Bab 4 : Satu fakta baru.

Naya telah rapi dengan baju kerjanya, disana di atas tempat tidurnya, Radit masih terlelap dengan posisi tengkurap.

"Mas... " Naya menggoyang tubuh Radit pelan, mencoba membangunkan sang suami.

"Mas.... " Panggil Naya sekali lagi.

"Apa sih Nay, aku masih ngantuk," sahut Radit dengan malas.

"Mas Radit nggak kerja?" tanya Naya pelan sambil mengusap pipi Radit lembut.

"Aku berangkat siangan," jawab Radit membuka mata pelan.

"Kamu mau kemana?" tanya Radit heran melihat penampilan Naya yang telah rapi.

"Aku mau ke kantor, pagi ini ada meeting sama pihak terkait masalah pembukaan tambang baru itu mas."

"Oh kirain masih cuti," sahut Radit sambil memeluk pinggang Naya, rasanya masih ingin menikmati waktu berdua.

"Udah seminggu mas, masak masih kurang sih!"

"Kuranglah, belum maksimal kamu ngelayanin akunya," celetuk Radit cemberut.

"Astaga suami aku!" pekik Naya pelan sambil memukul pelan lengan Radit yang ada di perutnya.

"Kuda-kudaan sekali lagi dulu yuk," ajak Radit.

"Nggak ah, aku udah mandi, pagi ini ada meeting penting, nanti malem lagi aja," tolak Naya tegas lalu bangkit berdiri mencium Radit pelan dan berlalu keluar kamar.

"Lho Nay udah ngantor?" sapa ibu mertuanya melihat penampilan Naya udah rapi.

Oh iya saat ini Naya dan Radit tinggal di rumah orang tua Radit, karena permintaan Radit yang tak tega meninggalkan bapak ibunya untuk tinggal sendirian karena kedua kakak Radit sudah hidup terpisah sejak pertama mereka menikah.

Ingin menolak, tapi Naya tak sampai hati melihat suaminya bersedih, padahal Naya sendiri telah memiliki rumah pribadi yang siap ditempati setelah mereka menikah.

"Hari ini Naya ada meeting penting sama klien yang tak bisa Naya tinggalkan bu." Naya duduk di hadapan bapak dan ibu mertuanya dan mengambil sehelai roti untuk sarapannya.

"Nggak papa kan pak bu, Naya berangkat kerja hari ini?" tanya Naya sungkan karena tak mendapatkan tanggapan dari mertuanya.

"Ya nggak papa Nay, namanya tanggung jawab ya harus dikerjakan, apalagi kamu anak pertama pasti jadi tumpuan orang tua kamu untuk membantu mereka," jawab Bapak bijaksana.

"Um.... bu, nanti minta tolong bangunkan mas Radit ya, Naya udah coba bangunin tapi nggak bangun-bangun," ucap Naya tak enak hati merepotkan ibu mertuanya.

"Biasa Radit bangun jam sepuluh Nay, nanti juga bangun sendiri," sahut ibu lembut.

Naya mengerjabkan mata pelan, karena bingung dengan pernyataan ibu mertuanya, masa suaminya tak se bertanggungjawab begitu, dia kan finance manager di perusahaan keluarga, ya kali tak bisa ontime.

"Oh." Akhirnya hanya itu yang keluar dari bibir Naya, daripada salah berucap di depan mertua mending cari aman saja.

"Pak bu, Naya pamit ya, sudah siang." Naya pamit kepada kedua mertuanya setelah sebelumnya menaruh piring bekas sarapannya ke wastafel.

"Hati-hati Nay."

Lalu dengan tergesa Naya melajukan mobilnya menuju kantor, hari ini banyak yang harus dikerjakannya, apalagi dirinya habis cuti selama dua minggu untuk melangsungkan pernikahannya.

"Pagi pak," sapa Naya sopan kepada pak Ahmad security kantornya yang setiap dia datang selalu membukakan pintu untuk Naya.

"Pagi bu Kanaya," balas pak Ahmad sopan sambil menundukan kepalanya.

Naya melangkah anggun melintasi lobby dan masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai empat tempat ruangannya berada.

"Pagi Ri," sapa Naya kepada Riri sekretaris muda yang baru setahunan ini menjadi sekretarisnya.

"Pagi bu Naya," sapa Riri langsung berdiri dan membukakan pintu ruangan untuk Naya.

Naya menghela nafas panjang melihat tumpukan map di atas meja kerjanya.

"Ini udah saya sortir bu, yang masih bisa di handle pak Hendra langsung saya serahkan ke beliau," kata Riri sambil tersenyum manis memahami tugas Naya yang pasti berat itu.

"Panggilkan pak Hendra kesini Ri," pinta Naya lalu mulai membuka satu persatu map di depannya.

Naya cukup bersyukur karena meskipun Riri masih terbilang muda tapi gadis itu cukup cekatan dan pintar hingga dapat meringankan pekerjaan Naya.

Tak lama Hendra masuk ke ruangan Naya, mereka berdiskusi cukup lama sampai tiba waktunya mereka harus menghadiri meeting dengan pihak terkait untuk membahas masalah pembukaan lahan pertambangan baru.

Sampai waktu makan siang tiba dan pembahasan itu belum selesai juga, mereka akhirnya memutuskan untuk rehat dan makan siang di tempat.

Naya bergeser keluar dari ruang meeting dan masuk ke ruang kerjanya untuk menghubungi suaminya.

Deringan ketiga panggilan Naya baru direspon oleh Radit.

"Mas lagi apa?" tanya Naya lembut.

"Baru nyampai rumah Nay," jawab Radit.

"Lho mas Radit nggak kerja?" tanya Naya heran.

"Kerja, tadi tanda tangan sebentar terus pulang," jawab Radit santai.

"Eh... kok?"

"Ibu minta ditemenin, bapak lagi keluar, ada perlu katanya."

Naya terdiam, sepanjang berpacaran selama dua tahun dengan Radit, Naya tahu kalau Radit sayang banget sama ibunya, tapi dia tak pernah berfikir bahwa sayangnya Radit sampai sebegitunya.

Tak ada yang salah sebenarnya dengan rasa sayang ke orang tua, tapi bukannya Radit harus bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.

Kalau hanya untuk menemani ibu di rumah kan masih ada dua ART dan satpam disana.

Sementara Naya sendiri dididik dengan keras dan disiplin oleh ayahnya karena dia anak pertama, tonggak estafet perusahaan ada di tangannya.

Hari ini saja Naya harus menggantikan ayahnya memimpin rapat karena sang ayah baru menemui investor untuk menambah modal membuka penambangan yang baru.

"Kamu pulang ontime kan Nay?" tanya Radit setelah tak mendengar suara Naya di seberang sana.

"Kayaknya telat mas, ini meetingnya aja belum selesai," jawab Naya tak enak hati.

"Yah..... nggak jadi deh," desah Radit kecewa.

"Nggak jadi apa mas?" tanya Naya bingung.

"Nggak Nay, bukan apa-apa, ya udah kamu lanjutin kerjanya, aku mau makan siang dulu."

"Oh ya udah kalo gitu, aku juga baru mau makan."

"Bye Nay."

"Bye mas."

Naya menurunkan ponselnya dari telinganya, mengerjab bingung, ternyata Radit tak seserius itu dalam bekerja, hingga ketukan di pintu membuyarkan lamunannya.

"Bu Naya, makan siangnya mau dibawa kesini atau tetap di ruang meeting?" tanya Riri.

"Disana aja Ri," jawab Naya sambil berjalan bersama Riri menuju ruang meeting.

Terpopuler

Comments

Rien

Rien

hebat bgt

2023-07-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pernikahan Akbar
2 Bab 2 : Aku milikmu
3 Bab 3 : Masih tentang itu
4 Bab 4 : Satu fakta baru.
5 Bab 5 : Lakukan tugasmu dengan benar
6 Bab 6 : Firasat
7 Bab 7 : Pertengkaran pertama
8 Bab 8 : Radit si anak ibu
9 Bab 9 : Kericuhan di pagi hari
10 Bab 10 : Antara ayah dan suami
11 Bab 11 : Teman lama
12 Bab 12 : Godaan yang meresahkan.
13 Bab 13 : Firasat itu menjadi kenyataan.
14 Bab 14 : Terjerat rayuan janda gatel
15 Bab 15 : Musibah bertubi-tubi
16 Bab 16 : Semua tak mudah
17 Bab 17 : Pillowtalk
18 Bab 18 : Tugas baru Naya
19 Bab 19 : Tawaran Kerja
20 Bab 20 : Kecurigaan Rania VS keluguan Naya
21 Bab 21 : Menutupi Sesuatu
22 Bab 22 : Teror Yang menyakitkan
23 Bab 23 : Separuh jiwaku pergi
24 Bab 24 : Rasanya sesakit ini
25 Bab 25 : Bangkit dan Berdiri
26 Bab 26 : Wasiat ibu
27 Bab 27 : You and Me.... end?
28 Bab 28 : Punishment dari Naya
29 Bab 29 : Radit dan segala tipu dayanya
30 Bab 30 : Hati yang kau sakiti itu memilih pergi
31 Bab 31 : Pertemuan dua keluarga
32 Bab 32 : Undangan reuni
33 Bab 33 : Reuni
34 Bab 34 : Bukan cinta monyet lagi
35 Bab 35 : Kembali ke dunia nyata
36 Bab 36 : Rasa yang berbeda
37 Bab 37 : Jangan salahkan aku
38 Bab 38 : Saatnya menikmati hasil dari menikung
39 Bab 39 : Terjerumus
40 Bab 40 : Menghindar
41 Bab 41 : Maju kena mundur kena
42 Bab 42 : Sosialita gadungan
43 Bab 43 : Bukan level kamu
44 Bab 44 : Ternyata tak seindah kenyataannya
45 Bab 45 : Bar bar
46 Bab 46 : Bertemu Naya
47 Bab 47 : Jangan memohon kepada perempuan seperti saya
48 Bab 48 : Menepi
49 Bab 49 : Ternyata masih bisa berguna
50 Bab 50 : Berani melangkah
51 Bab 51 : Bahagia itu sederhana
52 Bab 52 : Be gentle, terima akibat dari semua kesalahanmu.
53 Bab 53 : Collapse
54 Bab 54 : Dipinang
55 Bab 55 : Sah
56 Bab 56 : Paling tidak aku melihatmu bahagia
57 Bab 57 : Aku kenal kamu yang sekarang
58 Bab 58 : Siap menambah anggota baru
59 Bab 59 : Bukan Ngidam
60 Bab 60 : Berdamai dengan masa lalu.
61 Bab 61 : Epilog
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1 : Pernikahan Akbar
2
Bab 2 : Aku milikmu
3
Bab 3 : Masih tentang itu
4
Bab 4 : Satu fakta baru.
5
Bab 5 : Lakukan tugasmu dengan benar
6
Bab 6 : Firasat
7
Bab 7 : Pertengkaran pertama
8
Bab 8 : Radit si anak ibu
9
Bab 9 : Kericuhan di pagi hari
10
Bab 10 : Antara ayah dan suami
11
Bab 11 : Teman lama
12
Bab 12 : Godaan yang meresahkan.
13
Bab 13 : Firasat itu menjadi kenyataan.
14
Bab 14 : Terjerat rayuan janda gatel
15
Bab 15 : Musibah bertubi-tubi
16
Bab 16 : Semua tak mudah
17
Bab 17 : Pillowtalk
18
Bab 18 : Tugas baru Naya
19
Bab 19 : Tawaran Kerja
20
Bab 20 : Kecurigaan Rania VS keluguan Naya
21
Bab 21 : Menutupi Sesuatu
22
Bab 22 : Teror Yang menyakitkan
23
Bab 23 : Separuh jiwaku pergi
24
Bab 24 : Rasanya sesakit ini
25
Bab 25 : Bangkit dan Berdiri
26
Bab 26 : Wasiat ibu
27
Bab 27 : You and Me.... end?
28
Bab 28 : Punishment dari Naya
29
Bab 29 : Radit dan segala tipu dayanya
30
Bab 30 : Hati yang kau sakiti itu memilih pergi
31
Bab 31 : Pertemuan dua keluarga
32
Bab 32 : Undangan reuni
33
Bab 33 : Reuni
34
Bab 34 : Bukan cinta monyet lagi
35
Bab 35 : Kembali ke dunia nyata
36
Bab 36 : Rasa yang berbeda
37
Bab 37 : Jangan salahkan aku
38
Bab 38 : Saatnya menikmati hasil dari menikung
39
Bab 39 : Terjerumus
40
Bab 40 : Menghindar
41
Bab 41 : Maju kena mundur kena
42
Bab 42 : Sosialita gadungan
43
Bab 43 : Bukan level kamu
44
Bab 44 : Ternyata tak seindah kenyataannya
45
Bab 45 : Bar bar
46
Bab 46 : Bertemu Naya
47
Bab 47 : Jangan memohon kepada perempuan seperti saya
48
Bab 48 : Menepi
49
Bab 49 : Ternyata masih bisa berguna
50
Bab 50 : Berani melangkah
51
Bab 51 : Bahagia itu sederhana
52
Bab 52 : Be gentle, terima akibat dari semua kesalahanmu.
53
Bab 53 : Collapse
54
Bab 54 : Dipinang
55
Bab 55 : Sah
56
Bab 56 : Paling tidak aku melihatmu bahagia
57
Bab 57 : Aku kenal kamu yang sekarang
58
Bab 58 : Siap menambah anggota baru
59
Bab 59 : Bukan Ngidam
60
Bab 60 : Berdamai dengan masa lalu.
61
Bab 61 : Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!