Pembatas Rasa (Aku, Kamu Dan Dia)
Naya tersenyum sumringah menyambut ucapan tamu undangan yang sejak tadi tak putus memberi selamat kepadanya dan Radit.
Hampir semua orang menunggu momen bahagia keduanya yang merupakan anak pengusaha tambang dan anak pengusaha dealer mobil terkenal di kota ini bersatu dalam sebuah pernikahan.
Para tamu berlomba-lomba menampilkan busana terbaik, disamping untuk menghormati yang mengundang juga untuk ajang pamer diri atau semacam prestige karena masuk dalam daftar orang yang penting karena diundang di acara megah ini.
"Selamat ya Nay!" pekik Hilda memeluk Naya erat, sahabat satu-satunya yang dimiliki Naya ini rela terbang jauh-jauh dari medan untuk datang ke acaranya Naya dan Radit.
"Semoga bahagia selalu sampai maut memisahkan," lanjut Hilda setelah melepaskan pelukannya.
"Thanks Hil udah nyempetin dateng, jauh-jauh dari medan." Mereka saling bercipika-cipiki mesra.
"Buat lo gue usahain datang Nay," ucap Hilda tulus.
Lalu Hilda bergeser ke Radit dan mengucapkan lagi kata-kata tulus."Selamat ya mas, bahagia selalu sampai kakek nenek"
Setelah berbasa-basi dan berfoto bersama, Hilda turun dari atas pelaminan dan membaur dengan tamu undangan yang lain, dia tak akan memonopoli sang mempelai karena antrian di belakangnya masih mengular panjang.
Kemewahan jelas terpancar dari acara pernikahan akbar tersebut, Naya tampak cantik dengan busana pengantin internasional nya bersanding dengan Radit yang tampak gagah menggunakan tuxedo hitam.
Hampir semua pria dan wanita di tempat itu mungkin bahkan di kota itu pasti iri dengan Naya dan Radit, yang pria ganteng dan yang wanita cantik, dengan latar keluarga yang juga tak kaleng-kaleng, dua keluarga besar dan terpandang itu bersatu, membuat sebagian orang disana berdecak lirih dan ingin menggantikan kedua mempelai.
Lalu rangkaian acara selama tiga hari itu ditutup dengan pesta resepsi yang menjadi puncak pesta tersebut.
Setelah semua tamu meninggalkan tempat acara, kemudian Naya dan Radit pun juga ikut meninggalkan tempat tersebut dan berjalan menuju ke kamar pengantin yang telah disediakan untuk istirahat mereka.
Kamar pengantin yang berada di lantai teratas hotel ini yang merupakan president suite room yang menampilkan pemandangan kota sebagai latarnya untuk Naya dan Radit menghabiskan malam pertama mereka.
"Wih.... ayah beneran ngasih kamar president suite nih mas," decak kagum terdengar dari bibir Naya, pasalnya meskipun Naya berasal dari keluarga kaya tetapi Naya jarang menginap di hotel.
Baginya mau sebagus apapun kamar tersebut tidak lebih nyaman dengan kamar pribadinya yang memiliki fasilitas tak kalah dari hotel berbintang, disamping Naya juga tak bisa memejamkan mata selain di kamar tidurnya sendiri.
Naya lalu melepas semua sanggul dan baju pengantinnya menyisakan longtorso dan dalaman saja, mengambil baju ganti dan berlalu menuju kamar mandi.
Radit menatap tubuh polos sang istri yang hanya berbalut longtorso dan ****** ***** itu dengan jakun turun naik, menahan hasrat yang tiba-tiba muncul.
"Damn!" maki Radit pelan, membayangkan tubuh istrinya seperti itu saja membuat darahnya berdesir keras, apalagi kalau nanti Naya memakai lingerie atau tanpa memakai sehelai benang pun yang menutup tubuh indahnya.
Lagi-lagi Radit memaki dirinya sendiri, membayangkan Naya membuat sesuatu yang ada dibawah sana berdiri dan terasa ngilu.
"Mandi dulu mas," tegur Naya ketika melihat Radit yang melamun sambil menengadahkan kepala bersandar badan sofa dan menatap ke atas plafon.
"Hmm....," sahut Radit sambil berlalu ke kamar mandi setelah menerima baju ganti yang disodorkan Naya.
"Kenapa sih nggak jelas banget," omel Naya lalu menuju meja rias dan mulai memoles wajahnya dengan cream malam andalannya.
Tak butuh waktu lama sampai akhirnya Radit pun keluar dari kamar mandi, menggunakan celana pendek selutut dan kaos putih pas badan, membuat penampilan Radit itu terlihat begitu hot dan seksi.
"Ngapain sih Nay, dari tadi di depan cermin nggak kelar-kelar?" tanya Radit sambil berbaring di ranjang dengan kedua tangan sebagai bantal.
Sejak tadi Radit memperhatikan kegiatan Naya yang masih sibuk memoleskan berbagai cream ke wajah mulusnya.
"Bentar ya mas, ini cream terakhir kok." Senyum Naya mengembang memperhatikan Radit dari pantulan cermin si depannya, raut wajah Radit manyun sambil memperhatikan aktivitasnya.
"Hmm sudah," gumam Naya pelan sambil menepuk-nepuk kulit wajahnya dengan lembut.
Lalu hap... dia melompat keatas tempat tidur dan merebahkan diri di samping Radit, menjadikan dada bidang Radit sebagai bantal.
Rasanya damai banget bisa tidur dalam pelukan suami yang dicintainya itu, jantung keduanya berdebar kencang karena kedekatan mereka ini.
Akankah malam ini mereka melanjutkan aktivitas halal mereka atau tidak.... yuk kepoin kelanjutan ceritanya esok hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Rien
Suka suka suka
2023-07-12
0