Bab 13 : Firasat itu menjadi kenyataan.

Setahun kemudian.

"Kamu nggak mau resign aja Nay? Sudah ada aku yang bisa nafkahin kamu, sekarang kamu tinggal fokus untuk hamil, aku capek ditanya sama bapak ibu terus kapan kamu punya anak," tegur Radit melihat Naya sudah rapi mengenakan pakaian kerja.

Naya hanya menghembuskan nafas lelah, bukan sekali ini Radit memintanya berhenti bekerja dan fokus jadi ibu rumah tangga.

Ini bukan karena Naya egois ya, bukan juga tak mau menuruti keinginan suami untuk tinggal di rumah dan mengurus keluarga.

Tapi ini lebih ke passion Naya yang tak bisa hanya jadi ibu rumah tangga saja, sejak awal ketika ia menerima pinangan Radit, Naya sudah menekankan akan tetap bekerja dan berkarier di luar rumah.

Naya merasa dia masih bisa menjalankan kedua peranannya dengan baik, kalau selama ini peranannya sebagai ibu rumah tangga belum bisa maksimal kan semata-mata karena Radit tak pernah mau diajak tinggal terpisah dari kedua orang tuanya.

"Kenapa diem aja Nay?" tanya Radit lagi.

"Em mas... " Naya belum selesai bicara tapi perkataannya sudah dipotong cepat oleh Radit.

"Iya aku lupa kalo dulu pernah berjanji untuk mengijinkan kamu tetap bekerja meski kita telah menikah," ucap Radit judes lalu melangkah keluar kamar.

Bahu Naya melemah, sejak awal menikah diskusi mereka selalu begini, tak pernah mencari jalan keluar terbaik, apapun pendapat Radit harus dituruti, apalagi setiap Naya ingin berdialog, Radit akan memutus pembicaraannya lalu pergi keluar kamar lalu bermanja dengan ibunya.

Naya bukannya tidak berusaha, dia sudah pergi konsultasi ke dokter kandungan dan melakukan serangkaian pemeriksaan dan hasilnya baik-baik saja, lalu Naya harus bagaimana kalau Tuhan belum mengijinkan dirinya hamil.

Dan sekarang kondisi perusahaan ayahnya sedang tidak baik-baik saja akibat keputusan sang ayah yang gegabah waktu itu, kemungkinan besar perusahaan akan gulung tikar kalau Naya tidak mengeluarkan kebijakan yang tepat.

Naya berencana menuruti semua kemauan Radit tapi menunggu sampai dia membantu ayahnya menyelesaikan masalahnya dulu.

Bahkan ketika Naya mau mengatakan hal yang sebenarnya saja, Radit seolah tuli untuk sekedar mendengar ucapan Naya.

Tak ingin berlama-lama disana Naya segera menyambar tas kerjanya dan melangkah keluar.

"Mbok... lihat mas Radit nggak?" tanya Naya kepada ART rumah itu ketika matanya menyisir ke penjuru ruangan dan tak menemukan Radit.

"Kayaknya masuk ke kamar ibu deh mbak," jawab simbok lalu pergi dari hadapan Naya.

Dengan berat hati Naya mengetuk pintu kamar tidur mertuanya, bagaimanapun ia kesal ia tetap berkewajiban untuk pamit kepada suami kalau ia akan pergi keluar rumah.

Tok.... Tok... Tok....

"Eh Naya, ada apa Nay?" ibu yang membukakan pintu.

"Mas Radit di dalam bu?" tanya Naya.

"Tuh tidur lagi, katanya nanti berangkat jam sepuluh," jawab ibu sambil membuka pintu kamarnya lebar-lebar mempersilakan Naya melihat Radit yang tertidur dengan memeluk guling.

"Oh ya sudah Naya berangkat kerja dulu ya bu, tolong pamitkan sama mas Radit nanti." Naya menunduk meminta tangan ibu dan menciumnya takjim.

Ibu hanya menatap punggung anak menantunya, rasanya ingin mengajak berbicara tentang keinginan dirinya memiliki cucu dari Radit, tapi apa daya dia tak bisa memaksakan kehendak.

Naya sampai ke kantor dengan wajah semakin keruh, meninggalkan masalah di rumah tanpa penyelesaian itu rasanya benar-benar tidak enak.

"Bu... tadi dicari bapak," tegur Riri sebelum Naya masuk ke ruang kerjanya.

Naya mengangguk, menyerahkan tasnya ke Riri lalu melangkah menuju lift.

Lift yang membawanya ke atas ke ruang kerja ayahnya itu seakan berjalan dengan lamban, membuat Naya gusar dan tak sabar.

"Bapak ada kan Wul?" tanya Naya tanpa basa-basi.

"Ada bu."

Naya mengangguk dan langsung masuk ke dalam ruangan sang ayah.

"Nay..... " sapa sang ayah lirih.

"Ayah kenapa?" tanya Naya khawatir melihat ayahnya terlihat pucat pasi.

"Kita habis Nay," ucap Rustam lirih.

"Ayah tenang dulu." Lalu Naya melangkah menuju dispenser dan mengambilkan air putih hangat untuk ayahnya.

Rustam menerima gelas ditangan Naya dan meminum perlahan air itu.

"Coba sekarang ayah cerita ke Naya pelan-pelan Yah," bujuk Naya lalu mengelus pundak Rustam pelan.

"Ternyata project itu gagal Nay, disana nggak ada apa-apa."

Naya mendelik, otaknya berputar dengan sangat cepat, menangkap perkataan sang ayah.

"Semua sudah ayah pertaruhkan dan tak ada apa-apa disana." Rustam terguncang, dadanya turun naik menahan emosi.

"Kok bisa sih Yah, memang teknisi yang dibawa orang itu gimana? Kok bisa nggak tahu disana ada kandungan sumber alamnya atau nggak!" teriak Naya panik.

"Terus temen ayah yang tiga itu kemana?" lanjut Naya dengan suara gusar.

"Mereka kembali ke negara mereka Nay, dan sekarang ayah dimintai tanggung jawab karena disana terdapat gas beracun yang harus kita tutup agar tak menyebar kemana-mana," terang ayah dengan gemetar.

Naya tak menjawab, langsung dia sambar telepon internal di meja sang ayah, dan meminta Peter untuk datang ke ruangan itu.

"Ayah kenapa bisa segegabah ini sih, sejak awal Naya sudah curiga kok kesannya mereka seperti terburu-buru begini," omel Naya lirih, takut suara kerasnya justru membuat ayah semakin drop.

Tok.... tok....

"Masuk!" teriak Naya dari dalam.

"Bu Naya manggil saya?" tanya Peter terlihat kaget karena kondisi pak Rustam yang terlihat sedang tak baik-baik saja itu.

"Pak... tambang baru itu bermasalah, disamping disana nggak ada kandungan yang kita cari, disana mengeluarkan gas beracun..... "

Belum selesai Naya berbicara, tubuh Rustam ambruk dan jatuh ke lantai.

"Ayah!!" teriak Naya panik.

Peter berlari keluar ruangan untuk meminta Wulan memanggilkan ambulance.

Tak lama ambulance datang, dan tubuh Rustam diangkat ke atas brankar dan dibawa menuju ke rumah sakit.

"Wul.... tolong kasih tahu Riri, batalkan semua schedule saya," ucap Naya lalu berlari mengejar brankar yang di dorong menjauh menuju ambulance.

Naya ikut masuk ke dalam ambulance, dengan didampingi oleh Peter dan staf lain.

Dengan deraian airmata Naya mencoba menghubungi Radit untuk meminta sang suami untuk menyusulnya ke rumah sakit.

Sekali, dua kali panggilannya tak mendapat respon, Naya lalu menulis pesan kepada sang suami mengabarkan keadaan sang ayah.

Sementara di tempat lain, Radit yang menerima panggilan telepon dari Naya hanya memandang layar tipis di depannya tanpa berniat mengangkatnya, hatinya masih kesal karena kejadian tadi pagi.

"Kenapa sih mukanya muram mulu?" tanya Nindya manja, tanpa sepengetahuan Naya memang Radit telah mempekerjakan Nindya di perusahaan sejak beberapa bulan terakhir.

"Pusing!" sahut Radit ketus.

"Kenapa?" tanya Nindya dengan suara mendesah.

"Nggak papa," jawab Radit akhirnya.

"Biar nggak pusing yuk kita hangout aja, melepaskan semua stres." Nindya duduk di pegangan kursi kerja Radit sambil sesekali mengelus pundak Radit pelan.

Radit menatap Nindya intens, ya memang benar ajakan Nindya barusan, dia butuh melepaskan semua ketegangan di otaknya.

Lalu mereka berjalan beriringan keluar dari ruang kerja Radit, pria itu tidak sadar sama perangkap Nindya yang sengaja wanita itu pasang untuk menjebak dirinya.

Terpopuler

Comments

Rien

Rien

pelakor menyebalkan

2023-07-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pernikahan Akbar
2 Bab 2 : Aku milikmu
3 Bab 3 : Masih tentang itu
4 Bab 4 : Satu fakta baru.
5 Bab 5 : Lakukan tugasmu dengan benar
6 Bab 6 : Firasat
7 Bab 7 : Pertengkaran pertama
8 Bab 8 : Radit si anak ibu
9 Bab 9 : Kericuhan di pagi hari
10 Bab 10 : Antara ayah dan suami
11 Bab 11 : Teman lama
12 Bab 12 : Godaan yang meresahkan.
13 Bab 13 : Firasat itu menjadi kenyataan.
14 Bab 14 : Terjerat rayuan janda gatel
15 Bab 15 : Musibah bertubi-tubi
16 Bab 16 : Semua tak mudah
17 Bab 17 : Pillowtalk
18 Bab 18 : Tugas baru Naya
19 Bab 19 : Tawaran Kerja
20 Bab 20 : Kecurigaan Rania VS keluguan Naya
21 Bab 21 : Menutupi Sesuatu
22 Bab 22 : Teror Yang menyakitkan
23 Bab 23 : Separuh jiwaku pergi
24 Bab 24 : Rasanya sesakit ini
25 Bab 25 : Bangkit dan Berdiri
26 Bab 26 : Wasiat ibu
27 Bab 27 : You and Me.... end?
28 Bab 28 : Punishment dari Naya
29 Bab 29 : Radit dan segala tipu dayanya
30 Bab 30 : Hati yang kau sakiti itu memilih pergi
31 Bab 31 : Pertemuan dua keluarga
32 Bab 32 : Undangan reuni
33 Bab 33 : Reuni
34 Bab 34 : Bukan cinta monyet lagi
35 Bab 35 : Kembali ke dunia nyata
36 Bab 36 : Rasa yang berbeda
37 Bab 37 : Jangan salahkan aku
38 Bab 38 : Saatnya menikmati hasil dari menikung
39 Bab 39 : Terjerumus
40 Bab 40 : Menghindar
41 Bab 41 : Maju kena mundur kena
42 Bab 42 : Sosialita gadungan
43 Bab 43 : Bukan level kamu
44 Bab 44 : Ternyata tak seindah kenyataannya
45 Bab 45 : Bar bar
46 Bab 46 : Bertemu Naya
47 Bab 47 : Jangan memohon kepada perempuan seperti saya
48 Bab 48 : Menepi
49 Bab 49 : Ternyata masih bisa berguna
50 Bab 50 : Berani melangkah
51 Bab 51 : Bahagia itu sederhana
52 Bab 52 : Be gentle, terima akibat dari semua kesalahanmu.
53 Bab 53 : Collapse
54 Bab 54 : Dipinang
55 Bab 55 : Sah
56 Bab 56 : Paling tidak aku melihatmu bahagia
57 Bab 57 : Aku kenal kamu yang sekarang
58 Bab 58 : Siap menambah anggota baru
59 Bab 59 : Bukan Ngidam
60 Bab 60 : Berdamai dengan masa lalu.
61 Bab 61 : Epilog
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1 : Pernikahan Akbar
2
Bab 2 : Aku milikmu
3
Bab 3 : Masih tentang itu
4
Bab 4 : Satu fakta baru.
5
Bab 5 : Lakukan tugasmu dengan benar
6
Bab 6 : Firasat
7
Bab 7 : Pertengkaran pertama
8
Bab 8 : Radit si anak ibu
9
Bab 9 : Kericuhan di pagi hari
10
Bab 10 : Antara ayah dan suami
11
Bab 11 : Teman lama
12
Bab 12 : Godaan yang meresahkan.
13
Bab 13 : Firasat itu menjadi kenyataan.
14
Bab 14 : Terjerat rayuan janda gatel
15
Bab 15 : Musibah bertubi-tubi
16
Bab 16 : Semua tak mudah
17
Bab 17 : Pillowtalk
18
Bab 18 : Tugas baru Naya
19
Bab 19 : Tawaran Kerja
20
Bab 20 : Kecurigaan Rania VS keluguan Naya
21
Bab 21 : Menutupi Sesuatu
22
Bab 22 : Teror Yang menyakitkan
23
Bab 23 : Separuh jiwaku pergi
24
Bab 24 : Rasanya sesakit ini
25
Bab 25 : Bangkit dan Berdiri
26
Bab 26 : Wasiat ibu
27
Bab 27 : You and Me.... end?
28
Bab 28 : Punishment dari Naya
29
Bab 29 : Radit dan segala tipu dayanya
30
Bab 30 : Hati yang kau sakiti itu memilih pergi
31
Bab 31 : Pertemuan dua keluarga
32
Bab 32 : Undangan reuni
33
Bab 33 : Reuni
34
Bab 34 : Bukan cinta monyet lagi
35
Bab 35 : Kembali ke dunia nyata
36
Bab 36 : Rasa yang berbeda
37
Bab 37 : Jangan salahkan aku
38
Bab 38 : Saatnya menikmati hasil dari menikung
39
Bab 39 : Terjerumus
40
Bab 40 : Menghindar
41
Bab 41 : Maju kena mundur kena
42
Bab 42 : Sosialita gadungan
43
Bab 43 : Bukan level kamu
44
Bab 44 : Ternyata tak seindah kenyataannya
45
Bab 45 : Bar bar
46
Bab 46 : Bertemu Naya
47
Bab 47 : Jangan memohon kepada perempuan seperti saya
48
Bab 48 : Menepi
49
Bab 49 : Ternyata masih bisa berguna
50
Bab 50 : Berani melangkah
51
Bab 51 : Bahagia itu sederhana
52
Bab 52 : Be gentle, terima akibat dari semua kesalahanmu.
53
Bab 53 : Collapse
54
Bab 54 : Dipinang
55
Bab 55 : Sah
56
Bab 56 : Paling tidak aku melihatmu bahagia
57
Bab 57 : Aku kenal kamu yang sekarang
58
Bab 58 : Siap menambah anggota baru
59
Bab 59 : Bukan Ngidam
60
Bab 60 : Berdamai dengan masa lalu.
61
Bab 61 : Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!