11

Permainan selesai. Jack keluar dari ruangan Raphael dan kemudian melihat Laura sedang berjalan. Dia pun mendekati Laura dan berbisik.

“Raphael sudah tahu,” ucapnya.

“Tahu apa?” tanya Laura.

“Rahasia kotorku. Dia tahu aku bukan alumni AAA.”

“Tidak, dia tidak tahu.”

“Kenapa kamu begitu yakin?”

“Karena kamu berjalan denganku sekarang.”

“Dia membahas banyak tentang AAA, pizza persegi-”

“Bukan berarti dia mengetahuinya.”

“Laura, menurutku, kita harus meretas sistem AAA, menaruh catatanku disana,”

“Aku tidak bisa. Aku sibuk. Aku harus meretas sistem keamanan di istana negara,”

“Serius, Laura.”

“Tidak akan ada yang mencari tahu siapa dirimu kecuali kamu memberi mereka alasan untuk itu. Raphael licik, tapi dia penakut. Dia tidak akan berpikir kita melakukan ini. karena dia tidak pernah berpikir bisa melakukan ini.”

“Aku mengerti.”

Keesokan harinya…

Jack menghadiri rapat yang dipimpin oleh Laura dan Harry. Naasnya, Jack lupa mengaktifkan mode senyap di ponselnya. Saat rapat berlangsung, ponsel Jack berdering.

“Protokol saat rapat adalah mengatur ponsel dalam mode hening,” ucap Harry.

“Uh…”

“Dan jika berdering, kamu jawab itu,” tambah Laura.

Jack menjawab panggilan itu. “Halo,”

“Tidak di dalam sini,” ucap Laura.

“Oke,” Jack keluar dari ruang rapat.

“Siapa ini?” tanya Jack.

“Ini Karel. Jangan matikan teleponnya. Aku hanya bisa menelepon sekali. Aku di penjara. Aku tidak tahu lagi siapa yang harus aku hubungi,”

Jack pergi ke kantor polisi. Tidak lama kemudian polisi membebaskan Karel.

“Hei,” Karel langsung memeluk Jack.

“Maafkan aku, bro. Maafkan aku,” ucap Karel kemudian.

“Aku pasti akan membalasmu, Jack,” ucap Karel.

Jack kembali ke firma dan Laura segera mengajaknya ke suatu tempat dengan mobil yang dibawa oleh sopirnya, Will.

Di tengah jalan, mobil yang ditumpangi mereka menabrak sebuah taksi.

“Apa kalian baik-baik saja?” tanya Willi.

“Iya,”

Sopir taksi dan Will langsung keluar dari mobil. Begitu juga dengan Laura dan Jack.

“Anda melanggar lampu merah!” ucap Willi itu.

“Lampunya masih kuning!”

“Tidak, kamu salah!”

“Maksudmu saya bohong?”

Seorang polisi datang memisahkan Will dan sopir taksi yang hampir berkelahi.

“Aku ingin kamu menemani klien kita sampai aku tiba. Jangan sebut soal kesepakatannya. Kalau dia bertanya, anggukkan kepalamu dan terlihat rapi,” ucap Laura.

Beberapa jam kemudian, Laura menelepon Jack di saat dia sedang mengobrol dengan klien.

“Sebentar,” Jack mengangkat telepon Laura.

“Halo,”

“Jangan pernah angkat teleponmu di hadapan klien,” ucap Laura.

“Tapi ini telepon darimu,”

“Berikan teleponnya pada klien kita,”

“Bu, dari Laura,” Jack memberikan ponselnya.

“Bu, Maafkan saya. Saya harus menjadwal ulang,” ucap Laura.

“Tidak perlu minta maaf. Aku suka anak ini.”

Setibanya di firma, Laura mendapat sebuah paket yang berisi dokumen.

“Apa itu?” tanya Brad.

“Willi ingin aku bersaksi di sidang,” ucap Laura.

Karel kembali menghubungi Jack.

“Apa lagi?”

“Aku ingin membayar jaminanku. Kalau kamu tidak mau bertemu denganku, aku akan mengirim ceknya padamu,” ucap Karel.

“Ya, ayo bertemu malam ini. di Ox Bar jam 19.30. kalau kamu ingin membayarku, kamu akan bayar ronde pertama,” balas Jack.

Laura mengunjungi tempat perusahaan taksi yang menabrak mobilnya tadi pagi.

“Ini hanya masalah asuransi, tidak perlu dijadikan perkara,” ucap Laura.

“Masalah asuransi? Saya mendapat luka emosional karena itu,” balas sopir taksi itu.

“Luka emosional? Gunakan ini untuk mengobati luka anda,” Laura mengeluarkan beberapa lembar uang.

“Apa anda merendahkan saya?”

“Dengar, saya peringatkan anda. Jangan jadikan ini perkara,”

“Anda tahu, saya pernah ditodong senjata tiga kali. Anda pikir jas mahal anda dan model rambut 5 juta anda akan membuat saya takut?”

“Anda membawa sopir saya ke pengadilan, saya sendiri yang akan mewakilinya. Dan saat anda kalah, anda akan membayar jasaku yang lebih mahal dari rambutku,”

“Jadi, anda bukan pelanggan sekali itu saja?”

“Willi sudah bekerja dengan saya 7 tahun,”

“Kalau begitu tidak perlu takut menjadi saksi. Karena sebagai majikannya, anda harus bertanggung jawab atas tindakannya,”

Laura tersenyum. Dia segera pergi dari tempat itu. negoisasinya tidak berhasil.

Willi naik ke atas untuk menemui Laura di ruangannya dengan menggenggam sebuah amplop.

“Pak Willi,” sapa Brad.

“Brad,”

“Ada apa ke sini?”

“Saya harus bertemu Bu Laura. Saya mendapat gugatan kasus ratusan juta. Ini bukan salah saya. Apa Bu Laura ada di dalam?”

“Ada. Silakan, Pak Willi.”

Willi masuk ke dalam ruangan Laura.

“Bu Laura, saya tidak memiliki uang sampai sebanyak ini. dan bagaimana kalau lisensi mengemudi saya dicabut?”

“Itu tidak akan terjadi. Karena saya akan membela kita berdua. Ini sangat bertentangan dengan nilai moralku. Tapi saya akan menangani kasus anda, pro bono. Saya akan membuat kasusnya dihentikan. Tenang saja, Pak Willi,” Laura mengantar Willi keluar dari ruangannya.

“Brad, telepon pengadilan. Kita butuh status prioritas untuk kasus ini,” ucap Laura.

“Iya, sudah aku coba. Hakimnya Josh.”

“Baiklah,”

OX BAR.

Jack dan Karel bertemu di sebuah bar. Tidak sengaja Karel melihat kartu nama Jack sebagai associate di firma hukum besar Phoenix Carpenter.

“Apa kamu benar bekerja disana?” tanya Karel.

“Ceritanya panjang, kamu tidak boleh memberitahu siapa pun,”

“Luar biasa! Aku selalu bilang kalau kamu berhenti menghisap ga*ja, kamu bisa melakukannya,”

“Ya, benar,”

Laura mendatangi pengadilan untuk bertemu hakim dan sopir taksi.

“Saya harus bilang pada anda, kalau mewakili diri anda sendiri dalam pengadilan bukan-” ucap Laura.

“Mau apa dia di sini?” ucap sopir taksi.

“Anda pikir anda bisa mengubah jadwal pertemuan tanpa sepengetahuanku?”

“Oh, tidak. saya tahu semua komunikasi anda dengan pengadilan,”

“Kalau cara mengemudi anda sepadan dengan pengetahuan hukum anda, kita tidak akan berada di sini. Yang Mulia, kasus ini harus dihentikan. Ini masalah asuransi.”

“Asuransi hanya membayar perbaikan, tidak dengan kerugianku,”

“Kerugian apa?”

“Karena kecelakaan itu, saya kehilangan kesempatan untuk memperoleh bonus tahunanku. Pinjaman yang saya dapat berakhir dalam seminggu. Dan saya pikir semua orang sama di mata hukum. Itulah mengapa saya datang ke sini,”

“Apa pendapat menurutmu, pengacara?” tanya hakim.

“Menurut saya, dia telah memberikan pidato yang bagus. Tapi ini hanya kecelakaan kecil, bukan gugatan ratusan juta,” ucap Laura.

“Pengadilan dimulai besok,” ucap hakim Josh.

“Terima kasih, Yang Mulia,” ucap sopir taksi.

Sopir taksi itu pergi meninggalkan Laura dan Hakim Josh.

“Dia memiliki klaim yang kuat atas gugatan ini. sebaiknya kamu persiapkan argumenmu untuk persidangan besok,” ucap Hakim pada Laura.

Laura menghembuskan napas kesal.

Di sisi lain, Jack dan Karel sudah mabuk berat. Entah berapa kali mereka meneguk minuman beralkohol. Hingga Keesokan paginya, Jack terbangun dengan tubuh yang setengah polos dan seorang wanita yang juga hanya berbalut selimut di sampingnya.

“Hey, dimana kita?” tanya Jack saat keluar melihat Karel terbangun di sofa.

Jack berjalan hendak memasuki ruangan Laura.

“Berhati-hatilah. Cuaca hari ini sangat mendung,” ucap Brad.

“Huh? Tadi cukup cerah saat aku ke sini,” Jack bingung.

“Laura gagal menghentikan kasus Pak Willi. Persidangannya hari ini,” ucap Brad.

“Mendung yang kamu maksud…?”

“Ya. Dan temperatur saat cuaca yang mendung cenderung dingin,”

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!