"Baik Pak!'' Dengan rasa takut dan menyesal Elena memberikan teleponnya ke Mario, Mario pun segera menerimanya.
"Halo Pak!"
"Mario, saya tidak butuh orang itu!, Sudah batalkan saja kepergiannya, kita akan berangkat berdua saja!"
"Tapi Pak?" Mario pun menggaruk rambut kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Dia tau sifat bosnya, pastinya Pak Evan marah besar dengan penolakan Elena.
"Saya tidak mau tau, saya tidak pernah menerima penolakan!" Evan akhirnya mengakhiri pembicaraannya dan segera mematikan sambungan teleponnya, Dia sangat marah dengan penolakan Elena.
Disana Ibu Sindy mulai mendekati Evan, Ibunya tau anaknya sedang menyimpan kemarahan.
"Ada apa Van?"
"Tidak apa-apa Bu, hanya masalah kecil!" Akhirnya Evan menceritakan kepada Ibunya tentang penolak Elena. Ibu Sindy mendengarkan ucapan putranya dan hanya bisa tersenyum menanggapinya.
"Van kalaupun Ibu jadi Elena, pasti juga Ibu tolak, kamu itu sangat berlebihan, hanya cuma mencari sekretaris harus di wawancarai sampai ke jepang!"
"Tapi Bu, Evan ga ada waktu, siapa tau kalau di sana dia bisa langsung bekerja membantuku, Tapi ternyata dia sangat sombong menolak perintahku!"
"Evan, tapi Ibu rasa dia anak yang baik, coba kamu berfikir seandainya dia perempuan lain, dan bukan Elena. Mungkin dia akan mau, bahkan memanfaatkan semua ini demi uang. Mungkin Elena merasa perlakuanmu berlebihan!"
Evan pun memikirkan perkataan Ibunya, ada benarnya juga kalau Elena bukan wanita baik-baik, mungkin dia pasti dengan senang hati menerima tawaran Evan. Padahal semua gratis, beda dengan wanita yang selalu mendekati Evan karna hartanya. Tapi kenapa Elena berbeda?? Rasa penasaran Evan mulai muncul.
Di seberang sana Elena dan Mario masih sama-sama tegang setelah Evan mematikan sambungan teleponnya.
"Gimana Pak?" Elena mencoba meminta penjelasan Mario.
"Pak Evan membatalkan kepergian mu, Pak Evan marah besar!"
Elena hanya bisa pasrah, seandainya nanti Pak Evan akan memarahinya akan dia terima. Mau bagaimana juga Elena sudah lancang telah menolak perintahnya, menurut Elena semua itu sangatlah berlebihan.
"Baiklah kalau begitu Pak, Ucapkan permintaan maaf saya sekali lagi ke Pak Evan saya permisi, Oya Pak, katakan pada Pak Evan seandainya Pak Evan akan memecat saya, saya sudah siap Pak!"
Mario tidak bisa berkata apa-apa lagi dia hanya mampu melihat kepergian Elena keluar dari ruangannya.
Setelah keluar dari ruangan Mario, disana Elena berjalan sangat terburu-buru dia ingin segera kembali ke ruangan tempat dia bekerja, tanpa ia sadari di depannya ada Bu Maya yang menunggunya dari tadi.
Bukkk...Aaach...Elena tanpa sadar menabrak Bu Maya, Bu Maya benar-benar sangat geram melihat Elena yang tak melihat keberadaanya.
"Matamu buta ya!" Kamu tidak melihat saya di depanmu!"
"Maaf Bu, maaf saya tidak sengaja, saya tidak tau ada Bu Maya di depan saya!"
"Alasan, kenapa kamu jalan terburu-buru?, Apa kamu sedang ada masalah dengan Mario?" Bu Maya pun mulai mengintrogasi.
"Tidak Bu, saya hanya kurang fokus saja tadi jalannya."
"Bohong kamu!, katakan semuanya kalau tidak, aku bisa memecatmu sekarang!"
"Jangan Bu, saya jangan di pecat saya masih membutuhkan pekerjaan!"
"Ya sudah, bicara kalau begitu!"
"Em..Saya di perintahkan Pak Evan untuk berangkat ke jepang, cuma saya tidak mau Bu."
"Apa kamu bodoh!, kesempatan itu kamu tolak?"
"Iya Bu, soalnya di sana saya cuma mau di wawancarai, saya merasa saya tidak pantas Bu."
Maya akhirnya terdiam, dia sebenarnya sangat senang mendengar penolakan Elena. Kalau sampai Elena berangkat mengikuti perintah Evan, entah bagaimana jadinya tentunya Evan bisa menaruh simpati atau malah jatuh cinta pada gadis kampungan itu.
"Ya sudah kamu boleh pergi!"
Elena akhirnya segera pergi meninggalkan Maya sendiri, Maya sudah merasa puas setelah mendengar pemberitaan ini, seorang Evan Mahendra sang CEO yang kaya raya di tolak sama seorang cleaning service. Disana Maya tersenyum lebar atas kebahagiaanya itu.
**
Keesokan harinya Evan sudah bersiap menuju bandara, sedang Mario sudah berada di bandara sebelum bosnya datang. Tiba-tiba ponsel Mario pun berbunyi, ada sebuah panggilan dari Bosnya, dengan cepat dia mengangkatnya.
"Halo Pak, saya sudah ada di bandara Pak!"
"Oke saya sebentar lagi sampai mungkin sekitar lima belas menit lagi."
Evan memang sengaja berangkat dari rumah Ibunya, kebetulan rumah Ibunya tidak jauh dari bandara.
"Baik Pak saya akan menunggu disini!"
Setelah lima belas menit Evan akhirnya datang, mereka akhirnya segera berangkat, sebenarnya Evan mempunyai jet pribadi. Tapi Evan memilih untuk menggunakan pesawat VVIP menuju Tokyo.
Kurang lebih tujuh jam tiga puluh menit mereka sampai di tokyo, disana mereka di sambut orang-orang kepercayaan Mr.Harosi. Evan dan Mario akhirnya dibawa menuju ke sebuah hotel, disana Mr.Harosi sudah menunggu.
Mereka akhirnya bertemu disana, dan Evan memilih tidak beristirahat. Dia ingin langsung melihat perusahaan milik Mr.Harosi, dan Mr.Harosi sendiri tidak keberatan, di Jepang hari sudah mulai sore, tapi tidak menghalangi pertemuan mereka.
Disana Evan dan Mario di ajak berkeliling di perusahaan Mr.Harosi.
"Bagaimana Mr?, Apa kita akan melanjutkan
kerjasama kita?" Ucap Evan.
Mr Harosi yang sedik lancar bahasa Indonesia pun menjawabnya.
"Tentu saja, kita akan bekerja sama, kita kapan mulai?" Sebisa mungkin Mr Harosi menjawab pertanyaan Evan.
"Mario, urus kelengkapan dokumen dan berkas-berkas lainnya!"
"Baik Pak, akhirnya Mario segera berbincang dengan sang asisten Mr.Harosi. Mereka membicarakan skema yang akan mereka buat untuk terjalinnya bisnis Skyline Corporation dengan perusahaan milik Mr.Harosi.
Setelah pembicaraan mereka selesai, akhirnya Evan dan Mario kembali ke hotel dengan diantar orang-orang kepercayaan Mr Harosi.
Sesampainya di hotel Evan langsung membersihkan diri, begitu juga dengan Mario. Mereka memilih istirahat setelah makan malam mereka selesai.
Keesokan harinya Evan sedang berbincang dengan Mario.
"Bagaimana apa kamu sudah menyiapkan semuanya?"
"Sudah Pak, semua sudah siap berkas-berkas yang harus di tanda tangani juga sudah siap, kita tinggal menunggu Mr.Harosi datang!"
"Bagus, tidak sia-sia saya memilki asisten seperti mu!"
"Pak Evan bisa saja, oya Pak maaf untuk masalah yang kemarin, saya merasa gagal."
"Sudahlah saya sudah tidak memikirkan masalah itu." Mario yang mendengarnya pun sangat lega.
"Oya Pak, Elena mengucapkan permintaan maafnya ke Pak Evan, dan dia bilang dia siap di pecat kalau Pak Evan ingin memecatnya!"
"Berani sekali dia mengucapkan itu!" Siapa sebenarnya wanita itu, mungkin aku akan mencari tau setelah kepulanganku ke Indonesia nanti" Ucap Evan dalam hati.
Siang itu mereka sudah selesai menandatangani surat perjanjian kerja sama dua perusahaan, Evan dan Mario akhirnya segera berpamitan untuk terbang lagi ke Indonesia, bahkan Mr.Harosi sudah mempersiapkan jet kusus untuk mengantarkan Evan ke Indonesia.
Evan dan Mario sampai di Indonesia malam hari, mereka akhirnya kembali kerumah masing-masing, dan beristirahat setelah dua hari ini mereka melakukan perjalanan ke Tokyo.
Esok harinya
"Elena kenapa kamu murung?, kamu bisa cerita ke saya." Ibu Intan memegang tangan Elena yang berada di atas meja.
"Iya Bu terimakasih banyak, Bu Intan sudah baik sekali sama saya, sebenarnya ini masalah saya dengan Pak Evan!"
"Apa?? Kamu ada masalah apa dengan Pak Evan?" Bu Intan mulai merasa kawatir dengan Elena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
yukmier
evan penasaran dg elena,,,elena itu cantik pak evan,,cerdas,lulusan terbaik looo...
2024-05-10
1
Ney Maniez
klo di real gk bakal nolak
2024-05-10
1
Nunik Wahyuni
tenangkan hatimu elena km ga salah ....Evan pasti memaafkan mu💪💪😍😍
2024-02-13
1