ke rumah mertua Naya yang sekarang jadi rumahnya juga.

Lima belas menit kemudian motor matic itu berhenti di depan gerbang rumah mertua Naya, Naya melepas jaket dan helm lalu menyerahkannya kepada Reza.

"Hati-hati ya Za pulangnya, jangan ngebut," nasehat Naya dengan mata berkaca-kaca.

Terbiasa hidup dengan kemewahan, kemana-mana menggunakan mobil, melihat Reza harus menggunakan motor untuk aktivitasnya membuat Naya bersedih.

"Udah ah jangan melow, aku nggak papa mbak," kata Reza menahan airmata sang kakak jatuh.

"Ya udah hati-hati ya Za."

Reza menyalakan motornya, menekan klakson untuk menyapa satpam yang berjaga dan berlalu dari sana.

"Malem mbak Naya," sapa pak Satpam yang membukakan pintu gerbang untuk Naya.

"Malem pak, mas Radit udah pulang pak?" tanya Naya sembari melangkah masuk.

"Belum mbak," jawab pak Satpam.

"Tumben," gumam Naya lalu berjalan menuju ke rumah sambil menghubungi Radit.

Panggilan Naya tak mendapat respon dari Radit, lalu Naya mencoba sekali lagi dan ketika sambungan teleponnya tak diangkat juga akhirnya Naya berhenti menghubungi sang suami.

Sementara Naya bingung dengan panggilannya yang tak mendapat respon, Radit justru sedang terlelap dalam dekapan si janda penggoda itu, setelah melakukan penyatuan yang entah untuk yang keberapa kalinya, again? Yes again, rasanya Radit menemukan kembali gairahnya yang sempat gersang itu.

Radit meraih ponsel yang beberapa kali bergetar tapi sekarang sudah berhenti bergetar itu, mengecek jam disana dan dia melompat kaget ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat.

"Mau kemana Dit?" tanya Nindya dengan suara parau.

"Udah malem Nin, aku harus pulang," jawab Radit lalu mengenakan pakaiannya kembali.

"Nggak nginep disini aja?" rayu Nindya sengaja mengekspos tubuhnya yang masih polos belum mengenakan apa-apa itu.

"Aku harus pulang!" tegas Radit.

Nindya berdiri lalu mendekati Radit dan memeluk Radit dari belakang, menempelkan dadanya ke punggung pria itu, mencoba merayu sekali lagi agar Radit menginap bersamanya.

"Plis Nin, masih ada hari esok, aku harus pulang sekarang, aku nggak mau Naya curiga." Radit melepaskan pelukan Nindya, lalu mengecup lembut bibir wanita itu dan berlalu cepat dari hadapan Nindya.

Dengan kesal Nindya meninju udara dengan tangan kosong, mengumpat Radit yang tetap memilih Naya daripada dirinya.

Sesampainya di rumah Radit berjalan mengendap menuju ke kamar yang sudah temaram penerangannya.

Disana Naya sudah tertidur pulas dengan memeluk guling, Radit langsung berjalan menuju ke kamar mandi untuk membasuh diri.

Aroma parfum Nindya menempel kuat di tubuhnya, dan ketika melihat ke cermin di dalam kamar mandi itu, Radit menemukan jejak gigitan Nindya di beberapa tempat di dadanya.

Dengan kesal Radit mengumpati Nindya, bisa-bisanya wanita itu meninggalkan jejak-jejak kemerahan di tubuhnya, kalau kaya gini bisa-bisa perbuatan mereka diketahui oleh Naya.

Radit naik ke atas ranjang, mengecup kening Naya lembut, membuat Naya terbangun karena sentuhan itu.

"Maaf aku membangunkanmu ya," bisik Radit lalu mencium pipi Naya lembut.

"Baru pulang mas?" tanya Naya sambil mengerjapkan mata pelan.

"Iya, maaf ya tadi habis ketemu klien malah ketemu teman lama diajak ngobrol jadi lupa waktu," jawab Radit pelan.

Radit tak berbohong kan, dia memang habis bertemu teman lama bernama Nindya dan mengobrol juga dengannya, meski ada kegiatan lain di sela-sela obrolan itu.

Naya tersenyum dan mengecup pipi Radit lembut."Iya nggak papa mas, aku tadi juga ketiduran di rumah Reza, pulang belum begitu lama."

"Semua sudah aman kan sayang?" tanya Radit sambil mengusap rambut Naya lembut.

"Iya aman mas, besok aku nggak akan dipanggil-panggil lagi dan bisa fokus jadi ibu rumah tangga seperti yang mas Radit mau," bisik Naya pelan.

"Iya sayang, makasih ya sudah mau menuruti kemauan aku."

Naya mengangguk-angguk."Oh ya mas, Reza tadi cerita katanya dia mau beli rumah sama memulai usaha kecil-kecilan."

"Usaha apa?" tanya Radit.

"Mau buka toko pastry katanya."

"Nggak mau bantu aku aja?" tanya Radit pura-pura, padahal dia tahu adik iparnya itu tak berniat jadi pengusaha dan memilih menjadi chef.

"Nggaklah, mana dia mau, dulu aja disuruh bantuin aku nggak mau kok, cita-cita punya toko roti atau apalah, memang ajaib adik aku itu."

"Kalo nanti Reza berubah pikiran, kamu bilang aku ya," ucap Radit menyakinkan, padahal dalam hati ia berharap agar hal itu tak akan terjadi, bisa-bisa hubungannya dengan Nindya terbongkar kalau Reza kerja di tempatnya.

"Iya mas."

"Atau kalo Reza butuh modal bisa bilang ke aku Nay."

"Uang bulanan dari mas Radit aja belum aku sentuh mas."

"Ya kamu pakai Nay, buat nambahin modal Reza kek, buat beli apa kek."

"Aku belum butuh mas, nanti saja."

"Lagian nggak papa kamu pakai Nay, itu kan memang buat kamu."

"Iya mas nanti aku pakai, btw mas Radit keramas?" tanya Naya mengejutkan Radit.

"Iya habis gerah banget."

"Dingin gini kok dibilang gerah sih mas, malem-malem nggak baik mandi keramas lho."

"Iya sayang, iya, kesayangan aku sudah kembali ceria sekarang."

"Maaf ya mas aku kemarin banyak pikiran banget, aku jadi nggak bisa menjalankan tugas sebagai istri dengan baik."

"Iya sayang nggak papa." ucap Radit tersenyum, padahal dalam hati pria itu berucap sudah ada yang menggantikan tugas Naya memuaskan dirinya.

"Mas Radit mau sekarang?" tanya Naya dengan mengelus dada Radit lembut.

"Eh?" ucap Radit panik, karena dia teringat tanda kepemilikan yang ditinggalkan Nindya di dadanya yang tak hanya satu itu.

Terpopuler

Comments

Rien

Rien

radit camu memang pintar ber bohong

2023-07-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pernikahan Akbar
2 Bab 2 : Aku milikmu
3 Bab 3 : Masih tentang itu
4 Bab 4 : Satu fakta baru.
5 Bab 5 : Lakukan tugasmu dengan benar
6 Bab 6 : Firasat
7 Bab 7 : Pertengkaran pertama
8 Bab 8 : Radit si anak ibu
9 Bab 9 : Kericuhan di pagi hari
10 Bab 10 : Antara ayah dan suami
11 Bab 11 : Teman lama
12 Bab 12 : Godaan yang meresahkan.
13 Bab 13 : Firasat itu menjadi kenyataan.
14 Bab 14 : Terjerat rayuan janda gatel
15 Bab 15 : Musibah bertubi-tubi
16 Bab 16 : Semua tak mudah
17 Bab 17 : Pillowtalk
18 Bab 18 : Tugas baru Naya
19 Bab 19 : Tawaran Kerja
20 Bab 20 : Kecurigaan Rania VS keluguan Naya
21 Bab 21 : Menutupi Sesuatu
22 Bab 22 : Teror Yang menyakitkan
23 Bab 23 : Separuh jiwaku pergi
24 Bab 24 : Rasanya sesakit ini
25 Bab 25 : Bangkit dan Berdiri
26 Bab 26 : Wasiat ibu
27 Bab 27 : You and Me.... end?
28 Bab 28 : Punishment dari Naya
29 Bab 29 : Radit dan segala tipu dayanya
30 Bab 30 : Hati yang kau sakiti itu memilih pergi
31 Bab 31 : Pertemuan dua keluarga
32 Bab 32 : Undangan reuni
33 Bab 33 : Reuni
34 Bab 34 : Bukan cinta monyet lagi
35 Bab 35 : Kembali ke dunia nyata
36 Bab 36 : Rasa yang berbeda
37 Bab 37 : Jangan salahkan aku
38 Bab 38 : Saatnya menikmati hasil dari menikung
39 Bab 39 : Terjerumus
40 Bab 40 : Menghindar
41 Bab 41 : Maju kena mundur kena
42 Bab 42 : Sosialita gadungan
43 Bab 43 : Bukan level kamu
44 Bab 44 : Ternyata tak seindah kenyataannya
45 Bab 45 : Bar bar
46 Bab 46 : Bertemu Naya
47 Bab 47 : Jangan memohon kepada perempuan seperti saya
48 Bab 48 : Menepi
49 Bab 49 : Ternyata masih bisa berguna
50 Bab 50 : Berani melangkah
51 Bab 51 : Bahagia itu sederhana
52 Bab 52 : Be gentle, terima akibat dari semua kesalahanmu.
53 Bab 53 : Collapse
54 Bab 54 : Dipinang
55 Bab 55 : Sah
56 Bab 56 : Paling tidak aku melihatmu bahagia
57 Bab 57 : Aku kenal kamu yang sekarang
58 Bab 58 : Siap menambah anggota baru
59 Bab 59 : Bukan Ngidam
60 Bab 60 : Berdamai dengan masa lalu.
61 Bab 61 : Epilog
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1 : Pernikahan Akbar
2
Bab 2 : Aku milikmu
3
Bab 3 : Masih tentang itu
4
Bab 4 : Satu fakta baru.
5
Bab 5 : Lakukan tugasmu dengan benar
6
Bab 6 : Firasat
7
Bab 7 : Pertengkaran pertama
8
Bab 8 : Radit si anak ibu
9
Bab 9 : Kericuhan di pagi hari
10
Bab 10 : Antara ayah dan suami
11
Bab 11 : Teman lama
12
Bab 12 : Godaan yang meresahkan.
13
Bab 13 : Firasat itu menjadi kenyataan.
14
Bab 14 : Terjerat rayuan janda gatel
15
Bab 15 : Musibah bertubi-tubi
16
Bab 16 : Semua tak mudah
17
Bab 17 : Pillowtalk
18
Bab 18 : Tugas baru Naya
19
Bab 19 : Tawaran Kerja
20
Bab 20 : Kecurigaan Rania VS keluguan Naya
21
Bab 21 : Menutupi Sesuatu
22
Bab 22 : Teror Yang menyakitkan
23
Bab 23 : Separuh jiwaku pergi
24
Bab 24 : Rasanya sesakit ini
25
Bab 25 : Bangkit dan Berdiri
26
Bab 26 : Wasiat ibu
27
Bab 27 : You and Me.... end?
28
Bab 28 : Punishment dari Naya
29
Bab 29 : Radit dan segala tipu dayanya
30
Bab 30 : Hati yang kau sakiti itu memilih pergi
31
Bab 31 : Pertemuan dua keluarga
32
Bab 32 : Undangan reuni
33
Bab 33 : Reuni
34
Bab 34 : Bukan cinta monyet lagi
35
Bab 35 : Kembali ke dunia nyata
36
Bab 36 : Rasa yang berbeda
37
Bab 37 : Jangan salahkan aku
38
Bab 38 : Saatnya menikmati hasil dari menikung
39
Bab 39 : Terjerumus
40
Bab 40 : Menghindar
41
Bab 41 : Maju kena mundur kena
42
Bab 42 : Sosialita gadungan
43
Bab 43 : Bukan level kamu
44
Bab 44 : Ternyata tak seindah kenyataannya
45
Bab 45 : Bar bar
46
Bab 46 : Bertemu Naya
47
Bab 47 : Jangan memohon kepada perempuan seperti saya
48
Bab 48 : Menepi
49
Bab 49 : Ternyata masih bisa berguna
50
Bab 50 : Berani melangkah
51
Bab 51 : Bahagia itu sederhana
52
Bab 52 : Be gentle, terima akibat dari semua kesalahanmu.
53
Bab 53 : Collapse
54
Bab 54 : Dipinang
55
Bab 55 : Sah
56
Bab 56 : Paling tidak aku melihatmu bahagia
57
Bab 57 : Aku kenal kamu yang sekarang
58
Bab 58 : Siap menambah anggota baru
59
Bab 59 : Bukan Ngidam
60
Bab 60 : Berdamai dengan masa lalu.
61
Bab 61 : Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!