Pagi itu Elena pun masih tertidur pulas, mungkin karena efek obat yang di berikan Dokter membuat Elena bisa tertidur nyenyak, Evan pun masih terjaga di samping Elena, dia tidak pernah sedikit pun meninggalkan Elena disana. Elena yang mulai terbangun sangat kaget melihat bosnya duduk disebuah kursi di sampingnya.
"Pak Evan, Apa Pak Evan dari semalam disini?" Apa Pak Evan tidak tidur?" Evan pun tersenyum.
Evan yang sedari tadi menatap wajah Elena pun tidak bisa tertidur sama sekali, entah mengapa berada disisih Elena seperti tempat ternyaman untuknya.
"Apa kamu sudah lebih baik?" Evan berusaha menanyakan keadaan Elena, sebenarnya dia ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi mungkin ini waktu yang tepat menanyakan pada Elena.
"Badan saya masih sakit semua Pak, Saya di hajar habis-habisan sampai saya babak belur seperti ini, sungguh mereka tidak punya perasaan memperlakukan saya seperti itu!"
Evan yang mendengar Elena berbicara pun mengepalkan tangannya dia benar-benar sangat marah dia tidak akan melepaskan orang-orang yang sudah menyakiti Elena.
"Apa kamu bisa menceritakan apa sebenarnya yang terjadi?"
"Bisa Pak." Elena ingin mengatakan semuanya, tapi posisi dia berbaring tidak begitu nyaman, dia berusaha ingin menyandarkan tubuhnya di sandaran bet tempat tidurnya tapi.
Aaaauwww.....Elena pun menjerit kesakitan, badannya benar-benar sakit untuk di gerakkan, Evan pun dengan cepat membantunya.
"Badanmu masih sakit, jangan dipaksakan untuk duduk,tetap berbaring!"
Evan pun dengan cepat memegang punggung Elena untuk membatunya berbaring kembali, entah perasaan apa menyentuh punggung Elena pun sudah membuat tubuh Evan merespon, darahnya pun berdesir hebat, mereka sungguh sangat dekat.
Elena pun merasakan hal yang sama sentuhan bosnya pun sudah membuat jantungnya seperti sedang lari maraton, Akhirnya mereka berdua pun sama-sama terdiam dengan perasaan masing-masing.
"Maaf, saya hanya ingin sekedar membantumu." ucap Evan yang sedikit canggung.
"Iiiya...Tidak apa-apa Pak." dengan terbata Elena menjawabnya.
Seorang suster pun datang keruangan Elena untuk mengecek keadaan Elena, Evan pun memperhatikan dengan seksama, dia tidak mau ada kesalahan sedikit pun dalam perawatan Elena.
"Apa Ibu sudah sarapan?" ucap seorang suster.
"Belum sus saya baru saja bangun, dan belum sempat sarapan." ucap Elena.
"Baik, segera sarapan dan minum obatnya ya Bu, biar cepat pulih!" suster itu pun ikut menyemangati kesembuhan Elena.
"Terimakasih Sus."
Akhirnya suster itu pun meninggalkan mereka berdua, Evan pun melirik makanan yang ada di samping Elena, dengan cepat dia segera mengambilnya.
"Karena kamu sudah bangun, kamu harus segera sarapan!" Evan pun membuka penutup plastik yang ada di sebuah nampan yang berisi makanan Elena, dan berusaha menyuapi Elena.
"Pak saya bisa makan sendiri." ucap Elena yang merasa tidak enak pada bosnya.
"Oya?" Tanganmu saja masih ada selang infus, tangan satu lagi masih banyak luka apa kamu bisa makan sendiri?" disana Evan mengulam senyum.
"Biarkan saya membantumu?" Elena pun tidak bisa membantah lagi perintah bosnya.
Suapan demi suapan Evan berikan, tatapan Evan pun tidak pernah sedikit pun dia alihkan dari wajah cantik Elena, Elena yang merasa di perhatikan sungguh sangat malu.
"Kenapa Bapak melihat saya seperti itu?, Saya jadi malu Pak?"
Evan disana hanya tersenyum, dia tidak bisa membohongi hatinya, dia sangat suka sekali berada di samping Elena. Saat kehilangan Elena saja hatinya seperti kehilangan tumpuan, "Apakah ini yang dinamakan cinta?" Evan pun bertanya pada dirinya sendiri.
"Karena kamu begitu cantik, Em...maksud saya kamu sangat catik walaupun kamu sedang sakit." Evan pun tidak bisa mencari alasan lain.
Elena yang mendengar ucapan bosnya wajahnya sudah seperti kepiting rebus, apalagi mendengar pujian dari bosnya, sungguh semua itu membuat hati Elena terbang di atas awan.
Tiba-tiba ponsel milik Evan berbunyi membuat mereka sama-sama terperanjat dari perasaan mereka masing-masing, Evan segera mengambil ponselnya disana, dia melihat ke layar ponselnya disana tertera nama "Mario" Evan pun segera mengangkatnya.
"Halo Pak, ada kabar penting Pak!" ucap Mario dari ujung telepon.
"Katakan!" Evan pun tidak sabar mendengar informasi yang Mario bawa.
"Salah satu orang yang menculik Elena sudah di ketahui identitasnya Pak, anak buah saya sudah menangkapnya, apa kita akan laporkan ke Polisi?"
"Jangan dulu sebelum saya menemuinya, saya yang akan menanyakan sendiri siapa dalang dari semua ini!"
Evan pun kembali mengepalkan satu tangannya, dia merasa belum adil kalau belum menghajar orang yang sudah membuat Elena luka-luka.
Akhirnya Mario segera mengakhiri pembicaraanya dia segera menjalankan tugas yang diberikan oleh bosnya, disana Elena mendengarnya pembicaraan bosnya masih bertanya-tanya.
"Apa pelakunya sudah di temukan Pak?" Evan pun mengangguk.
"Kamu jangan khawatir, saya akan memberikan balasan pada orang-orang yang sudah membuatmu seperti ini!" Elena yang mendengarnya sungguh merasa tersentuh dengan ucapan Evan.
"Terimakasih banyak Pak." tanpa sadar Elena memegang tangan Evan di sampingnya.
Evan yang merasa tangannya disentuh segera melihat kearah tangan Elena berada, darahnya pun mulai berdesir hebat bahkan ini lebih hebat dari sebelumnya. dia tidak pernah sekali pun disentuh oleh seorang wanita sebelumnya, dia dengan cepat membalas genggaman tangan Elena.
"Kamu tidak perlu berterimakasih, ini sudah tanggung jawab saya untuk melindungi seorang wanita, apalagi wanita itu adalah kamu."
Degggg...Hati Elena sudah seperti terkena bom, hatinya benar-benar sudah terbang ke langit ketujuh ,susah di ungkapkan. Pak Evan benar-benar sudah menjadi hero untuknya.
Elena segera sadar kalau tangannya ada di genggaman bosnya, dia pun segera melepaskannya. Dia tidak bisa berlama-lama bersentuhan dengan tangan bosnya, apa jadinya kalau bosnya merasa anak buahnya tidak sopan terhadapnya.
"Maafkan saya Pak, itu tadi saya cuma ingin mengucapkan terimakasih, dan bukan bermaksud tidak sopan.
Evan pun menahan tawanya setelah mendengar ucapan Elena, "Dalam keadaan seperti ini Elena bisa-bisanya memikirkan hal kesopanan"
Padahal Evan sangat nyaman menggenggam tangan Elena, entah sudah keberapa kalinya Evan menyentuhnya.
Tiba-tiba pintu ruangan Elena terbuka, disana sudah ada Siska yang ingin menjenguk Elena. Siska yang melihat Elena terbaring sungguh sangat prihatin.
"Elena kamu baik-baik saja?" Elena yang melihat sahabatnya datang menjenguknya benar-benar sangat senang, ternyata Siska baik-baik saja.
"Siska kamu kesini, kamu baik-baik saja, aku sangat menghawatirkanmu?, Aku kira kamu di culik juga!" Siska yang melihat ada Pak Evan pun segera memberi hormat.
"Siang Pak, maaf saya tadi minta ijin Bu Intan untuk menjenguk Elena." ucap Siska yang takut kalau bosnya marah.
Evan hanya tersenyum dan mengangguk, Siska dan Elena saling berpelukan walaupun Elena masih dalam keadaan berbaring.
Tiba-tiba Siska teringat dengan ponsel milik Elena yang terjatuh pada waktu kejadian penculikan itu.
"Oya El, aku membawa ponsel kamu yang terjatuh pas kamu diculik, tapi ponselmu tiba-tiba mati layarnya pun jadi retak pas terjatuh kemarin." Evan yang mendengarnya segera berjalan dan mendekati Siska.
"Berikan ponselnya pada saya, biar nanti saya yang akan memperbaiki!" Siska langsung segera memberikan ponselnya pada bosnya.
"Terimakasih banyak ya Sis, kamu sudah membantuku menelepon Pak Evan, kalau tidak mungkin aku sudah??? Evan disana segera mendekati Elena.
"Sudah, jangan katakan itu lagi, kamu akan aman bersamaku." Ucap Evan yang tidak ingin mendengar Elena bersedih lagi.
Siska disana hanya bisa bertanya dalam hati, sepertinya Pak Evan menyukai Elena terbukti dari ucapannya saja Pak Evan sangat menjaga perasaan Elena. Sebenarnya mereka sudah terlihatan cocok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ney Maniez
udahhh kliatan suka ny
2024-05-10
1
SRI HANDAYANI
bunga bunga sudah mulai tampak ❤❤❤🌹🌹🌹
2024-04-06
1
Pie Yana
lampu hijau terang untuk elena dan sang bos, lanjut thor
2024-02-24
1