Keduanya kembali terlelap dengan saling berpelukan setelah melakukan kegiatan panas malam pertama mereka di pagi hari tadi.
Mengabaikan cacing-cacing dalam perut mereka yang menggeliat minta untuk diberi makan.
Entah berapa lama mereka tertidur, lalu Naya terbangun, dengan malas Naya menggerakkan badannya yang terasa kaku dan.... perih di bawah sana.
"Mau kemana?" tanya Radit ketika merasakan gerakan Naya di sampingnya.
"Mau ke kamar mandi mas," pamit Naya sambil melepaskan belitan tangan Radit yang masih memeluknya dengan posesif.
Dengan enggan Radit melepaskan pelukannya, rasanya tak rela melepaskan wanita secantik Naya bahkan ketika si perempuan hanya ingin pergi ke kamar mandi, ckck namanya juga pengantin baru lebay dikit tak mengapalah ya.
Dengan berjalan perlahan dan sedikit mengang*ang karena yang di bawah sana masih terasa nyeri, Naya berjalan keluar dari kamar mandi.
Radit yang melihat Naya berjalan seperti itu hanya bisa menertawakan Naya yang langsung memberengut marah.
"Dih ngetawain!" ketus Naya sambil kembali merangkak pelan ke atas tempat tidur.
"Masih sakit emang?" tanya Radit sambil merengkuh Naya ke dalam pelukannya.
"Masih perih mas, jangan dulu minta ya, aku masih trauma," ucap Naya dengan suara memelas.
"Yah sayang kamarnya dong Nay, president suite ini, udah di sewa untuk dua hari masak cuman dipakai buat main congklak," ledek Radit membuat pipi Naya bersemu merah.
"Mas Radit ih," sahut Naya sambil menyurukan wajah ke dada suami yang terasa nyaman.
Belum sempat menjawab perkataan Naya barusan tapi bunyi cacing dalam perut Naya menginterupsi obrolan absurd mereka.
"Astaga kamu laper Nay? Wah bisa-bisanya gue lupa ngasih makan bini gue, bisa dituntut KDRT nih Nay," ucap Radit lucu.
"Lebay!" omel Naya kesal.
"Hahahaha.... mau sarapan disini atau turun?" tanya Radit.
"Disini aja mas, aku males jalan ke bawah, masih perih banget ini," rengek Naya manja.
"Ya udah aku pesenin dulu ya," Radit beranjak dari pembaringan, meraih telepon yang terletak di meja tak jauh dari tempat tidurnya dan menekan nomer restoran hotel tersebut.
Beberapa saat kemudian suara bel terdengar dari pintu kamar mereka, Radit membukanya dan membiarkan pegawai hotel yang membawa nampan berisi makanan mereka masuk dan meletakkan nampan tersebut di atas meja.
Enaknya kamar tipe president suite ini, mereka memiliki ruang makan dan ruang tamu tersendiri, jadi lebih mirip tempat tinggal.
"Nay... " panggil Radit.
"Ya mas," jawab Naya menolehkan kepala ke pintu yang menghubungkan kamar tidur dengan ruang tamu.
"Makan dulu," ajak Radit membuat Naya turun dari rebahan, jalan sudah bisa biasa walaupun masih terasa ada yang sedikit mengganjal, tapi yang jelas sudah tak sesakit tadi.
"Sudah enakan?" tanya Radit melihat Naya jalan sudah bisa merapatkan kaki.
"Udah nggak sesakit tadi mas, meskipun masih terasa ngeganjelnya," jawab Naya dengan mengalihkan pandangan ke makanan di depannya, jujur dia malu membicarakan itu dengan Radit.
Tahu kalau istrinya malu, Radit akhirnya tak tega untuk menggoda istrinya lagi, dan memilih menikmati sarapan paginya yang sudah kesiangan itu.
Naya membereskan piring bekas makan mereka dan Radit membawanya untuk diletakkan di luar di samping pintu masuk kamar mereka.
Tak ada yang mereka kerjakan selain bersantai menikmati kebersamaan mereka sebagai pengantin baru.
Naya merebahkan kepala di pundak Radit sambil menonton tayangan pada televisi di depannya.
"Pengen deh mas jalan-jalan kesana," ucap Naya membuka percakapan.
"Iya nanti ya kita atur waktu, kan katanya kamu habis ini sibuk banget bantuin ayah?" sahut Radit pelan.
"Iya, ayah mau buka lahan baru, katanya ditemukan lagi tempat yang ada kandungan logamnya, mau eksplor itu," sahut Naya.
"Ya udah itu aja dulu, masalah bulan madu kan kita bisa lakuin di rumah, kamar kita dibuat kedap suara kok biar yang lain nggak denger aktivitas kita," ucap Radit tepat di telinga Naya hingga membuat bulu kuduk Naya meremang.
"Mas.... " rengek Naya.
"Apa?" goda Radit tersenyum.
"Aku malu," jawab Naya lirih.
"Malu kenapa?" tanya Radit pura-pura tak tahu maksud Naya.
"Mas Radit omes terus."
"Omes nya dimana?" goda Radit.
"Nggak tahu ah!" celetuk Naya sambil memalingkan wajah.
Karena gemas dengan tingkah Naya yang lucu, dan karena gairahnya kembali terpancing karena Naya yang terus menempel padanya, akhirnya Radit menggendong Naya kembali ke kamar tidur.
Radit meletakkan hati-hati tubuh Naya, mengungkung tubuh langsing itu di bawahnya." Sudah nggak sakit kan?" tanya Radit menatap dalam pada kedua mata bening Naya.
Dengan mengerjapkan mata, Naya mencoba memahami ucapan suaminya barusan.
"Aku pengen lagi boleh?" ijin Radit lembut sambil membelai pipi Naya.
"Tapi aku takut mas," rengek Naya.
"Aku janji pelan-pelan sayang, kalo kamu merasakan sakit bilang aja ya, aku beneran nggak tahan," bujuk Radit lembut.
Dengan berat hati Naya menganggukkan kepala, dosa besar kalau ia menolak keinginan suaminya itu.
Dengan lembut Radit meraup bibir tipis Naya, melu*atnya pelan, sambil satu tangannya bergerilya mencari sesuatu yang bisa ia jamah.
Naya hanya bisa mende*ah di bawah kungkungan suami, bulu kuduknya meremang ketika tanpa sengaja dia merasakan tonjolan di bawah sana menekan perutnya.
Dengan lembut dan terkesan hati-hati, Radit membelai setiap inci tubuh Naya, dike*upnya perlahan kulit mulus itu.
Hingga akhirnya Radit melakukan penyatuan dengan lembut, takut itu masih menyakiti sang istri.
"Aku bergerak ya sayang?" ijin Radit, Naya hanya mengangguk pelan menjawab permintaan sang suami.
Tetot..... udah ya sampai sini saja, pasti sudah pada paham kan apa selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments