Kehilangan orang tua apalagi dua orang sekaligus itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi oleh semua orang.
Tapi hidup harus berlanjut dan tak mungkin berhenti pada satu titik itu, pada akhirnya hanya semua harus kembali kepada kehidupannya masing-masing.
Begitupun yang dilakukan oleh Naya saat ini, kehilangan ayah dan ibunya dalam waktu yang bersamaan, bukanlah sesuatu yang mudah untuk Naya lalui.
Tapi Naya harus tetap tegar dan kembali menjalani hidupnya, apalagi ada adik yang jadi tanggungjawab nya sekarang.
Meskipun cobaan hidup tak hanya berhenti disini karena Naya harus mempertanggungjawabkan semua masalah yang ditinggalkan oleh almarhum ayahnya, sebagai anak Naya tak mungkin membiarkan ayahnya tak tenang dalam kuburnya.
Karena ayahnya yang salah perhitungan dalam membuka lahan baru untuk usaha pertambangannya, Naya harus rela semua aset yang dimiliki oleh ayahnya harus dipindahtangankan, termasuk rumah dan semua harta yang mereka miliki.
"Kamu dipanggil lagi Nay?" tanya Radit melihat Naya sudah rapi pagi-pagi begini.
"Iya mas, mudah-mudahan kasusnya bisa ditutup hari ini, dan aku nggak perlu mondar-mandir lagi kesana," jawab Naya.
Radit mengelus pundak Naya dengan lembut, sejak perselingkuhannya dengan Nindya waktu itu, Radit selalu merasa bersalah dan lebih lembut terhadap Naya.
Apalagi mengingat sang istri sedang mengalami musibah yang bertubi-tubi, melihat Naya masih bisa menjalani hari dengan baik saja, rasanya Radit merasa bersyukur.
"Dari sana aku langsung mau nengok Reza ya mas, kasihan udah beberapa hari aku nggak tengokin dia, " ijin Naya.
"Iya Nay, kalau kamu perlu sesuatu bilang aja ama aku ya." Radit menangkup wajah Naya lalu mengecup bibir itu lembut.
Jujur Radit rindu dengan istrinya yang dulu, Naya yang sekarang adalah Naya yang tak. memiliki gairah dalam hidupnya, Naya layaknya raga tak bernyawa.
"Mau aku anter Nay?" tanya Radit.
"Mas Radit nggak sibuk?"
"Masih bisa kalo hanya buat nganter kamu Nay."
"Makasih mas." sahut Naya lirih.
Setelah menyelesaikan sarapan mereka, Naya dan Radit berangkat bersama, Radit mengantar Naya terlebih dulu lalu Radit meneruskan perjalanannya menuju kantornya.
Naya kembali menapaki kantor itu untuk memberikan keterangan dan untung bagi Naya karena ia waktu itu tidak terjun langsung dengan project itu hingga ia bisa terlepas dari pertanggungjawaban ini.
Setelah mengantar Naya, Radit masuk ke dalam ruangannya, sebisa mungkin Radit menghindari Nindya, dia tak ingin terjebak lagi dengan dosa yang sama dengan perempuan itu.
Dua bulan berlalu sejak kejadian itu, dan Nindya selalu mencoba menggoda dan mendekat kepadanya.
Radit ingin mengontrol perasaannya, meskipun Naya saat ini sedang tak berada di performa terbagusnya sebagai istri, tapi Radit sedang berusaha untuk memahami, meski terkadang ia harus menahan kepuasan sek**alnya karena Naya yang terlihat setengah hati melayaninya.
Apalagi saat ini Nindya terang-terangan terlihat sering menggoda Radit dengan kelakuan yang terbilang murahan itu.
"Dit... " pintu ruang kerja Radit terkuak.
Radit menoleh dan mendapati Nindya melangkah masuk ke dalam ruangannya tanpa meminta ijin terlebih dulu kepadanya.
"Kok kamu kayak kurang bergairah gitu sih sekarang Dit?" tanya Nindya setelah duduk dihadapan Radit dengan menyilangkan kaki hingga mengekspos paha mulusnya itu.
Radit hanya terdiam tak ingin terpancing dengan godaan Nindya, sudah cukup waktu itu dia terjerumus dalam dosa kenikmatan bersama Nindya.
Radit sedang berusaha menahan gairah, meskipun Naya saat ini tidak bisa memuaskan hasratnya seperti waktu itu, tapi Radit tak mau mengkhianati Naya..... lagi.
"Kenapa sih Dit kok kamu kayak ngehindarin aku gitu?" cecar Nindya memojokkan Radit yang hanya terdiam tak membalas ucapan Nindya.
"Ayolah Dit nggak usah jual mahal, aku tahu kok kamu sedang butuh aku, kita bisa seneng-seneng bareng, tak perlu mikir aneh-aneh, aku happy kamu happy, kita tak perlu ikatan apapun," rayu Nindya sambil berdiri di belakang kursi Radit dan mengelus dada Radit dengan mesra.
Radit memejamkan mata, otaknya berkelana kesana kemari, mempertimbangkan tawaran Nindya yang terdengar menguntungkannya, apalagi belakangan hari Naya tak bisa memuaskannya dirinya.
"Gimana Dit?" bisik Nindya tepat di telinga Radit, membuat bulu kuduknya meremang.
Radit menolehkan kepala menatap ke dalam mata Nindya." Lo beneran nggak nuntut apa-apa ke gue kan?" tanya Radit memastikan pendengarannya.
Nindya mengangguk pelan, ada rasa kesal dan emosi mendengar pertanyaan Radit barusan, tapi Nindya pura-pura menyetujuinya.
"Jadi istilahnya take and give, suka sama suka tanpa paksaan tanpa ikatan?" tanya Radit lagi.
Nindya kembali mengangguk." Kamu perlu aku ada, aku perlu kamu ada, Ini akan jadi rahasia kita berdua." ucap Nindya pelan.
"Gue bisa pegang omongan lo nih?" tanya Radit lagi.
"Tentu, Naya tak perlu tahu," jawab Nindya dengan menyunggingkan senyum manis beracunnya.
"Deal." sahut Radit sambil mengulurkan tangan.
"Deal!" ucap Nindya menyambut uluran tangan Radit.
"Bagaimana kalo kita mulai siang ini di apartemen aku," usul Nindya.
"Em..... " Radit menimbang sesaat.
"Satu ronde saja, yang penting kebutuhan aku tersalurkan, aku lagi pengen banget" rayu Nindya lagi.
Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Radit mengangguk setuju, menyambar kunci mobilnya dan berjalan keluar kantor dengan Nindya.
Tak perlu waktu lama untuk mereka melakukan perbuatan terkutuk itu, karena saat ini di dalam apartemen Nindya, wanita itu menunggangi Radit dengan liar menuntaskan segala hasratnya yang terpendam terhadap pria itu.
Sedang Radit si pria brengsek itu tersenyum puas atas pelayanan yang diberikan Nindya kepadanya.
Beberapa bulan mengalami musim kemarau karena sang istri yang menjelma menjadi gedebong pisang setiap Radit menggau*inya itu, sekarang bisa terpuaskan bersama Nindya.
Radit tak tahu saja, kalau dia sedang menyerahkan diri dalam jerat wanita iblis yang akan memporak-porandakan kehidupan pernikahannya kelak.
Masih dengan tubuh polos, keduanya masih berpelukan di bawah selimut yang sama.
"Thanks Dit, kamu luar biasa," puji Nindya dengan mesra.
"Makasih juga Nin, kamu juga luar biasa," balas Radit sambil mengecup bibir seksi Nindya.
"Masih mau lagi?" tantang Nindya dengan membuat pola abstrak di dada Radit hingga membuat pria itu kembali mengerang dan menyerang Nindya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments