"Mbak Naya.... bangun mbak, udah malem, mbak Naya nggak pulang?" Reza menggoyang tubuh Naya yang tertidur pulas di atas sofa.
"Ehhh....jam berapa sekarang Za?" tanya Naya dengan suara serak.
"Hampir jam sembilan mbak," jawab Reza membuat Naya reflek bangun.
"Aku harus cepet pulang Za, mas Radit pasti udah sampai rumah nih." Naya bangkit merapikan rambut dan pakaiannya lalu bergegas keluar rumah.
Reza menahan langkah Naya." Aku anter mbak."
Reza berlalu mengambil jaket dan helm, lalu memakaikannya di tubuh sang kakak.
"Kamu gimana Za?" tanya Naya melihat Reza hanya memakai kaos dan tanpa helm.
"Aku gini aja nggak papa."
"Dingin Za," tegur Naya lembut.
"Mbak Naya lupa kalo aku udah terbiasa dengan udara dingin?" tanya Reza terkekeh
"Oh iya ya, Eropa sana temperaturnya beda sama sini, lebih dari lima tahun disana pasti sudah adaptasi sama udara disana." timpal Naya.
"Ayok keburu malam."
Lalu mereka berboncengan pulang ke rumah mertua Naya yang sekarang jadi rumahnya juga.
Lima belas menit kemudian motor matic itu berhenti di depan gerbang rumah mertua Naya, Naya melepas jaket dan helm lalu menyerahkannya kepada Reza.
"Hati-hati ya Za pulangnya, jangan ngebut," nasehat Naya dengan mata berkaca-kaca.
Terbiasa hidup dengan kemewahan, kemana-mana menggunakan mobil, melihat Reza harus menggunakan motor untuk aktivitasnya membuat Naya bersedih.
"Udah ah jangan melow, aku nggak papa mbak," kata Reza menahan airmata sang kakak jatuh.
"Ya udah hati-hati ya Za."
Reza menyalakan motornya, menekan klakson untuk menyapa satpam yang berjaga dan berlalu dari sana.
"Malem mbak Naya," sapa pak Satpam yang membukakan pintu gerbang untuk Naya.
"Malem pak, mas Radit udah pulang pak?" tanya Naya sembari melangkah masuk.
"Belum mbak," jawab pak Satpam.
"Tumben," gumam Naya lalu berjalan menuju ke rumah sambil menghubungi Radit.
Panggilan Naya tak mendapat respon dari Radit, lalu Naya mencoba sekali lagi dan ketika sambungan teleponnya tak diangkat juga akhirnya Naya berhenti menghubungi sang suami.
Sementara Naya bingung dengan panggilannya yang tak mendapat respon, Radit justru sedang terlelap dalam dekapan si janda penggoda itu, setelah melakukan penyatuan yang entah untuk yang keberapa kalinya, again? Yes again, rasanya Radit menemukan kembali gairahnya yang sempat gersang itu.
Radit meraih ponsel yang beberapa kali bergetar tapi sekarang sudah berhenti bergetar itu, mengecek jam disana dan dia melompat kaget ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat.
"Mau kemana Dit?" tanya Nindya dengan suara parau.
"Udah malem Nin, aku harus pulang," jawab Radit lalu mengenakan pakaiannya kembali.
"Nggak nginep disini aja?" rayu Nindya sengaja mengekspos tubuhnya yang masih polos belum mengenakan apa-apa itu.
"Aku harus pulang!" tegas Radit.
Nindya berdiri lalu mendekati Radit dan memeluk Radit dari belakang, menempelkan dadanya ke punggung pria itu, mencoba merayu sekali lagi agar Radit menginap bersamanya.
"Plis Nin, masih ada hari esok, aku harus pulang sekarang, aku nggak mau Naya curiga." Radit melepaskan pelukan Nindya, lalu mengecup lembut bibir wanita itu dan berlalu cepat dari hadapan Nindya.
Dengan kesal Nindya meninju udara dengan tangan kosong, mengumpat Radit yang tetap memilih Naya daripada dirinya.
Sesampainya di rumah Radit berjalan mengendap menuju ke kamar yang sudah temaram penerangannya.
Disana Naya sudah tertidur pulas dengan memeluk guling, Radit langsung berjalan menuju ke kamar mandi untuk membasuh diri.
Aroma parfum Nindya menempel kuat di tubuhnya, dan ketika melihat ke cermin di dalam kamar mandi itu, Radit menemukan jejak gigitan Nindya di beberapa tempat di dadanya.
Dengan kesal Radit mengumpati Nindya, bisa-bisanya wanita itu meninggalkan jejak-jejak kemerahan di tubuhnya, kalau kaya gini bisa-bisa perbuatan mereka diketahui oleh Naya.
Radit naik ke atas ranjang, mengecup kening Naya lembut, membuat Naya terbangun karena sentuhan itu.
"Maaf aku membangunkanmu ya," bisik Radit lalu mencium pipi Naya lembut.
"Baru pulang mas?" tanya Naya sambil mengerjapkan mata pelan.
"Iya, maaf ya tadi habis ketemu klien malah ketemu teman lama diajak ngobrol jadi lupa waktu," jawab Radit pelan.
Radit tak berbohong kan, dia memang habis bertemu teman lama bernama Nindya dan mengobrol juga dengannya, meski ada kegiatan lain di sela-sela obrolan itu.
Naya tersenyum dan mengecup pipi Radit lembut."Iya nggak papa mas, aku tadi juga ketiduran di rumah Reza, pulang belum begitu lama."
"Semua sudah aman kan sayang?" tanya Radit sambil mengusap rambut Naya lembut.
"Iya aman mas, besok aku nggak akan dipanggil-panggil lagi dan bisa fokus jadi ibu rumah tangga seperti yang mas Radit mau," bisik Naya pelan.
"Iya sayang, makasih ya sudah mau menuruti kemauan aku."
Naya mengangguk-angguk."Oh ya mas, Reza tadi cerita katanya dia mau beli rumah sama memulai usaha kecil-kecilan."
"Usaha apa?" tanya Radit.
"Mau buka toko pastry katanya."
"Nggak mau bantu aku aja?" tanya Radit pura-pura, padahal dia tahu adik iparnya itu tak berniat jadi pengusaha dan memilih menjadi chef.
"Nggaklah, mana dia mau, dulu aja disuruh bantuin aku nggak mau kok, cita-cita punya toko roti atau apalah, memang ajaib adik aku itu."
"Kalo nanti Reza berubah pikiran, kamu bilang aku ya," ucap Radit menyakinkan, padahal dalam hati ia berharap agar hal itu tak akan terjadi, bisa-bisa hubungannya dengan Nindya terbongkar kalau Reza kerja di tempatnya.
"Iya mas."
"Atau kalo Reza butuh modal bisa bilang ke aku Nay."
"Uang bulanan dari mas Radit aja belum aku sentuh mas."
"Ya kamu pakai Nay, buat nambahin modal Reza kek, buat beli apa kek."
"Aku belum butuh mas, nanti saja."
"Lagian nggak papa kamu pakai Nay, itu kan memang buat kamu."
"Iya mas nanti aku pakai, btw mas Radit keramas?" tanya Naya mengejutkan Radit.
"Iya habis gerah banget."
"Dingin gini kok dibilang gerah sih mas, malem-malem nggak baik mandi keramas lho."
"Iya sayang, iya, kesayangan aku sudah kembali ceria sekarang."
"Maaf ya mas aku kemarin banyak pikiran banget, aku jadi nggak bisa menjalankan tugas sebagai istri dengan baik."
"Iya sayang nggak papa." ucap Radit tersenyum, padahal dalam hati pria itu berucap sudah ada yang menggantikan tugas Naya memuaskan dirinya.
"Mas Radit mau sekarang?" tanya Naya dengan mengelus dada Radit lembut.
"Eh?" ucap Radit panik, karena dia teringat tanda kepemilikan yang ditinggalkan Nindya di dadanya yang tak hanya satu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Rien
radit camu memang pintar ber bohong
2023-07-23
0