"Pak Evan, bagaimana kabar Ibunya pak Evan? apa sudah membaik?"
"Sudah, Ibu saya sudah membaik, bahkan sudah pulang kerumah." Elena pun tampak lega mendengarnya. Evan yang memperhatikannya juga sangat senang atas kepedulian Elena.
"Oya pak, tidak biasanya bapak datang sepagi ini, apa bapak membutuhkan sesuatu?"
Elena ingin memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kemarin sempat ia lakukan, sebagai sekretaris harusnya Elena bisa tahu semua tentang keseharian bosnya di perusahaan. Tidak seperti kemarin, Pak Evan pergi pun dia tidak mengetahuinya.
"Tidak, saya sedang tidak ada masalah saya hanya ingin berangkat pagi saja." kedatangan Evan pagi-pagi sebenarnya ingin bertanya pada Siska tentang makanan kesukaan Elena, tapi hasilnya tidak dia dapat dari Siska.
Dari dalam Siska yang sudah selesai membersihkan ruang bosnya segera keluar, dia sedikit kaget karena di luar sudah ada Pak Evan dan Elena.
"El, pak Evan!" Siska pun menyapa keduanya. Elena yang melihat Siska di depannya segera mendekatinya.
"Sis kamu sudah selesai bersih-bersih? apa nanti kita jadi pergi?
Dengan sedikit berbisik Elena menanyakan kembali tentang perjanjian yang mereka sepakati kemarin. Evan pun sebenarnya masih sedikit mendengar pembicaraan mereka.
"Tentu saja, nanti sepulang kerja aku tunggu kamu di bawah ya?" jawab Siska, Siska yang merasa tidak enak pada bosnya akhirnya segera meminta ijin untuk kembali ke ruangan cleaning service.
"Maaf pak, ruangannya sudah saya bersihkan, silahkan bapak sudah bisa masuk!." sambil tersenyum Evan hanya menganggukan kepalanya, Elena dan Evan akhirnya segera masuk beriringan.
Hari ini di kantor tidak diadakan penyambutan, semua karyawan di beri tahu bahwa pak Evan sudah datang dari pagi-pagi sekali. Mario yang datang sendiri tanpa pak Evan pun segera menyibukan diri di ruang kerjanya.
Sementara diruangannya Elena sudah menyiapkan setumpuk tugas yang Evan berikan dari kemarin, dia segera membawa dan menyerahkannya kepada bosnya.
"Pak ini berkas-berkas yang kemarin bapak minta." Elena segera meletakkannya di atas meja milik Evan. Evan hanya melirik berkas yang sudah di bawa Elena.
"Baiklah, letakkan di situ saja, terimaksih banyak!"
Elena sangat heran dengan perubahan sikap bosnya, tadi masih baik-baik saja kenapa sekarang berubah jadi ketus lagi.
Akhirnya Elena kembali ke mejanya, sebenarnya Evan dari jauh memperhatikan kepergian Elena yang kembali kemejanya. Tidak berapa lama tiba-tiba telepon di meja Elena pun berbunyi, dengan cepat Elena segera mengangkatnya.
"Ya halo!" Elena Rosalina di sini, ada yang bisa saya bantu?"
"Halo bu Elena, Ada tamu yang ingin bertemu dengan Pak Evan." ucap resepsionis dari ujung telepon.
"Atas nama siapa?" ucap Elena sambil menyalakan layar kerjanya.
"Ibu Sindy" ucap resepsionis, Elena segera melirik ke arah bosnya.
"Baiklah akan saya sampaikan terlebih dulu dengan Pak Evan" Evan yang mendengar percakapan Elena segera melihat ke arah meja Elena.
"Pak, ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak!"
"Siapa? apa sudah ada janji dengan saya?"
"Belum Pak, belum ada janji!" ucap Elena sambil melihat daftar orang-orang yang sudah ada perjanjian pertemuan dengan bosnya hari ini.
"Lalu siapa?"
"Ibu Sindy pak, yang ingin bertemu!" ucap Elena, Evan yang mendengar ucapan Elena langsung kaget dan langsung segera berdiri.
"Ibu? suruh Ibuku masuk!" Elena pun terperanjat mendengar ucapan dari bosnya, dia tidak tau kalau yang ingin bertemu Evan adalah Ibunya Pak Evan. Maklum saja Elena memang baru bekerja beberapa hari, jadi belum tau tentang siapa saja keluarga bosnya.
Elena dengan segera berbicara kepada resepsionis untuk segera mengijinkan Ibu Sindy masuk ke ruangan Pak Evan, tak berapa lama pintu ruangan Evan pun terbuka, dan terlihat seorang wanita yang sudah sedikit berumur tapi terlihat masih kelihatan muda dan cantik itu pun masuk ke ruangan itu.
"Ibu, Kenapa Ibu kesini?, Ibu harusnya masih istirahat di rumah!" Disana Evan segera memeluk Ibunya, Evan tampak khawatir karena baru kemarin Ibunya masuk rumah sakit.
"Ibu bosan Van, Ibu hanya ingin jalan-jalan ke kantormu!" Ibu Sindy mulai melihat sekeliling ruangan tempat putranya bekerja.
Ruangan Evan sudah banyak yang berubah, bahkan disana ada sebuah meja kerja karyawannya juga, mungkin dia sekretaris Evan yang baru.
Ibu Sindy dengan cepat mendekati meja kerja Elena, Evan dari jauh hanya bisa memperhatikan langkah Ibunya.
"Apa kamu sekretaris Evan yang baru?, Siapa nama kamu?" Ibu Sindy ingin tau siapa sekretaris Evan yang baru.
"Kenalkan saya Elena Rosalina bu!" Ucap Elena sambil mengulurkan tangan ke bu Sindi, Ibu Sindy segera membalas uluran tangan Elena, Ibu Sindy nampak berfikir, sepertinya nama itu tidak asing di telinganya, dia pun akhirnya mengingatnya.
"Kamu Elena yang pernah jadi cleaning service itu bukan?" Elena nampak kaget kenapa Ibu Sindy bisa tau tentang dirinya, padahal beliau baru pertama kali terlihat di kantor ini.
"Benar bu, saya yang kemarin bekerja sebagai cleaning service di perusahaan ini!" di luar dugaan Elena, Ibu Sindy malah tersenyum kepadanya, Elena mengira Ibunya pak Evan tidak akan menyukainya.
"Kamu cantik sekali, apa kamu sudah punya pacar?" Evan yang mendengar Ibunya berbicara segera menghentikan ucapan Ibunya.
"Ibu apa yang Ibu tanyakan?, itu privasi orang bu?" Evan kurang sedikit suka atas pertanyaan yang Ibunya ajukan untuk Elena. Elena yang mendengarnya pun segera menjawab.
"Tidak apa-apa pak, saya bisa menjawabnya. Saya belum punya teman dekat bu." Ibu Sindy akhirnya tersenyum, dan juga senang atas jawaban Elena.
Sebenarnya Evan juga tidak kalah senangnya, setelah mendengar ucapan Elena, padahal sebenarnya Evan pun juga penasaran.
"Bagus, kamu harus rajin bekerja untuk anakku ya!"
"Tentu saja bu, saya akan memberikan kinerja yang terbaik untuk perusahaan ini.
Entah mengapa Ibu Sindy begitu suka dengan kata-kata Elena, akhirnya bu Sindy memutuskan kembali kemeja Evan.
"Van, kapan kamu mau mengenalkan calon menantu pada Ibu!" Sekarang giliran Evan yang kelabakan mendengar pertanyaan Ibunya.
"Ibu bicara apa bu? kalau sudah waktunya Evan pasti akan membawanya bertemu dengan Ibu, tapi untuk sekarang Evan belum menemukannya. Tapi mungkin sebentar lagi Evan akan menemukannya!"
Evan pun sedikit melirik ke arah meja Elena, Elena sebenarnya dari tadi mendengar obrolan Ibu dan anak itu, dia sedikit berfikir "lalu siapa perempuan kemarin itu kalau bukan kekasih Pak Evan?"
Sebenarnya Ibu Sindy mulai melihat tingkah putranya dia mulai curiga, "Apa Evan menyukai sekretarisnya?, lirikannya tadi kemeja itu pun sungguh punya selidik?" tapi setidaknya Ibu Sindy senang kalau Evan mau membuka hatinya, walaupun siapa nanti yang akan menjadi jodoh Putranya.
"Bu, bagaimana kalau kita makan siang bersama?, Sudah lama Evan tidak pernah makan di luar bersama Ibu" ucap Evan yang berusaha mengalihkan pembicaraan.
Ibu Sindy yang mendengarnya pun sangat senang dengan tawaran putranya, ini kesempatan Ibunya bisa melihat sejauh mana putranya menyukai sekretarisnya.
"Tentu saja Ibu sangat senang Van, kita sudah lama tidak pernah makan di luar, kalau begitu biar kita tidak berdua saja bagaimana kalau kita ajak Elena juga?"
Elena yang mendengarkannya sungguh sangat kaget dengan ucapan bu Sindy, apa dia tidak salah dengar, sebetulnya Evan pun tidak keberatan sama sekali malah dia senang kalau Elena bisa ikut bersamanya.
"Bagaimana Elena? apa kamu mau?" Ibu Sindy menawarkan Elena agar Elena bisa ikut bersama makan siang.
"Saya bu, apa saya tidak malah menggangu makan siang Ibu dan Pak Evan?, mungkin Ibu sedang ingin bersama Pak Evan?"Elena pun mencoba menolak secara halus, tapi bu Sindy malah suka dengan penolakan Elena, justru perempuan yang seperti ini yang Ibu Sindy inginkan.
Biasanya perempuan di luar sana, tidak akan menolak ajakan orang yang punya jabatan tinggi, tapi beda dengan Elena, Evan sebenarnya sangat marah denga ucapan Elena yang selalu saja menolak perintah, Ibu Sindy pun berusaha bijak.
"Tidak sama sekali, saya malah senang kalau kamu mau ikut, biar saya ada temanya. Bolehkan Van? kalau Ibu ajak sekretaris kamu juga?"
"Tentu saja boleh bu, tapi itu tergantung kalau Elena mau, dan tidak menolak perintah lagi!"
Elena pun paham dengan ucapan bosnya, pasti Pak Evan tidak suka dengan penolaknya. Ibu Sindy sedikit tersenyum dengan ucapan anaknya, pasti Evan sedang berusaha mengancam Elena.
"Baiklah kalau begitu bu, saya bersedia!" Evan yang mendengarnya pun dengan cepat menyembunyikan senyumannya. Di dalam hati dia sangat senang ancamannya membuat Elena mau ikut untuk makan siang bersama.
#JANGAN LUPA LIKE,KOMEN JUGA SUBSCRIBE NYA YA HEHEHE....DUKUNG TERUS AUTHOR BIAR TERUS SEMANGAT LAGI...TERIMAKASIH#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Haris Dunggio
lanjut👍🏻👍🏻👍🏻
2024-05-12
1
yukmier
apa dikehidupan nyata juga gitu yaa,,,atasan suka sekali ngancam2..
2024-05-11
1
Ney Maniez
garang garang meong
2024-05-10
1