Mobil Evan melaju dengan kecepatan tinggi, Evan memang sengaja menyuruh sopirnya agar lebih cepat lagi, dia benar-benar sangat panik.
Setelah menempuh kurang lebih satu jam akhirnya mobil Evan sampai di sebuah rumah sakit besar, dia segera masuk dan menuju ruangan VIP di mana di sanalah ibunya di rawat, setelah masuk keruangan itu di sana dia bertemu dengan Bi Imah.
"Bi bagaimana keadaan ibu? Evan pun segera mendekati Ibunya yang masih tidak sadarkan diri dengan selang infus di tangannya.
"Nyonya Masih belum sadar mas, tapi Dokter tadi sudah menanganinya dengan cepat." ucap Bi Imah. Akhirnya Evan bergegas menemui salah satu Dokter yang menagani ibunya di rumah sakit itu. Disana Evan di persilahkan masuk oleh salah satu asisten Dokter Hartawan.
"Silahkan masuk Pak, Dokter Hartawan sudah ada didalam." Ucap asisten Dokter Hartawan disana akhirnya Evan pun segera berjalan dan masuk keruangan itu.
"Siang Dok." ucap Evan pada Dokter Hartawan.
"Siang Pak Evan, silahkan duduk." Dokter pun mempersilahkan Evan duduk.
"Dok bagaimana keadaan Ibu saya?, apa Ibu saya baik-baik saja?". Evan ingin meminta kejelasan.
"Ibu Sindy baik-baik saja, keadaannya masih stabil tapi mungkin beliau akhir-akhir ini kurang memperhatikan pola makannya. Asam lambung Ibu Sindy naik, dan akhirnya pingsan. Saya sarankan Ibu Sindy harus di jaga pola makannya, kalau tidak asam lambungnya akan semakin parah."
**
"Evan kamu di mana sayang?" Bu Sindy pun sudah mulai sadar, Bi Imah yang melihat Nyonya besarnya sadar segera mendekati nyonya besarnya.
"Nyonya sudah sadar?" Bi Imah segera memencet tombol untuk segera memanggil suster." Mas Evan sedang ada di ruangan Dokter Nyah, mungkin sebentar lagi kesini" ucap Bi Imah.
Mengetahui ada panggilan dari ruangan Bu Sindy seorang suster segera datang keruangan itu, dan segera melihat keadaan Bu Sindy.
"Ibu Sindy sudah sadar, sebentar saya panggilkan Dokter dulu ya Bu." ucap sorang suster dengan sangat ramah. Suster itu pun segera bergegas keruangan Dokter Hartawan. Sesampainya di depan ruangan Dokter Hartawan suster itu pun meminta ijin dengan mengetuk pintu untuk bisa masuk keruangan itu, setelah di persilahkan masuk suster itu akhirnya mengatakan maksud kedatangannya.
"Dok maaf Ibu Sindy sudah sadar." Evan yang mendengar ucapan suster pun langsung kaget dan segera berdiri.
"Dok Ibu saya sudah sadar, mari Dokter segera keruangan Ibu saya. Tolong beri pelayanan terbaik pada Ibu saya!".
"Tentu saja Pak Evan, mari kita bersama ke ruangan Ibu anda." Dokter Hartawan dan Evan pun segera menuju keruangan Ibu Sindy dengan suster yang mengikuti mereka di belakangnya. Sesampainya di ruangan itu Evan langsung berlari memeluk Ibunya.
"Ibu..Ibu sudah sadar, syukurlah Evan sangat mencemaskan Ibu." Ibu Sindy pun sangat bahagia di perhatikan oleh putra semata wayangnya.
"Ibu baik-baik saja Van, kamu jangan khawatirkan Ibumu ini." Dokter Hartawan pun segera memeriksa keadaan Ibu Sindy.
"Keadaan Ibu Sindy sudah stabil, saya akan meresepkan obat terbaik untuk kesembuhan Ibu, jangan lupa Bu Sindy tidak boleh telat makan lagi ya?"
"Apa saya sudah boleh pulang Dok?" ucap Bu Sindy. Dokter Hartawan pun tersenyum melihat ke arah Bu Sindy.
"Tentu saja kalau Bu Sindy keadaannya sudah stabil ibu Sindy boleh pulang." Bu Sindy pun nampak senang setelah mendengar ucapan Dokter Hartawan. Evan yang berada di sebelahnya pun ikut bahagia melihat Ibunya sudah baik-baik saja. Dokter Hartawan pun dengan segera memberi resep obat untuk Bu Sindy.
"Kalau begitu Evan ke administrasi dulu ya Bu?" Evan segera meminta ijin kepada ibunya.
"Iya Van segera ya, Ibu ingin cepat-cepat pulang. Evan pun segera bergegas menuju ke ruang administrasi, setelah menyelesaikan semuanya Evan pun baru sadar kalau dia belum memberi tahu Elena tentang kepergiannya dari kantor.
Dengan segera Evan mengambil ponselnya dan menghubungi Elena. Sedang Elena yang sedang melamun disana malah di kagetkan dengan suara panggilan di ponselnya, dia melihat nama Pak Evan tertera di layar ponselnya."Pak Evan?Elena pun segera mengangkatnya.
"Halo Pak apa Bapak baik-baik saja? bagaimana keadaan Ibunya Bapak?" Elena mencerca pertanyaan pada bosnya, dia memang benar-benar khawatir. Evan yang mendengarnya pun bertanya-tanya apa Elena mengkhawatirkanku?
"Halo Elena saya baik-baik saja, Ibu saya pun sudah membaik." ucap Evan di seberang sana.
"Pak maafkan saya, saya sebagai sekertaris Bapak sungguh tidak berguna. Bapak pergi pun saya tidak mengetahuinya, maafkan saya Pak." Elena tampak menyesal atas ketidak tahuan nya. Evan yang mendengarnya pun merasa bahagia, saat mendengar kekhawatiran Elena padanya.
"Saya memang buru-buru kemarin, jadi saya tidak sempat meninggalkan pesan. Apa kamu sudah menyelesaikan tugas yang saya berikan kemarin?"
"Sudah Pak, semua sudah selesai, Bapak tinggal menandatanganinya saja."
"Baiklah kalau begitu, terimakasih banyak."
"Itu sudah kewajiban saya Pak." Akhirnya Evan pun mengakhiri pembicaraannya dengan Elena dan segera bergegas menuju keruangan Ibunya. Ternyata disana Ibu Sindy sudah bersiap-siap mengemasi barang-barangnya.
"Apa Ibu sudah benar-benar membaik?" tanya Evan yang masih menghawatirkan keadaan Ibunya.
"Sudah Van, Ibu ingin pulang, apa kamu sudah mengambil obatnya?"
"Sudah Bu, ini semua obat Ibu." Ibu jangan telat makan ya, mulai sekarang Ibu harus bisa menjaga kesehatan. Evan tidak mau Ibu sakit lagi!".
"Makanya kamu segera menikah Van, agar Ibu ada yang memperhatikan. Ibu benar-benar sangat kesepian di rumah." Ibu Sindy pun mulai mendesak putranya untuk segera menikah, Evan yang mendengarnya sebenarnya ingin mengabulkan keinginan Ibunya. Tapi untuk saat ini Evan belum menjatuhkan pilihan.
"Baiklah Bu Evan akan segera mencari pendamping, tapi Evan mohon Ibu tidak boleh sakit-sakitan lagi." Ibu Sindy yang mendengarnya pun langsung bahagia, selama ini Evan tidak pernah membuka hatinya untuk siapa pun.
"Benarkah itu Van, kamu janji?, Ibu ingin sekali menggendong cucu." di dalam hati Evan sungguh sangat tersentuh, betapa Ibunya sangat menginginkan dirinya untuk segera menikah.
**
Pagi-pagi sekali Evan sudah berada di kantor, dia memang sengaja datang lebih awal sebelum jam masuk kerja, di sana Siska yang sedang membersihkan ruangannya pun sangat kaget dengan kedatangan bosnya.
"Pak Evan?, bukankah belum jam masuk kerja, apa saya kesiangan?, kenapa Pak Evan sudah datang?" Siska pun sedikit ketakutan.
"Saya memang ingin berangkat lebih awal, oya lanjutkan saja pekerjaanmu."
"Tapi Pak ruangannya masih kotor, Bapak lebih baik menunggu diluar dulu Pak!"
"Baiklah oya Sis, apa kamu tau makanan kesukaan Elena?" entah ada apa dengan Evan yang ingin menanyakan hal itu kepada Siska, dia tau Siska adalah salah satu teman Elena. Siska yang mendengar pertanyaan bosnya pun sedikit kaget.
"Maaf Pak saya kurang tau, sepertinya semua makanan dia suka, bagaimana kalau Bapak tanyakan sendiri pada Elena?" Evan sebenarnya ingin memberikan sedikit kejutan untuk Elena, tapi dia tidak mendapat petunjuk dari Siska.
"Ya sudah kalau begitu, kamu jangan katakan ke Elena kalau saya bertanya soal itu ya?"
"Baik Pak." Evan pun akhirnya segera meninggalkan ruangannya dia bermaksud ingin keruangan Mario, tapi baru beberapa langkah dia berjalan disana dia melihat Elena sedang berjalan menuju keruangannya.
"Pak Evan?" Bapak sudah datang!" Elena pun segera berhenti di depan Evan berada. Evan pun disana merasa senang setelah melihat kedatangan Elena.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
yukmier
udah pak evan langsung gaass aja ke elena,,keburu di embat orla...heheh
2024-05-11
2
Ney Maniez
lagi usaha yaa🤭😂
2024-05-10
1
Widia Sari
evan tidak salah pilih elena
2024-03-31
1