"Kamu beneran Radit kan?" tanya wanita itu memastikan ingatannya.
"Hmm... siapa ya?" tanya Radit mencoba mengingat wanita yang kini duduk di samping Naya yang duduk di depannya.
"Nindya Dit, masa lupa sih?!"
"Nindya..... Nindya anak Nusa Dua?" tanya Radit menyakinkan ingatannya.
"Iya," jawab Nindya dengan wajah sumringah.
"Astaga Nin, sampai pangling aku," ucap Radit.
"Kamu apa kabar Dit?" tanya Nindya manja.
Naya yang mendengar obrolan keduanya hanya bisa mengerjapkan mata, kok kesannya dia kayak obat nyamuk gini ya.
"Baik Nin, kamu apa kabar? Denger-denger kamu ikut suamimu ke Malaysia?" tanya Radit.
"Aku baik, iya emang aku sempat di Malaysia, tapi sekarang udah balik ke Indo lagi," jawab Nindya.
Naya lalu berdehem, merasa kehadirannya seperti tak dianggap oleh kedua orang tersebut.
"Eh iya Nin, kenalin Naya istriku." Radit tersadar dan buru-buru memperkenalkan keduanya.
"Naya," ucap Naya mengulurkan tangannya.
"Nindya," sambut Nindya yang terlihat.... enggan.
'Ada apa ini?' batin Naya mulai curiga.
"Oke Dit aku kembali ke kantor dulu ya, ini nomer telepon aku, keep contact ya." Nindya menyerahkan kartu namanya ke Radit lalu berlalu dari sana dan hanya melemparkan senyum tipis ke arah Naya.
"Siapa mas?" tanya Naya penasaran.
"Temen sekolah di Nusa Dua dulu," jawab Radit sambil menggigit kembali potongan daging steak di piringnya.
"Mantan pacar?" tanya Naya masih penasaran, Radit hanya menggeleng acuh.
"Kok terlihat dekat gitu?" cecar Naya.
"Dekat gimana sih Nay, namanya teman lama ketemu lagi, gitu aja kok dibilang dekat," sahut Radit masih santai, padahal memang dirinya dulu sempat dekat tapi belum sampai berpacaran sih, ya hanya dekat.
"Oh kirain mantan, kalo bukan ya sudah, soalnya kok ngeliat aku kayak gitu banget," celetuk Naya sambil mengedikkan bahu.
"Cemburu?" tanya Radit kesenangan.
"Namanya juga suami, ya pasti cemburulah kalo ada yang tepe-tepe," dengus Naya kesal.
"Nih robek aja kartu namanya, nggak butuh juga aku, tapi nanti jatahnya double ya," kerling Radit genit.
"Astaga mas, omongannya itu lho!" ketus Naya cemberut.
"Mumpung kita pulang sore, jadi satu kali habis ini, satu kali lagi nanti malam, deal?" tanya Radit sambil menaikturunkan alisnya.
"Terserah mas Radit ajalah, kayak aku bisa nolak saja," gerutu Naya akhirnya menikmati salad di depannya.
Selesai dengan makan siang mereka yang kesorean, Naya dan Radit melajukan mobilnya menuju rumah, dengan mobil Naya di depan dan mobil Radit Membuntutinya di belakang mobil Naya.
Kedua mobil terparkir berbaris di garasi rumah itu lalu Radit dan Naya berjalan bergandengan tangan memasuki rumah.
"Bapak ibu kemana mbok?" tanya Naya kepada ART disana ketika Naya tak. melihat kehadiran mertuanya.
"Jalan ke notaris bukan sih tadi pamitnya?" gumam simbok pelan.
"Oh iya mau ngurus surat-surat." Naya baru ingat urusan mertuanya hari ini.
Sesampainya di dalam kamar Naya mendapati Radit sudah berganti dengan celana pendek dan kaos rumahan.
"Ngapain di luar lama?" tanya Radit.
"Nanyain kemana bapak sama ibuk," jawab Naya melepas blazernya.
Dengan cekatan Radit membantu Naya membuka baju kerja sang istri dari belakang lalu mencium tengkuk Naya lembut.
"Aku mandi dulu mas," tolak Naya pelan.
"Mandi bareng yuk," ajak Radit sambil meremas kedua gundukan Naya yang masih terbalut tangtop itu.
"Yang ada nggak mandi di dalam sana," dengus Naya.
Tanpa mempedulikan penolakan Naya, Radit menarik tangan Naya ke dalam kamar mandi, dan membantu melepas semua baju Naya dan melemparnya sembarangan.
Dengan rakus Radit menyesap dua gundukan itu bergantian, dan tangannya bergerilya sambil mengusap sesuatu di bawah sana.
Lalu tanpa permisi membalik tubuh Naya dan mendorongkan senjatanya masuk ke dalam inti Naya.
Permainan yang selalu sama, Radit selalu mendominasi, bahkan hanya sekali dalam kamar mandi tak kan cukup untuk pria itu.
Kini ia kembali menghempas tubuh Naya ke atas tempat tidur dan meni*dihnya dan menjilati seluruh kulit Naya.
Naya dibuat tak berdaya dan hanya pasrah ketika Radit kembali memasukinya dan meraih kepuasannya dengan memaju mundurkan pinggulnya.
"You are so sexy sayang, aku rasanya tak pernah puas memasukimu," racau Radit sambil menatap Naya yang berada dibawahnya itu sedang menikmati setiap hujamannya.
Lalu Radit kembali mengeran* keras dan menyentak semakin dalam lalu ambruk di atas Naya.
Setelah mencurahkan semua cairan di rahim sang istri, Radit pun menggulingkan tubuhnya di samping Naya, dan disaat bersamaan, ponselnya di atas nakas bergetar.
Radit melihat nomor baru tertera disana dengan foto wanita yang sangat dikenalnya, lalu tanpa berniat mengangkat panggilan tersebut, Radit membalik ponselnya jadi tengkurap.
"Siapa mas?" tanya Naya heran melihat Radit meletakkan ponselnya lagi.
"Biasa orang nawarin pinjeman," sahut Radit tenang.
"Oh," ucap Naya lalu turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Radit kembali meraih ponselnya dan menyimpan nomer Nindya ke dalam kontaknya, sengaja ia kasih nama dengan nama lain agar Naya tak curiga.
Dalam hati Radit bertanya-tanya darimana Nindya bisa tahu kontaknya secara mereka baru bertemu tadi sore.
"Mas... " panggil Naya lembut.
"Ya." Radit menatap Naya yang telah keluar dari kamar mandi dan memakai jubah mandinya.
"Bersihin badan dulu gih, bentar lagi kan makan malam, pasti kita dipanggil ibu buat makan bareng."
Dengan malas Radit beranjak ke kamar mandi, membersihkan diri dari sisa-sisa percintaannya.
Tak berapa lama ponsel Naya berdering nyaring dari dalam tasnya, bergegas Naya mengambilnya dan mengangkatnya.
"Halo bun," sapa Naya kepada sang bunda yang sedang menghubunginya.
"Ayah kemana ya mbak, jam segini kok belum pulang?" tanya bunda cemas.
"Bunda sudah hubungi?" tanya Naya.
"Sudah tapi nggak diangkat mbak," jawab bunda terdengar khawatir.
"Naya coba hubungi Wulan dulu ya bun, semoga ayah masih di kantor."
"Iya Nay, tolong ya Nay."
"Bunda tenang ya jangan panik, ayah memang sibuk akhir-akhir ini Bun," kata Naya mencoba menenangkan bundanya.
"Iya Nay, bunda tunggu kabarnya ya nak."
Lalu klik.... pembicaraan keduanya terputus.
"Siapa sayang?" tanya Radit yang baru keluar dari kamar mandi.
"Bunda mas," jawab Naya lalu mencari kontak Wulan dan menghubunginya.
"Wul.... tahu bapak nggak?" tanya Naya to the point.
"Masih di kantor bu, masih pada meeting dengan pihak terkait," jawab Wulan kedengerannya juga masih di kantor.
"Kamu masih di kantor Wul?" tanya Naya.
"Iya bu, sama pak Hendra juga."
"Oh ya sudah, soalnya bunda khawatir kok sampai jam segini ayah belum sampai rumah, ya sudah saya tutup ya Wul"
"Baik bu, selamat malam."
Lalu Naya menghubungi bundanya dan menyampaikan keberadaan sang ayah, harusnya ayah Naya tak perlu sampai sekeras ini bekerja, kadang Naya merasa bersalah.
Sejak dirinya meragukan project baru ini, hampir semua urusan diambil alih sama Rustam, Naya hanya menjalankan tugas mengatur keuangan untuk itu, selain itu tak ada satupun yang Naya kerjakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Rien
sip"💪
2023-07-20
0