13

Rick memulai pernyataannya lagi yang kemudian disela oleh Laura,

“Keberatan. Argumentatif,”

Laura terus mengajukan keberatan saat Rick mengeluarkan pernyataannya.

“Keberatan. Memojokkan saksi,”

“Keberatan. Ambigu,”

“Hak privilege,”

“Lanjutkan,” ucap hakim.

“Ada lagi, Saudara Rick?” tanya hakim.

“Ya, Yang Mulia. Saya ingin memanggil saksi Jack Andrew ke mimbar,” ucap Rick.

“Silakan,”

Jack pun bersaksi.

“Um, jam berapa anda memesan mobil?” tanya Rick.

“Kami seharusnya pergi jam 9,” jawab Jack.

“Dan jam berapa anda datang bekerja?”

“Keberatan. Itu tidak relevan,” ucap Laura.

“Ini sangat relevan, Yang Mulia. Itu berpengaruh pada psikologi sopir,” ucap Rick.

“Keberatan ditolak. Jawab pertanyaan Saudara Rick,” ucap hakim.

“Jam 9.15,” ucap Jack.

“Jadi, jika saudara Willi tidak menebus untuk waktu yang hilang tersebut, kalian akan terlambat ke rapat itu, benar?” ucap Rick.

Jack melihat ke arah Laura. Laura mengangguk yakin.

“Iya,” ucap Jack.

“Sekian, Yang Mulia,” ucap Rick.

Jack kembali ke kursi pengacara.

“Saat kecelakaan terjadi, anda sedang menuju ke pengambilan bonus tahunan. Kapan dan dimana pengambilan bonus ini dilaksanakan?” tanya Laura pada Rick.

“Jam 9.30, di jalan Fortune Lake,” jawab Rick.

“Berdasarkan laporan kepolisian, kecelakaan terjadi pada jam 9.22, artinya anda memiliki waktu 8 menit untuk sampai ke pusat kota pada jam sibuk,” ucap Laura.

“Keberatan. Itu tidak relevan,” ucap Rick.

“Saat saya mengajukan keberatan yang sama, anda memberitahu Yang Mulia bahwa itu hal yang sangat relevan,” ucap Laura.

“Keberatan ditolak,” ucap hakim.

“Kamu terlambat, hanya saja resikonya terlalu tinggi bagimu, ‘kan?” ucap Laura.

Laura berjalan ke mejanya dimana Jack memberikan sebuah dokumen di sana.

“Penyerahan bonus itu tidak pernah tepat waktu,” ucap Rick.

“Kalau begitu kenapa bonus tahunan hanya diberikan kepada 3 orang saja? anda takut kesempatan anda untuk mendapat bonus akan hilang dan anda melanggar lampu merah. Lalu anda memanfaatkan kecelakaan itu untuk membuatku dan Willi sebagai kambing hitam,” ucap Laura.

“Anda tidak bisa membuktikan itu,” ucap Rick.

“Lampunya menunjukkan warna apa?” tanya Laura.

“Saya ingin mengajukan hak untuk tidak akan dipaksa menjadi saksi melawan diri sendiri,” balas Rick.

“Anda tidak dapat melakukan itu, Tuan Rick. Ini bukan kasus pidana. Lampunya menunjukkan warna apa?” ucap Laura.

“Dia menyalipku.”

“Anda bilang anda menyukai sistem hukum pengadilan. Jawab pertanyaannya, lampunya menunjukkan warna apa?”

Rick terdiam.

Laura mengulangi pertanyaannya lagi. “Lampunya menunjukkan warna apa?”

Rick masih terdiam.

“Yang Mulia?” ucap Laura.

“Saudara Rick, jawab pertanyaannya,” ucap hakim.

“Itu sangat berarti bagiku,” ucap Rick.

“Yang Mulia, bisakah kita berbicara dengan lawan?” ucap Laura.

Laura dan Rick mendekat ke meja hakim.

“Kita bisa menyerahkan ini pada hakim, tapi saya lebih memilih untuk damai,” ucap Laura.

“Berapa jumlah yang harus saya bayar?” tanya Rick.

“Tidak ada. Kamu tanggung jawab atas kecelakaannya, dan asuransi perusahaanmu untuk kompensasi Willi. Dan sebagai gantinya, saya tidak akan menuntut biaya untuk jasaku,” ucap Laura.

“Saya tidak tahu harus mengatakan apa,”

“Jangan katakan apa pun, kalau begitu. saya memiliki reputasi yang harus saya pertahankan. Begitu juga dengan anda, pak Hakim.”

Tiba-tiba terdengar suara ponsel bordering yang cukup keras dari arah Jack. Jack keluar dari ruang persidangan untuk menjawab panggilan itu.

“Karel, aku menghubungi 23 kali,” ucap Jack.

“Senang mendengar temanmu tidak memegang janjinya dengan siapa pun. Aku tidak bermaksud menyinggungmu,” ucap seorang laki-laki yang bukan Karel.

“Apa yang kamu inginkan?” tanya Jack.

“Karel berhutang 200 juta pada kami dan belum membayarnya. Jadi kamu yang akan membayarnya,”

“Dengar. Aku tidak memiliki uang sebanyak itu. aku tidak bisa,” ucap Jack.

“Kalau kamu tidak membawa uangnya dalam satu jam, kami akan menganiayanya.”

“Jack, jangan datang ke sini!” ucap Karel.

Lalu Jack mendengar sebuah tamparan.

“Karel!”

“Kamu hanya punya 1 jam,”

Panggilan berakhir.

“Apa yang kamu lakukan di tengah-tengah sidang?” Laura menginterogasi Jack.

“Aku harus mengurus sesuatu,” ucap Jack.

“Maksudmu seseorang? Kamu tidak pernah memutus hubunganmu dengan Karel?”

“Tidak pernah. Temanku dalam bahaya, dan aku akan menolongnya,”

“Kamu tahu? ini yang dilakukan pecandu.”

“Apa yang kamu katakan tidak akan menghentikan aku,”

“Kalau begitu beritahu aku apa yang terjadi,”

TEMPAT PENANGKAPAN KAREL.

Jack dan Laura tiba di sana dan diperiksa apakah membawa sesuatu.

“Dia bersih. Tidak membawa apa-apa,”

“Kamu yakin?”

“Ya, aku yakin,”

“Sekarang, siapa kamu?”

“Pengacaranya Karel,” ucap Laura.

“Karel tidak menyebut soal pengacara,”

“Dia tidak tahu dia menyewaku,”

“Buka kopernya,”

Laura membuka tas koper yang dia bawa di hadapan para preman itu. Namun di dalam tas itu tidak ada selembar pun uang.

“Mana uangnya?”

Laura malah mengeluarkan selembar kertas dari tas tersebut.

“Foto ini adalah screenshot yang diambil dari video keamanan di firmaku. Kami tahu wajah kalian. Dan kalau Jack Andrew tidak mendapat kabar dariku sampai 5 menit ke depan, dia akan menelepon polisi,” ucap Laura.

“Anda melakukan penculikan, pemerasan, dan penjualan narkoba, dan kebetulan jaksa wilayah adalah urutan panggilan keempat dalam panggilan cepatku. Jika melihat semua itu, anda juga bisa melakukan pembunuhan. Saya punya ide yang bagus,” Laura mengeluarkan selembar kertas lagi.

“Perjanjian retainer. Kalau anda tanda tangan di sini, anda akan menjadi salah satu klienku. Dan saya tidak akan bisa bersaksi melawanmu, Meskipun saya ingin melakukannya,” tambah Laura.

“Bagaimana dengan uangnya?”

Laura mengambil sebuah amplop dari dalam tas kopernya.

“Amplop ini berisi 25 juta. Anggap itu sebagai uang muka untuk utang Karel. Sekarang masalahnya, saya tidak mengambil kasus pro bono dan perjanjian retainerku memerlukan uang muka seharga 25 juta. Sekarang, sebagai pengacaramu, tugasku adalah memberimu saran. Ini kesepakatannya. Tanda tangani perjanjiannya,”

Karel berhasil dibebaskan oleh Jack dan keluar dari tempat itu bersama Laura. Laura berjalan beberapa langkah di depan mereka.

“Sudah kubilang, jangan datang,” ucap Karel.

“Maafkan aku, aku hanya menimbulkan masalah hanya dengan berteman denganmu,” ucap Karel kemudian.

“Menurutku lebih baik jika kamu pergi ke luar kota untuk Sementara waktu,” ucap Jack.

Laura masuk ke dalam mobil, menyaksikan kedua lelaki itu berpelukan sebagai tanda perpisahan.

--

Tak!

Laura meletakkan koran yang memberitakan dirinya yang diberikan ayahnya kemarin di atas meja Raphael dengan kasar.

“Kamu terlihat kurus di situ,” ucap Raphael.

“Kamu yang membuat cerita sampah itu, akui saja,” balas Laura.

“Aku tidak berurusan dengan koran, Laura. Tapi aku mengerti kenapa orang yang membuatnya menganggap itu menghibur. Laura Phoenix yang hebat menindas sopir taksi kecil. Maksudku, itu bukan kasus yang bisa dimenangkan,”

“Ya, mungkin kamu belum mendengar akhir ceritanya. Aku memenangkan kasus yang tidak bisa dimenangkan itu. apa kamu berpikir kalau kamu tidak melakukan itu padaku, aku akan berhutang padamu?”

“Mungkin kalau kamu tidak mempermalukanku di depan associate-”

“Raphael, untuk pengacara biasa, kasus senilai 100 juta akan membantu karirnya. Kalau aku mengejekmu, itu artinya aku menganggapmu di atas rata-rata.” Laura keluar dari ruangan Raphael.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!