Saat acara pun, Meyra tetap sibuk wira wiri. Mengecek semua agar berjalan seperti yang direncanakan.
Para tamu VIP juga mulai berdatangan. Tamu yang terdiri dari para crazy rich, undangan khusus dari si empunya yang punya gawe.
Meyra masuk ke area tamu VIP, untuk memastikan hidangan telah disiapkan dan terhidang sempurna.
Bahkan di sana juga disediakan minuman-minuman dari harga termahal sampai harga yang biasa.
Semua permintaan khusus dari sang bos tak ada yang Meyra lewatkan.
Ada seorang tuan muda yang sepertinya sengaja menyenggol Meyra.
"Hai cantik," sapa orang itu dan hendak menyentuh dagu Meyra.
"Jangan buat ulah di pestaku. Dia karyawanku, sudah punya suami pula. Jadi jangan coba-coba dekatin dia," tangan tuan Leo menahan tangan yang hampir saja menyentuh Meyra.
"Makasih tuan," Meyra mengangguk hormat dan menjauh dari tempat itu.
Tahap demi tahap acara telah terlewatin. Dan sekarang telah masuk ke sesi hiburan.
Artis yang diundang untuk mengisi acara mulai naik panggung dan menyanyikan lagu andalan masing-masing.
Meyra pun menikmati alunan suara yang juga artis idolanya itu.
"Mey, mau pulang jam berapa? Sudah lo kabarin Reynand?" Dirga menghampiri Meyra yang tengah asyik menikmati musik.
"Eh lo Dirga. Untung lo ingetin, sampai lupa mau ngabarin suami," Meyra terkekeh dan berlalu mencari ponsel yang tersimpan di tas.
Meyra menyambar sebuah gelas minuman yang dibawa oleh pramusaji.
Meski pramusaji berusaha menahan, tapi Meyra terlanjur menghabiskan minuman yang diambilnya barusan.
"Makasih kak," Meyra melangkah ke meja dimana tasnya dia tinggal.
Meyra duduk dan mencari ponsel, belum juga mendapatkannya rasa pusing dan berat di kepala mengalahkan segalanya. Meyra pingsan.
Situasi meja yang sedikit mojok dan kurang terang hingga tak ada yang tahu kondisi Meyra.
.
Meyra terbangun dengan rasa berat di kepalanya.
"Urrgghhhh, kenapa kepalaku?" Meyra memegang kepalanya yang terasa sangat pening.
Pandangannya juga masih kabur dan belum jelas.
Beberapa kali Meyra mengucek mata agar bisa melihat sekeliling.
"Loh, di mana ini?" Meyra masih mengalami disorientasi sesaat.
"Apa ini sebuah kamar hotel? Aneh? Kenapa aku ada di sini?" Meyra masih melihat sekeliling.
Meyra terlonjak saat melihat ada kepala seorang pria dengan badan terbungkus selimut yang sama dengan dirinya.
Pria dengan posisi tengkurap, sehingga Meyra tak tahu siapa dia.
Di bahunya terlihat beberapa bekas ciuman di sana.
Meyra menutup bibirnya, "Apa itu ulahku?" Meyra menggeleng sedetik kemudian.
"Tak mungkin," terjadi penolakan pada diri Meyra.
Meyra menelisik tubuhnya sendiri yang juga dalam keadaan polos.
"Apa yang terjadi? Apa aku mengkhianati suamiku?" derai tangis meluncur turun di pipi Meyra. Meyra segera mengusapnya.
Pria itu menggeliat dan membalikkan badannya. Melanjutkan tidur yang berasa nyaman.
"Hah? Tuan Leo?" Meyra kaget bukan kepalang.
Pria yang tidur bersamanya adalah bosnya sendiri.
Meyra beranjak dan hendak memungut bajunya yang berserakan di lantai. Dan hendak melangkah pelan menuju kamar mandi.
"Tunggu!" suara tuan Leo menggelegar.
Ternyata pria itu sudah bangun.
Meyra membalikkan badannya yang masih tertutup selimut sebagian.
"Meyra," tuan Leo terkejut.
"Bagaimana bisa kamu di sini?" lanjutnya.
"Kenapa tuan juga di sini?" Meyra juga heran.
"Lantas apa yang kita lakukan?" ujar tuan Leo.
"Kalau laki-laki sama wanita di ranjang yang sama dengan keadaan begini, kira-kira apa yang terjadi tuan?" jawab Meyra.
"Tapi kenapa kamu mau? Bukannya kamu sudah punya suami?" seru tuan Leo.
"Apa tuan mengira aku sengaja melakukan ini?" tegas Meyra dengan suara mulai emosi.
"Sorry tuan, aku bukan wanita seperti yang tuan pikir. Wanita nakal yang doyan dicelap celup sama sembarang laki-laki. Aku semalam pingsan. Tahu-tahu sudah berada di ranjang yang sama dengan anda," kata Meyra.
"Aku sendiri juga tak tahu, yang aku ingat semalam aku sedikit mabuk. Itu saja!" ucap Leo.
"Tapi apa benar kita melakukannya?" ucap Leo seperti orang bloon.
Leo bukanlah orang yang gampang mabuk hanya karena beberapa gelas minuman beralkohol. Seingat Leo dia baru minum gelas ketiga, dan sudah tak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya.
Meyra hanya bisa menepuk jidat, bagaimana tuan muda yang satu ini bego banget masalah ginian.
Meyra beranjak dengan membawa selimut.
"Stop!" tegas Leo.
"Apalagi tuan? Aku mau ke kamar mandi," kata Meyra hendak bergegas.
"Kalau selimut kamu bawa, aku pakai apa?"
Meyra melempar baju Leo yang berserakan di bawah.
"Cepat pakai!" tak ada lagi rasa sungkan, meski Leo adalah bos besar perusahaan tempat dia bekerja. Meski selama di kantor, Leo adalah sosok yang berwibawa dan disegani.
Leo pun menurut saja.
Meyra kini telah rapi dan telah berbusana lengkap.
"Tuan, aku tak mau kejadian ini menyebar. Anggap saja tak terjadi apa-apa," kata Meyra.
"Kamu mengancamku?" Leo juga sudah rapi dan lengkap pakaiannya.
"Bukannya kita berdua juga tak menyadari apa yang telah kita lakukan? Anggap saja semua tak ada," sambung Meyra.
"Cih, sepertinya kamu menolak atas kenyataan yang terjadi Meyra. Melihat bekas di tubuh kamu dan juga tubuhku, tak mungkin kalau tak terjadi apa-apa semalam," seru Leo.
"Lantas? Apa yang akan tuan lakukan? Mau membuat keluarga yang aku bina hancur begitu saja? Enak saja," emosi Meyra meledak.
Leo diam. Apa yang Meyra ucapkan memang benar adanya. Tapi dirinya juga merasa bersalah, telah melakukan dengan istri orang. Bagaimanapun Leo merasa telah melanggar prinsipnya sendiri, tak akan melakukan hubungan terlarang dengan istri orang.
"Jika anda merasa bersalah, maka cukup diam saja. Aku sendiri yang akan urus jika terjadi masalah dengan suamiku," kata Meyra lantang.
Meyra keluar kamar hotel tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.
Meyra pergi dengan tergesa, karena saat itu sudah menjelang pagi.
Meyra menangis saat mengendarai mobilnya.
"Apa yang telah aku lakukan Tuhan? Bagaimana aku menebus dosa ini? Bagaimana ini bisa terjadi?" air mata kembali luruh.
"Mungkin dengan bersikap seolah tak terjadi apa-apa adalah hal yang tepat untuk saat ini," hanya ini yang terpikirkan oleh Meyra.
Meyra berharap tak terjadi masalah dalam pernikahannya dengan Reynand.
Meyra membuka pintu depan dengan hati-hati.
Sisa air mata telah Meyra bersihkan, agar sang suami tak curiga.
"Baru datang?" suara Reynand mengagetkan Meyra.
"Iya sayang, aku harus memastikan semuanya beres setelah acara selesai. Maaf ya, membuat kamu menunggu," kata Meyra.
'Maafkan aku sayang, aku harus bohong padamu,' batin Meyra.
"Ya sudah, istirahat sana! Kamu pasti capek sekali," tukas Reynand.
"Kamu mau kemana?" tanya Meyra karena Reynand hendak keluar rumah.
"Bentar aja kok," jawab Reynand tanpa menjelaskan mau pergi ke mana.
Tanpa bertanya lagi mereka berjalan dengan arah yang bertolak belakang. Meyra ke kamar sementara Reynand keluar rumah.
Karena rasa capek yang mendera, Meyra terlelap begitu saja saat kepala telah bertemu bantal.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments