Mereka lanjut berjalan hingga melewati ruangan Harry. Melihat Harry keluar dari ruangannya, Jack pun langsung pergi menghindar.
“Laura, kebetulan sekali bertemu. Daddy ingin tahu bagaimana perkembangan pro bono,” ucap Harry.
“Aku sedang menanganinya,”
“Itu membuatku senang. Kalau Daddy mendapati kamu tidak bersungguh-sungguh, Daddy akan sangat marah.”
“Jangan khawatir. Semua baik saja,” Laura lanjut berjalan.
“Olivia! Aku butuh bantuamu. Akan ada sidang pada somasiku,” ucap Jack menghampiri Olivia.
“Aku punya tiga kasus sebelum kamu datang. Jadi, kamu harus menunggu antrian,” balas Olivia.
“Tidak. sidangku besok,”
“Lalu, kenapa kamu datang padaku?”
“Bradley bilang kamu adalah paralegal terbaik di firma ini.”
“Coba aku lihat mosinya,” ucap Olivia lalu masuk ke ruangannya yang diikuti oleh Jack.
“Whoa. Kamu punya ruangan? Bagaimana kamu bisa memiliki ruangan dan aku hanya bilik?”
“Seperti yang kamu katakan. Aku paralegal terbaik di firma.”
“Sungguh? Aku hanya mengarang. Aku bahkan tidak punya waktu untuk berbicara dengan Brad.”
“Apa kamu anggap ini semua lelucon?”
“Tidak, kasus ini serius bagiku.”
“Kenapa kamu tidak datang ke atasanmu saja? Kamu tahu? sampai saat ini belum ada yang bisa mengungguli atasanmu. Dia masih menempati posisi pengacara terbaik nomor 1 selama 6 tahun berturut-turut.”
“Aku tahu dia memang yang terbaik. Tapi aku memiliki kesulitan berkomunikasi dengannya. Dia selalu menggunakan analogy yang tidak aku mengerti.”
“Kalau kamu tidak bisa memahaminya, apakah mungkin kamu bisa bekerja dengannya? Berapa umurmu?” tanya Olivia.
“35 tahun,”
“Atasanmu 34 tahun. Brad 33 tahun. Selisih umur kalian tidak jauh.”
“Bagaimana denganmu?”
“Aku?”
“Berapa umurmu?”
“Aku 37 tahun.”
“Aku pikir kamu 32 tahun.”
DI OX BAR.
“Kamu cocok dengan setelan jas berwarna abu. Danny, kenapa kita tidak bertemu lebih sering?” ucap Laura.
“Laura, aku tidak berpikir bisa menjalin hubungan denganmu. Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri.”
“Aku sedang memikirkan kita sekarang. Tapi, bagaimanapun, aku tidak memaksa. Kamu sudah menyerahkan Donald padaku. Dan Aku bukan orang yang akan melupakan bantuan,” ucap Laura.
Danny memberikan sebuah amplop coklat kepada Laura lalu pergi.
Laura menghampiri Jack yang sedang berada di perpustakaan bersama Olivia.
“Sudah sampai mana penelitian untuk sidang besok?” tanya Laura.
“Belum ada,” jawab Jack.
“Kamu bilang kamu peduli dengan klien. Tapi kalau kamu terus memainkan kaki Olivia di bawah meja, bukan mencarikan argument untukku, klien kita akan kalah. Aku tidak ingin kalah,” ucap Laura lalu pergi.
“Ugh…” Jack memegangi kepalanya.
HARI PERSIDANGAN.
Jack menyerahkan penelitiannya yang dia lakukan sepanjang malam pada Laura. Saat itu, Laura sedang bersiap menuju persidangan.
“Ini bagus. Kita akan bersenang-senang,” ucap Laura.
“Kita? Aku boleh ikut?” tanya Jack.
“Kamu pikir aku tidak mengizinkan kamu ikut?” balas Laura.
“Tidak.”
“Naluri yang bagus, memang tidak. Tapi aku pikir itu sangat kejam. Tidak mengizinkanmu untuk menyaksikan kehebatanku,” ucap Laura lalu berjalan keluar dari ruangannya.
“Ok. Bisakah aku mengambil tasku dulu?”
“Tidak.”
“Kamu sungguh baik,”
PERSIDANGAN.
“Yang Mulia, kasus ini harus ditolak. Selain ceritanya, penggugat tidak memiliki satu bukti pun,” ucap pengacara lawan.
“Karena bukti ada pada data karyawan mereka. Dan mereka menolak untuk menyerahkannya,” sahut Laura.
“Data tersebut berisi informasi sensitive. Itu akan melanggar hak karyawan, privasi” balas pengacara lawan.
“Mereka tidak peduli dengan hak karyawannya, privasi,” sahut Laura.
“Yang Mulia, Bu Phoenix ini mengklaim bahwa kami tidak peduli dengan karyawan kami. Meskipun meremehkan, tapi tidak menyalahi aturan hukum,” balas pengacara lawan.
Jack tersenyum merekah di kursinya sembari menyaksikan perdebatan Laura dengan pengacara lawan.
“Benar, tapi hal yang tidak menyalahi hukum adalah penyelidikan atas pelecehan seksual harus dilakukan tanpa tekanan apa pun,” ucap Laura.
“Apa maksud anda?” tanya hakim.
“Penyidik dan setiap orang yang diwawancarai memberi hasilnya kepada CEO. Itu yang saya maksud ‘tekanan’,” jawab Laura.
Laura melanjutkan kalimatnya sembari berjalan. “Itu seperti salah satu hakim junior anda menuduh anda atas pelecehan seksual dan anda menugaskan hakim junior yang lain anda untuk menginvestigasi. Sekarang, bagaimana mungkin penyelidikan itu bisa menghasilkan sesuatu?”
“Apa anda benar-benar berpikir saya melecehkan Sandra?” balas hakim.
“Nobody knows. Selama bukti ditutup rapat, tidak ada yang tahu. Lagipula, apakah ada yang percaya jika anda mengatakan ‘Saya tidak melecehkan Sandra’ tanpa berani mengeluarkan bukti?” jawab Laura.
Sang hakim menarik napas panjang. “Serahkan datanya. Hari ini,” ucapnya diakhiri dengan ketukan palu.
Laura kembali ke mejanya untuk merapikan berkas dan bersiap pulang.
“Itu tadi sangat mengagumkan,” ucap Jack.
“Itu argumenmu. Aku hanya membingkainya dengan cara yang memanusiakan situasi,” balas Laura.
“Kamu selalu menggunakan analogi,” ucap Jack.
Setibanya di firma, Brad memberitahu Laura kalau datanya sudah diberikan dan ada di ruang rapat E.
“Merepotkan. Kenapa tidak membawanya ke ruanganku saja?” protes Laura.
Laura dan Jack pun segera menuju kesana. Sesampainya di sana, Laura pun tahu kenapa data itu tidak dibawakan ke ruangannya saja. Data tersebut diberikan dengan tumpukan kardus yang menggunung.
“Mereka mencoba untuk menguburmu dengan dokumen ini,” ucap Laura.
“Mereka memilih orang yang salah,” ucap Jack.
“Jika kamu gagal, aku yang akan menguburmu. Selesaikan sampai hari Minggu. Aku harus mendatangi dan mempesona klien baru kita,” ucap Laura lalu keluar dari ruang rapat E.
LAPANGAN TENIS.
“Cuaca yang pas untuk bermain tenis,” ucap Laura.
“Senang bertemu denganmu. Ayahmu mengatakan kamu orang yang tepat membereskan masalahku,” ucap Donald.
Laura menyerahkan sebuah amplop coklat pada Donald.
Donald menerima amplop tersebut dan mengeluarkan isinya. Dia begitu terkejut begitu melihat isinya yang merupakan foto dirinya bersama wanita.
“Apa-apaan ini?!”
“Itu adalah foto anda sedang bercinta dengan wanita lain selain istrimu,” ucap Laura.
“Apa anda mencoba memerasku?”
“Anda meminta firmaku untuk menganalisa kelemahan perusahaanmu. Dan inilah kelemahan perusahaanmu. Memiliki CEO yang tidak setia dengan istrinya. Bagaimana dengan karyawannya?”
“Apa yang-”
“Istrimu memiliki 10% dari saham perusahaan. Anda telah menemui wanita di foto itu dan beberapa wanita lainnya. Menurutmu, saat voting pengambilan suara, apa yang akan dilakukan istrimu kalau dia mengetahui ini?”
“Siapa bilang dia akan tahu?”
“Anda bisa menutupi bangkainya, tapi tidak dengan baunya,”
Donald melempar amplop tersebut sebagai bentuk pelampiasan amarahnya.
“Saya memiliki solusi. Tukar sahammu yang tak memiliki hak voting untuk menjadi saham miliknya,”
“Saham itu bernilai lebih dari 20 miliar,”
“Itu hanya bagian kecil kalau dibandingkan anda akan kehilangan perusahaan. Saya tidak peduli anda tidur dengan semua wanita di kota ini. Berikan saja dia saham itu,”
“Ayahmu bilang anda akan mempesonaku untuk mengelola bisnisku,”
Laura tersenyum. “Aku tidak tertarik mengelola bisnismu. Aku tertarik untuk menjaganya.”
DI RUANGAN LAURA.
Jack duduk di atas sofa ruangan Laura dengan kasar dan menarik napas panjang.
“Aku tahu dimana mereka menyembunyikannya,” ucap Jack.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments