"Mbak Naya mau ngapain?" tegur simbok ketika melihat Naya menggotong keranjang baju kotor ke belakang rumah.
"Mau nyuci mbok," jawab Naya santai.
"Eh.... nggak usah mbak, itu biar Yati aja yang ngerjain," tegur simbok sambil mengambil alih keranjang baju kotor tersebut dari tangan Naya.
"Biar aku aja mbok, aku bingung mau ngapain? Dari tadi bengong terus, nggak enak jadinya," sahut Naya masih tetep keukeuh mau mengerjakannya sendiri.
"Jangan mbak, nanti simbok dimarahin ibu, dimarahin mas Radit lho."
Dengan bibir manyun Naya lalu kembali masuk ke dalam rumah, mendudukkan dirinya di depan televisi.
Baru seminggu menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga, Naya sudah merasa bosan, gimana tidak bosan kalau dia hanya makan tidur makan tidur dan tak melakukan apapun.
Mau masak tidak boleh, mau nyuci tidak boleh, terus dia suruh ngapain, karena kesal akhirnya dia menghubungi Radit.
"Ya sayang?" tanya Radit dari seberang sana.
"Mas.... " rengek Naya manja.
"Kenapa hmm?" tanya Radit lembut.
"Bosen!"
"Bosen kenapa?"
"Aku bosen mas, mau ngapa-ngapain nggak boleh sama simbok." Naya mengadu kepada Radit membuat Radit terkekeh pelan.
"Mau ngapain emang kok nggak dibolehin simbok?" tanya Radit penasaran.
"Mau nyuci."
"Ya iyalah kan itu udah jadi tugas mereka Nay, pastilah simbok ngelarang kamu ngerjain kerjaan mereka."
"Tapi aku bosen mas, masak cuman makan tidur makan tidur aja sih!"
"Ya udah sana jalan kemana gitu, shopping, ke salon atau kemana."
"Nggak ah males jalan sendirian," tolak Naya dengan suara merajuk.
"Aku transfer kamu ya, sana jajan atau ke salon."
"Ih males mas, gabut banget nggak ada temennya," rengek Naya lagi.
"Ya udah nanti aku anterin kalo aku nggak sibuk ya sayang, sekarang anteng di rumah dulu," bujuk Radit lembut.
"Kalo aku ke rumah Reza boleh nggak mas?" tanya Naya meminta ijin.
"Iya boleh sayang."
"Beneran?"
"Iya beneran."
"Makasih sayang," ucap Naya dengan bersorak riang.
"Iya sama-sama sayang, kamu cek rekening, aku udah transfer lima puluh juta tuh."
"Kok banyak banget mas?" tanya Naya heran.
"Biar kamu seneng."
"Makasih mas."
"Iya, udah dulu ya aku lagi banyak kerjaan," pamit Radit yang langsung di-oke-in sama Naya.
Naya lalu berlalu ke kamarnya dan bersiap untuk menemui adiknya yang sedang sibuk dengan rumah barunya itu.
Sementara di kantor Radit, Nindya yang sejak tadi duduk di pangkuan Radit memasang wajah cemberut.
Seminggu lebih jadi budak s**s Radit tapi dia belum pernah di kasih uang sebanyak itu sama pria ini, malah sebenarnya Nindya belum merasakan dikasih-kasih ama Radit.
"Kenapa hmm?" tanya Radit meremaa dada Nindya dengan gemas.
"Enak ya jadi Naya?" gumam Nindya dengan memasang tampang sedih.
"Kenapa? Kamu juga mau ke salon? Shopping?" tanya Radit lembut.
"Iyalah, siapa juga perempuan yang nggak mau ke salon atau shopping," jawab Nindya dengan suara mendayu sambil tangannya menggambar pola abstrak di dada sang pria.
"Ya udah aku transfer ke kamu juga ya."
"Sama kan jumlahnya sama Naya?" tanya Nindya lebih ke meminta daripada bertanya.
Radit mengeryitkan kening bingung dengan perkataan Nindya barusan, dia dan Naya tentu bedalah masa minta jatah yang sama kepada Radit.
"Inget lho Dit yang lo banting-banting di kasur setiap hari tuh gue, sampai gue lecet dan nggak bisa jalan," tegur Nindya sambil berniat turun dari pangkuan Radit, pura-pura ngambek.
"Oke sayang jangan ngambek dong, aku transfer sekarang."
"Terimakasih sayang!" pekik Nindya langsung menyambar bibir Radit dengan ganas.
***
Naya menghentikan mobilnya di depan rumah sederhana milik sang adik, rumah yang dibeli dengan tabungan Reza yang dikumpulkan oleh cowok itu selama dia kuliah di luar negeri.
"Za.... Reza.... ," panggil Naya sambil mengetuk pintu rumah Reza berulang kali.
"Lho mbak, kok sudah sampai sini aja?" tanya Reza bingung.
"Bosen di rumah!" jawab Naya langsung menghambur masuk ke rumah adiknya.
"Bosen gimana?" tanya Reza sambil membuntuti sang kakak ke dalam rumah.
"Ya masak aku mau nyuci nggak boleh, mau masak nggak boleh, suruh makan tidur makan tidur, kan bosen," curhat Naya dengan bibir manyun.
"Ya iyalah mbak, kan disana ada ART ngapain juga mbak Naya masak nyuci segala," sahut Reza meledakkan tawanya melihat tingkah kakaknya yang lucu.
"Ya kan aku gabut Za," celetuk Naya sambil cemberut.
"Tetep aja nggak bakalan boleh kalo ngerjain begituan mah," ucap Reza.
"Gimana Za, udah nemu tempat usahanya belum?" tanya Naya mengalihkan pembicaraan.
"Udah sih mbak, tapi belum cocok sama harga sewanya," jawab Reza sambil berlalu ke dapur untuk membuatkan Naya minuman.
"Kamu bisa pakai perhiasan mbak yang tersimpan di safe deposit box itu lho Za," ucap Naya sambil menerima secangkir teh dari Reza.
"Nggak ah mbak, itu biar buat dana darurat aja, jangan diotak-atik," tolak Reza.
"Atau kamu pakai uang bulanan mbak yang dari mas Radit aja, sejak menikah uang itu belum pernah mbak pakai sama sekali." Naya masih mencoba membujuk Reza.
"Nggak ah itu kan uang mbak dari suami, masak suruh aku pakai?" tolak Reza halus.
"Kata mas Radit boleh kok."
"Nggak usah mbakku sayang, aku masih punya simpenan kok, tenang aja."
"Heran deh sama kamu Za, uang simpenan kamu kok banyak banget?" tanya Naya penasaran.
"Aku disana berhemat mbak, uang jajan dari ayah, uang jajan dari mbak Naya bahkan uang hasil kerja part time ku juga aku kumpulin, rasanya tuh pengen buka resto gede pakai duit sendiri, nggak mau ngrepotin ayah ngrepotin mbak Naya, eh ternyata malah kejadiannya kayak gini."
"Maafin ayah ya Za, maafin mbak juga nggak bisa ngasih kehidupan yang layak buat kamu," kata Naya mulai berkaca-kaca matanya.
"Udah ah mbak jangan nangis, dalam hidup tuh nggak selamanya jalannya mulus mbak, pasti ada ujian, ada cobaan, ya kita mesti ikhlas ngejalaninnya, nggak boleh ngeluh, nanti Tuhan marah lho kalo kita kurang bersyukur," tegur Reza bijak.
"YA Tuhan ternyata adek gue udah dewasa sekarang," puji Naya sambil memeluk tubuh Reza sambil berurai airmata.
Reza menepuk-nepuk punggung Naya dengan sayang." Inget mbak kita tinggal berdua, harus selalu support, saling berbagi dalam segala hal, kalo ada masalah jangan disimpen sendiri, oke?!"
Naya mengangguk dengan mantap, rasanya setelah merasakan kepedihan ditinggal orang tua dan merasa limbung, Naya merasa sekarang punya orang yang bisa ia pegang dan andalkan pengganti ayah dan bundanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Rien
kasihan reza
2023-07-23
0