"Van siapa perempuan tadi?" Cecar Tania.
"Dia sekretaris baruku!, Kenapa?" Evan pun masih tetap sibuk dengan menandatangani berkas-berkas yang masih menumpuk di mejanya.
"Apa kamu menyukainya?" Selidik Tania.
"Dia sekretarisku, apa kamu kurang jelas!" Evan mulai tak suka dengan pertanyaan Tani.
Tania merasa ada sesuatu dengan diri Evan, Cara menatap Evan ke perempuan tadi sungguh berbeda. Tania mulai resah dengan pemikirannya, Dia harus mencari tau sendiri, siapa sebenarnya perempuan yang dibilang sekretaris Evan.
"Van, apa kamu tidak mau makan makanan yang aku bawa?, Itu makanan kesukaan mu! Tania mulai merayu Evan agar segera memakan makanan yang dia bawakan.
"Letakkan saja disitu, sebentar lagi saya akan istirahat." Evan berucap tanpa melihat ke arah Tania, sedang Evan pun tetap melanjutkan pekerjaannya.
"Ya sudah, aku pamit dulu ya, jangan lupa di makan!" Tania pun segera meninggalkan ruangan Evan, sebenarnya Tania ingin mencari tau siapa sebenarnya Elena, dia segera bergegas keruangan Maya dia ingin mencari informasi lewat Maya.
Di ruangan, Maya sedang mengemasi berkas-berkas yang baru saja ia ke kerjakan, dia bermaksud ingin segera makan siang di luar. tapi tiba-tiba Tania masuk tanpa permisi, dan tentu saja membuat Maya kaget dengan kedatangan Tania disitu.
"Bu Tania!, ada yang bisa saya bantu?" Tania memang sudah sering datang ke perusahaan Evan, walaupun dia datang tanpa ada urusan pekerjaan, tapi dia datang hanya ingin menemui Evan.
"Bisa kita bicara sebentar!" Tania pun tanpa di suruh sudah duduk di ruangan Maya.
"Boleh Bu, bicara tetang apa?" Maya pun mulai curiga.
"Kamu tau sekretaris baru Evan?" Ucap Tania tanpa basa-basi.
"Tau Bu, apa Ibu ada masalah?" Maya mulai mengerti tujuan Tania keruangannya.
"Siapa dia! Sepertinya saya belum pernah melihatnya di kantor ini. Dia bukan dari karyawan sini?"
"Bukan Bu dia anak baru, sebenarnya kemarin dia hanya seorang cleaning service, tapi sama Pak Evan di jadikan sekretaris, dan parahnya lagi dia mendapatkan kehormatan wawancara di jepang oleh Pak Evan. Elena dengan sengaja menolaknya, mungkin dia cuma mencari simpati Pak Evan."
Maya dengan sengaja membuat Tania marah, benar saja Tania yang mendengarnya pun langsung terpacing Emosi.
"Apa kamu tidak sedang berbohong!" Tania mulai benar-benar emosi.
"Saya tidak berbohong Bu, Itu kenyataannya!" Maya meyakinkan pada Tania.
"Kamu mau membantuku?" Tania mulai menawarkan pekerjaan buat Maya.
"Membantu apa Bu?" Maya mulai curiga disana.
"Membantuku menyingkirkan Elena!" Kalau kamu berhasil, aku akan memberi imbalan besar."
Maya berfikir sejenak, Dia pun mulai tergiur dengan tawaran yang Tania berikan, "Secara Bu Tania adalah seorang pembisnis, walau pun kemampuannya masih jauh di bawah Pak Evan, Tentunya dia juga orang kaya, pasti dia akan memberikan imbalan besar untukku." Ucapnya dalam hati.
"Dengan senang hati Bu, saya akan membantu Bu Tania."
"Oke, kalau begitu rahasia ini hanya aku, dan kamu yang tau. Kalau sampai rahasia ini terbongkar, kamu akan berurusan dengan saya kamu mengerti!"
"Siap Bu, saya akan jaga rahasia ini." Maya pun bersungguh-sungguh meyakinkan Tania.
"Kalau begitu kamu tunggu saja rencana apa yang nanti saya perintahkan, kamu paham!"
"Paham Bu, Maya sebenarnya mendapatkan ke untungan tersendiri, dia pun tidak suka dengan Elena. Maya merasa Elena adalah penghalang untuknya dalam mendapatkan sang CEO, tapi di sisi lain Bu Tania juga sepertinya menyukai Pak Evan.
"Untuk saat ini aku harus bisa mengikuti keinginannya, Tapi nanti kalau sudah waktunya, aku sendiri yang akan membongkar kebusukan Bu Tania, pastinya Pak Evan aka bersimpati kepadaku." Maya pun menyungging senyum miring.
Akhirnya Tania segera meninggalkan ruangan Maya, dia masih memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan untuk menyingkirkan perempuan itu.
Sementara itu Elena dan Siska sedang makan siang bersama, Elena dengan sengaja datang keruangan dimana dia kemarin bekerja, dia ingin makan bersama sahabatnya.
"El gimana tadi, kamu di tanya ga sama Pak Evan tentang pakaianmu ini?"
"Iya Sis, malah Pak Evan bilang aku sangat cantik dengan pakaian ini."
Maya yang sedang minum pun menjadi tersedak, Dia kaget mendengar ucapan Elena.
"El kamu ga seriuskan menanggapi ucapan Pak Evan kan?, pokonya kamu jangan termakan rayuannya?, aku takut Pak Evan cuma mau menjebak kamu!"
"Maksud kamu?" Elena kurang paham dengan ucapan Siska.
"Aku takut, kamu di permainankan Pak Evan kamu tau kan kalau orang-orang kaya itu selalu melakukan sesuatu yang mereka inginkan!"
Siska pun takut seandainya cerita-cerita di novel itu benar adanya, cerita sekretaris yang jadi simpanan bosnya. Seperti yang akhir-akhir ini sedang dia baca. Siska memang penggemar Novel, dia sering baca-baca kisah seorang bos dan sekretarisnya.
"Apaan si Sis, sejauh ini aku melihat Pak Evan baik-baik saja, dia bukan orang seperti itu. Aku bukan orang yang segampang itu juga, aku tidak mudah dirayu kamu mengerti!, Pasti kamu sedang halu ya dengan cerita novel yang kamu baca?" Mereka pun tertawa bersama.
Akhirnya jam makan siang pun usai, semua karyawan pun kembali dengan pekerjaanya masing-masing. Elena sudah sejak tadi ada di ruangannya, tapi dia tidak melihat Pak Evan ada disana, dia berfikir mungkin bosnya masih makan siang diluar.
Sudah hampir jam waktu pulang, tapi Evan juga belum kembali. Elena mulai bingung disana sedang pekerjaannya butuh tanda tangan Pak Evan. Tiba-tiba Mario datang ke ruangan itu.
"Elena apa kamu sudah menyelesaikan tugasmu?"
"Sudah Pak, oya Pak Evan kemana ya Pak?, Saya butuh tanda tangan dari beliau." Elena pun mulai mencari tau.
"Apa kamu tidak di beri tahu Pak Evan!"
"Tidak Pak."
"Pak Evan tadi pulang terburu-buru karena Ibunya beliau sakit." Elena pun merasa tidak tau apa-apa, kenapa Pak Evan tidak memberitahukannya.
"Pak Evan tidak mengatakan apa-apa Pak, bahkan sampai saya selesai jam makan siang Pak Evan sudah tidak ada!"
"Mungkin Pak Evan lupa karena sangat terburu-buru. ya sudah kalau begitu sudah waktunya jam pulang. Kamu lebih baik cepat-cepat membereskan pekerjaanmu!"
"Baik Pak, saya akan segera menyelesaikannya."
Akhirnya mario segera meninggalkan ruangan itu disana Elena dengan cepat mulai menyelesaikan semua tugasnya, disana dia masih memikirkan tentang bosnya. "Aku kan sekretarisnya harusnya aku tau semuanya, tapi sampai Pak Evan pergi pun aku tidak berusah mencari taunya, sekretaris macam apa aku ini!" Elena pun menyalahkan dirinya sendiri.
**
Siang itu, Evan mendapat kan panggilan telepon, diseberang sana seorang Dokter pribadi keluarga Mahendra memberi tahukan bahwa, Ibu Evelin Sindy Mahendra sedang di rawat di rumah sakit.
Evan pun sangat kaget dan panik, dia segera memakai jasnya dan tindak lupa dia segera mengambil ponselnya yang berada di atas meja dan segera pergi dari ruangannya. Evan pun tidak sempat memberitahukan kepada Elena, Dia hanya bertemu dengan Mario dan mengatakan maksud kepergiannya.
Evan pun segera memanggil sopir pribadinya, Dia menyuruh sopirnya untuk segera membawanya kesebuah Rumah sakit, di dalam perjalanan dia pun masih memikirkan kesehatan Ibunya. Dia tidak ingin Ibunya kenapa-kenapa, dia benar-benar trauma semenjak kematian Ayahnya dulu.
Di rumah sakit Bu Sindy pun masih tidak sadarkan diri, di temani Bi Imah orang yang sangat setia menjadi asisten rumah tangga keluarga Mahendra.
"Segeralah sadar Bu, Mas Evan akan segera datang." Bi Imah berbisik di telinga Nyonya besarnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ney Maniez
😲😲😲😲
2024-05-10
1
Nunik Wahyuni
ibu Sindy sakit apa thorrrr.....smoga elena nyusul ke rmh sakit trs ibu Sindy minta elena nikah ma Evan 😅😍🙈 secara Bu Sindy pengin cucu dr Evan 😅😅😅
2024-02-14
1
Dehan
koreksi sedikit thor..
tindak lupa= tidak lupa ✌😁
2023-08-06
3