“Ya, mungkin kamu belum mendengar akhir ceritanya. Aku memenangkan kasus yang tidak bisa dimenangkan itu. apa kamu berpikir kalau kamu tidak melakukan itu padaku, aku akan berhutang padamu?”
“Mungkin kalau kamu tidak mempermalukanku di depan associate-”
“Raphael, untuk pengacara biasa, kasus senilai 100 juta akan membantu karirnya. Kalau aku mengejekmu, itu artinya aku menganggapmu di atas rata-rata.” Laura keluar dari ruangan Raphael.
DI RUANGAN LAURA.
“Kamu sudah membuat Karel menaiki bus ke pedesaan?” tanya Laura.
“Ya. Aku ingin bertanya. Setelah semua ini, kamu pikir aku masih percaya dengan tuan aku yang tidak peduli?” ucap Jack.
Laura tersenyum. “Carikan aku dokumen ini di ruang arsip,” ucapnya seraya memberikan secarik kertas pada Jack.
Jack membaca tulisan di kertas itu.
“Dokumen Yang Tidak Pernah Ada di Firma Ini”
Jack tersenyum. “Sesuai permintaan, mohon ditunggu,” ucapnya lalu keluar dari ruangan Laura.
RUANG ARSIP, JAM 20.30.
Laura memasuki ruangan arsip karena Jack belum membawakan dokumen yang dia inginkan. Dia memberikan perintah jam 9 pagi, dan sekarang hampir jam 9, permintaannya masih belum terpenuhi.
“Ruang arsip ini akan segera dikunci, 30 menit lagi. Dan kamu masih belum menemukan yang aku minta?” ucap Laura.
Laura berdiri dengan tangan yang berlipat di dada dan kaki yang menyilang satu di hadapan Jack.
“Bagaimana kalau kamu terkunci di sini?” tanya Laura.
“Mungkin aku akan meniru adegan di film dewasa itu,” jawab Jack.
“Apa di film dewasa itu juga ada adegan dengan latar tempat di ruangan bos?”
Jack tersenyum.
“Di lantaiku, hanya aku yang belum pulang,” ucap Laura.
“Brad?”
“Sudah aku usir sebelum datang ke sini,”
Laura dan Jack kembali ke ruangan Laura. Laura mengambil sebotol whiski dan gelas untuk 2 orang. Dengan ruangan yang minim cahaya, keduanya duduk menghabiskan minuman.
“Seseorang pernah berkata associate seperti kita sama sekali tidak menarik di mata senior partner,” ucap Jack.
Laura mengalihkan pandangannya. Dia menuang whiski ke gelasnya. “Apa pendapatmu tentang berpacaran satu kantor?” tanyanya.
“Tidak ada yang bisa membuat jantungmu berdebar kencang seperti mau meledak selain dengan berpacaran satu kantor. Entah karena seseorang hampir menangkapmu dan kamu hampir ketahuan, atau…”
“Atau?”
“Atau gestur kecil antara kamu dan pasanganmu. Bahkan hanya dengan melihatnya saja dari kejauhan,”
Laura tersenyum. “Kamu tahu banyak, apa kamu sudah memiliki pengalaman sebelumnya?”
“Aku sedang mengalaminya,”
Laura terdiam sejenak.
“Pilihannya antara aku meninggalkan firma ini atau kekasihku. Mungkin suatu saat nanti aku akan menjadi serakah. Aku jadi tidak ingin meninggalkan keduanya. Bagaimana menurutmu?” tanya Laura.
“Kamu ingat, kamu pernah bilang padaku, ‘Selalu ada jalan keluar’. Dan sejauh aku bekerja denganmu, kamu menjadi Laura Phoenix yang selalu memiliki jalan keluar dan meleburkan masalah,”
Laura tersenyum. “Sepertinya tidak malam ini,”
Laura bangkit berdiri dan hendak menyudahi minumnya. Jack pun juga berdiri dan menarik tangan Laura hingga membuat tubuhnya berbalik.
“Katakan padaku apakah jantungmu berdebar setelah ini,” ucap Jack yang kemudian mencium bibir Laura.
Episode 14:
Jack tanpa ragu mencium bibir Laura, bosnya sendiri. Tidak ada yang membuatnya ragu. Karena Jack pun tersadar, sekeras apa pun dia menahannya, menyembunyikannya, dia telah jatuh cinta dengan bosnya.
“Jantungku berdebar,” ucap Laura setelah Jack menciumnya.
“Benarkah?”
“Ya, jantungku berdebar. Lalu apa? Apa yang ingin kamu lakukan dengan jantungku yang berdebar?”
Dan masalahnya sekarang, ternyata Laura masih ragu. Mungkin benih cinta itu sudah ditanam, namun Laura masih ragu, apakah ingin menyirami dan memupuknya hingga menjadi tanaman yang lebat dan subur, atau mendiaminya hingga benih itu mati dan tidak dapat bertumbuh.
“Terima kasih sudah jujur. Aku hanya ingin tahu,” ucap Jack.
Tidak ada yang bisa Jack lakukan. Karena sepenuhnya benih cinta itu ialah miliki Laura. Apa yang terjadi dengan benih itu adalah hak Laura. Jack hanya dapat bertaruh pada keajaiban.
PAGI HARI, DI RUANGAN HARRY.
Laura memasuki ruangan ayahnya dan tampak ayahnya sedang berbicara dengan Raphael.
“Pemandangan yang indah pagi ini, sungguh,” ucap Laura.
“Orang-orang akan mengira kamu adalah anak ayahku jika kamu sering mengunjungi ruangan ini, Raphael,” tambah Laura dan duduk di sofa.
“Aku tidak ingin bersaudara denganmu,” balas Raphael.
“Kamu pikir ayahku ingin memiliki anak sepertimu? Dan menurutku keputusanmu untuk meninggalkan bidang hukum akan membawa kebaikan untuk banyak orang,”
“Anak-anak, Kevin Max meninggal minggu lalu,” ucap Harry.
“Banyak orang yang merasa kehilangan, meski aku bukan salah satunya,” balas Laura.
“Kamu ingin mengejek orang yang sudah tiada? Silakan. Tapi jurnalnya, ‘Kebenaran Yang Terkubur’, membawa keberuntungan bagi kita. Kelly meninggalkan rumah kediamannya, 7 perusahaan termasuk jurnal itu, untuk 2 putrinya, Megan dan Bianca. Kita diminta untuk membagi asetnya secara adil,” ucap Harry.
“Dan kenapa aku di sini?” tanya Laura.
“Karena mereka membenci satu sama lain. Seperti kalian. Kevin menyusun wasiat untuk membuat mereka berbaikan. Kamu punya bakat untuk menyatakan pihak-pihak yang memiliki perbedaan pendapat,” jawab Harry.
“Lalu kenapa dia di sini?” tanya Laura.
“Karena Megan memintanya,”
“Daddy yakin dia tidak tertukar antara aku dan dia?” tanya Laura.
“Fred Carpenter memintaku mengerjakan beberapa kontrak untuknya, beberapa tahun lalu. Mungkin aku membuatnya terkesan,” ucap Raphael.
“Benar. Jadi masing-masing dari kalian akan menangani satu orang,” ucap Harry seraya memberikan kedua dokumen untuk masing-masing mereka.
“Daddy pikir membuat kita saling berhadapan akan adil bagi klien Raphael?” tanya Laura.
“Tolong, membagi aset finansial? Kamu tidak bisa menandingku. Sejujurnya akulah orang yang bisa menandingiku,” ucap Raphael.
“Oh, beruntung sekali. Aku akan menggeser orang itu sebentar lagi, percayalah,” balas Laura.
“Anak-anak, kalian berada di pihak yang sama. Jadi, aku harap kalian bisa mengesampingkan perbedaan kalian dan bekerja sama untuk ini agar semua orang bahagia,” ucap Harry seraya berjalan ke pintu.
Laura dan Raphael mengikutinya.
“Kalian bisa melakukan itu kali ini?” tanya Harry seraya membuka pintu.
Keduanya keluar dari ruangan Harry dan bertemu dengan klien masing-masing di ruangan mereka sendiri.
DI RUANGAN LAURA.
“Dia selalu membenciku,” ucap Bianca.
“Mungkin ini kesempatan bagimu untuk melupakan semua itu,” balas Laura.
“Aku ingin. Sumpah. Tapi Megan? Dia tidak akan mau,” ucap Bianca.
DI RUANGAN RAPHAEL.
“Bianca sangat menyebalkan. Dia tidak pantas mendapatkan apa pun,” ucap Megan.
“Ya, tapi sayangnya ayahmu tidak memiliki pendapat yang sama denganmu. Dalam surat wasiatnya, kami diminta untuk menemukan cara dalam pembagian perusahaan agar kalian berdua bahagia,” ucap Raphael.
RUANGAN LAURA.
“Dalam surat wasiatnya, kami diminta untuk menemukan cara dalam pembagian perusahaan agar kalian berdua bahagia. Dan saya ingin memastikan anda bahagia,” ucap Laura.
“Kamu ingin tahu apa yang membuat saya bahagia?” tanya Bianca.
“Saya ingin ‘Kebenaran Yang Terkubur’. Ayahku dan aku mengembangkannya selama bertahan-tahun. Itu berarti segalanya bagiku. Yang aku inginkan adalah menjualnya dan dia mendapat bagian sesedikit mungkin” ucap Bianca.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments