Mario dengan segera menuju keruangan di mana Elena berada, disana Elena sedang sibuk merapikan surat lamaran yang baru saja ia buat, dia memang selalu membawa berkas-berkas lamarannya di dalam tas setiap harinya.
"Elena?" sapa Mario yang langsung duduk di sebelah Elena.
"Eh..Pak Mario, ada yang bisa saya bantu?" akhirnya Elena segera berdiri dari tempat duduknya, Elena merasa tidak sopan kalau harus duduk bersama atasannya.
"Duduklah, kenapa berdiri!"
"Maaf Pak, rasanya tidak sopan kalau saya duduk di situ!" ucap Elena sambil menunjuk kursi didepannya, dengan posisi Elena masih tetap berdiri. Mario sedikit tertawa melihat tingkah Elena
"Baiklah kalau begitu, apa kamu sedang membuat lamaran pekerjaan?"
"Benar Pak, saya sudah selesai membuatnya!" Elena yang melihat fotonya masih berserakan di meja itu langsung segera mengambilnya dan segera menyimpannya.
"Saya sudah melihatnya, kenapa?, kamu malu?" Mario semakin tidak bisa menahan tawanya.
"He he he maaf Pak." Elena pun ikut tertawa memperlihatkan barisan gigi putihnya yang berjejer rapi disana, melihat itu semua Mario jadi terkesima dengan wanita di hadapannya.
"Saya bawa ya, Pak Evan sudah memintanya!"
"Sebentar Pak saya rapikan dulu!" dengan cepat Elena merapikan lembaran-lembaran lamaran kerjanya, dan dengan segera memasukkannya kedalam amplop coklat besar yang sudah dia siapkan dan dengan cepat memberikannya kepada Mario.
"Saya bawa ya, kalau begitu saya permisi!"
"Terimakasih banyak Pak!"
Mario segera meninggalkan ruangan Elena, dan segera berjalan menuju ke ruangan bos besarnya dengan membawa berkas lamaran Elena yang Evan minta.
Elena hanya bisa terdiam melihat kepergian Mario, "Mimpi apa aku semalam, kenapa aku yang hanya cleaning service ini dan mereka yang bukan siapa-siapa memperlakukanku dengan baik. Padahal surat lamaran itu bisa aku berikan sendiri ke Pak Evan, tidak harus menyuruh Pak Mario mengambilnya".
Sementara itu di ruangan Evan, disana ternyata sedang ada tamu yang tak di undang. Orang itu tiba-tiba datang membuat Evan tidak nyaman dengan keberadaannya.
"Evan bagaimana kabarmu? apa kamu tidak merindukanku?"
"Tania, kamu datang tanpa memberi tahuku terlebih dulu!" Evan berucap dengan nada yang datar.
Tania adalan rekan bisnis sekaligus teman sekolah Evan dulu semasa kuliah, Tania sudah sejak lama menaruh hati terhadap Evan, tapi Evan tidak pernah menanggapinya, bahkan Evan tampak bersikap ketus terhadapnya.
Tapi bagi Tania itu semua tidak jadi masalah, perasaannya masih tetap sama, apalagi dia tau, kalau Evan sama sekali belum pernah memiliki satu orang pun kekasih.
"Evan, apa kamu tidak bosan bekerja terus?bagaimana kalau nanti malam kita dinner? kamu mau?" dengan suara lembut Tania berucap.
"Sori aku tidak bisa, aku sedang banyak pekerjaan, bisa kamu jangan menggangguku!!"
"Kamu mengusirku?" Tania mulai menampakan ketidak sukaan atas penolakan Evan.
"Mungkin bisa di bilang begitu, kita sedang tidak membicarakan pekerjaan bukan? selain itu aku tidak ada waktu. kamu bisa lihatkan setumpuk dokumen yang harus aku tanda tangani!" Evan menjelaskan sedetail mungkin agar Tania segera meninggalkannya.
Tania yang mendengar perkataan Evan akhirnya segera bangkit dari tempat duduknya, dan dia segera meraih tasnya yang ada dimeja Evan dia pun ingin segera pergi dari hadapan Evan.
"Baiklah aku akan menunggumu sampai kamu ada waktu untukku?, aku pulang dulu!" Tania segera meninggalkan ruangan Evan dengan membawa rasa kecewanya, sudah berapa kali Evan menolak ajakannya, "Mungkin aku harus menggunakan cara lain" gumam Tania.
Evan tampak lega setelah kepergian Tania, terus terang Evan benar-benar tidak menyukai Tania, Dia tidak menyukai wanita yang seagresif itu.
Mario akhirnya sudah sampai di ruangan Evan, dan segera memberikan amplop warna coklat yang berisikan data-data lamaran kerja milik Elena.
"Pak ini lamaran kerja milik Elena!" Evan segera mengambilnya dan segera ingin melihat isinya, dengan seksama Evan melihat syarat-syarat yang di lampirkan di lembar lamaran itu.
"Mungkin saya bisa menjadikannya sebagai sekretaris saya, kita akan lakukan masa training untuknya!" suruh Elena besok mulai bekerja, saya akan melihat kemampuannya dalam bekerja besok!"
"Baik Pak, saya akan memberitahukannya kepada Elena sekarang juga!"
"Di sini ada nomor teleponnya, biar saya saja yang akan memberi tahukannya." Dengan segera Evan meraih ponselnya dan memencet nomor telepon yang tertera di dalam surat lamaran kerja milik Elena.
Mario merasa heran dengan bosnya, tidak biasanya bosnya mengambil alih sendiri pekerjaan yang seharusnya ia lakukan. Tapi dengan sadar bosnya menawarkan diri untuk menelepon Elena.
Elena yang sedang membersihkan meja dari lembaran kertas yang berserakan itu pun mendadak berhenti setelah ada panggilan masuk dari ponselnya. "Nomor baru sepertinya nomor tak dikenal". Akhirnya dia segera mengangkatnya.
"Halo dengan Elena disini."
Evan yang mendengar suara Elena di ujung telepon malah senyum-senyum sendiri, tanpa dia sadar sedari tadi ada Mario di situ. Setelah Evan tersadar bahwa ada Mario disitu, Evan mulai menarik senyumannya, dan kembali dengan wajah datarnya tapi masih tetap tampan.
"Halo, dengan siapa ini?" Elena mengulangi ucapannya, karena tidak ada jawaban dari ujung telepon.
"Halo Elena, tolong besok kamu mulai bekerja dengan saya, kamu akan traning tiga bulan sebagai sekretaris saya, tolong persiapkan diri kamu besok!"
Elena menyadari kalau yang meneleponnya itu adalah Pak Evan. "Baik Pak, besok saya akan mulai bekerja dengan Bapak, terimakasih banyak Pak!"
Setelah telepon itu berakhir Elena akhirnya berjingkrak kegirangan setelah mendengar bahwa besok dia akan segera bekerja sebagai sekretaris.
"Ada apa ini kok girang banget?" Siska yang baru saja datang akhirnya ikut berjingkrak bersama Elena. Padahal dia juga tidak tau, apa yang terjadi mungkin saja Elena habis memenangkan sebuah undian dan bisa mengajaknya makan gratis.
"Sis kamu tau ga besok aku mulai bekerja jadi sekretaris Pak Evan." Siska yang baru saja ikut berjingkrak akhirnya berhenti melakukannya.
"Oh kirain apa?" dengan muka yang tiba-tiba sedih akhirnya Siska duduk di kursi dekat Elena.
"Apa kamu tidak senang mendengarnya!"
"Selamat ya El, aku ikut senang." Sebenarnya Siska sedih kalau Elena jadi sekretaris Pak Evan lantas dia akan bekerja sendiri lagi.
"Sis kamu baik-baik saja?" Elena yang merasa sikap Siska berbeda akhirnya segera duduk di sebelah Siska.
"Elena maaf ya bukanya aku ga suka kamu jadi sekretaris Pak Evan, tapi nanti aku kerja dengan siapa? kamu pasti tidak mau berteman dengan seorang cleaning service sepertiku!"
Huwaaaaaa....Siska tiba-tiba menangis sejadi-jadinya dan langsung memeluk Elena.
"Sis..Kita tetap teman, kita tetap akan kos bareng, kita makan bareng, dan kita akan tetap jadi sahabat. Semua tidak akan ada yang berubah, percayalah kamu adalah teman terbaikku!" Elena memeluk Siska dan meyakinkan Siska.
"Benar ya kamu janji, kamu tidak akan berubah setelah jadi sekretaris Pak Evan!"
"Aku janji Sis, sudah jangan menangis lagi ya?" Elena mengusap air mata yang menetes di pipi Siska. Dia sangat terharu melihat Siska yang begitu peduli dan menyayanginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
yukmier
aduuh evan modus banget sii eluu, biasanya juga si mario yg ngurusi karyawan...
2024-05-10
1
Ney Maniez
🤗🤗🤗🤗
2024-05-10
1
Nunik Wahyuni
Persahabatan elena dan Siska smoga baik baik saja 😍😍😍
2024-02-13
2