Sekembalinya ke firma, Jack menekan tombol lift naik untuk ke ruangannya. Lift pun terbuka. Jack menekan tombol lift naik berulang kali. Lift pun terus terbuka.
“Oh, uh.” Jack melihat lift terbuka dan masuk ke dalamnya.
Saat lift hampir kembali menutup, ada seseorang yang mencegahnya agar dapat masuk. Dan orang itu adalah Harry. Dia berdiri di samping Jack.
“Bagaimana bekerja dengan Laura?” tanya Harry.
“Aku? Oh, ya, semua baik-baik saja. aku belajar dengannya. Belajar banyak,” jawab Laura.
Setibanya di lantai tujuan, Jack segera menuju ke dapur kecil untuk minum air putih. Dia pun minum sebanyak 6 gelas air agar dapat fokus kembali setelah menghabiskan waktu bersama Robert tadi.
Seseorang yang ditugaskan Raphael untuk mengerjakan pekerjaan Jack datang membawakan selembar kertas.
“Terima kasih banyak, bro!” ucap Jack. Jack segera membawa kertas itu ke ruangan Laura.
Laura tampaknya sedang bertelepon. Jack meletakkan kertas itu di atas meja Laura tepat di hadapannya.
“Saya akan menghubungi anda, lima menit lagi,” ucap Laura di telepon dan segera mengakhirinya.
“Apa ini?” tanya Laura.
“Apa ini? ini klaim yang telah terverifikasi yang sudah aku koreksi,”
“Kamu pikir kamu sedang berada di rumah? Kamu tidak bisa menerobos saat aku menelepon. Sebentar. Kenapa wajahmu memerah?” ucap Laura.
“Aku?”
“Wajahmu sangat merah. Seperti terbakar matahari,”
“Um, ya… aku… pagi ini, Raphael mengajakku ke sebuah klub tenis.”
“Orang gila. Kalau kamu bermain tenis sepanjang pagi, bagaimana kamu punya waktu mengurus klaim ini?” tanya Laura seraya menunjukkan selembar kertas yang dibawa Jack.
“Um… dia… aku… sebenarnya, aku menelepon mereka tadi pagi. Dan Raphael membantuku…”
Laura berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Jack. “Lihat aku.”
“Dia melakukan sesuatu. Ke associate yang lain…” ucap Jack.
“Lihat aku,” ucap Laura.
Jarak Jack dan Laura kini saling berdekatan. Mata keduanya pun bertemu. Terlebih Laura sedang meneliti apa yang terjadi pada Jack.
“Kamu mabuk,” ucap Laura,
“Keluar.” Laura berbalik badan dan kembali duduk di kursinya.
“Laura, kamu tidak mengerti apa yang terjadi. Raphael…”
“Keluar.”
Jack pun berjalan keluar dari ruangan Laura. Dia pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya.
Laura membuka pintu ruangan Raphael dengan kasar.
“Kamu membawa Jack keluar pagi ini?” tanya Laura.
“Ya.”
“Apa maumu?”
“Kenapa? Cemburu? Laura, ayolah. Anak itu membutuhkan mentor yang bisa memberi masukan. Luangkan waktumu,”
“Aku beritahu padamu. Kalau kamu melakukan sesuatu padanya-”
“Bu Laura, klien anda kembali menelepon,” ucap Brad.
Laura pun terpaksa pergi dari ruangan Raphael untuk mengangkat telepon dari kliennya yang sempat terputus tadi.
Beberapa jam kemudian, Jack mendatangi ruangan Laura.
“Apa dia sedang luang?” tanya Jack pada Brad.
“Tidak untukmu,”
“Seberapa banyak yang dia beritahu padamu?”
“Dia tidak perlu memberitahuku, aku tahu dari wajahnya. Masuk saja. dan hati-hati,”
Jack masuk ke dalam ruangan Laura.
“Kita sudah membahas ini. menerobos masuk-” ucap Laura.
“Aku tidak akan pergi sampai kamu mendengarkan aku. Dengar, ini bukan salahku. Raphael menyuruhku,”
“Raphael menyuruhmu. Dia memaksamu menghisap ga*ja.”
“Iya, benar. Dia menggunakan hasil tes narkoba dimana aku gagal lolos. Dan dia bilang kalau aku tidak mau membantu dia mendapat klien ini, dia akan memecatku.”
Laura tidak memedulikan Jack. Dia berjalan menuju rak buku untuk mengambil sebuah buku.
Jack mengikutinya.
“Ayolah, itu sama dengan mengajak orang minum,” ucap Jack.
“Kita sudah sepakat,” balas Laura.
“Aku minta maaf,”
“Dan kedepannya, kalau Raphael menyuruhmu melakukan hal yang aku larang, apa yang akan kamu lakukan?”
“Sudah aku bilang, aku tidak punya pilihan,”
“Karena dia menodongmu,”
“Ya,”
“Apa pilihanmu saat seseorang menodongmu?”
“Kamu lakukan apa yang mereka mau, memberikan apa yang mereka mau, atau kamu tidak selamat,”
“Kamu salah. Rebut pistolnya, atau bilang ini hanya gertakan atau berteriak, banyak hal yang bisa kamu lakukan. kalau kamu tidak bisa menanganinya, kamu tidak cocok untuk ini,”
“Aku bisa dan akan aku lakukan. aku lakukan yang seharusnya. Aku-”
“Yang membuat aku mempekerjakanmu, aku mengharapkan loyalitasmu. Kalau Raphael memintamu melakukan hal seperti itu, kamu bisa datang dan tanya aku dulu. Kamu tahu, saat kamu mengacau di deposisi Lorraine kemarin, aku tidak menyalahkanmu, aku mengatasinya. Karena itu tugasku, dan tugasmu adalah melakukan apa yang aku perintahkan. Jadi, kalau kamu bicara soal loyalitas, kamu sebaiknya memantaskan dirimu,”
“Kamu benar. Aku benar-benar menyesal. Laura, aku butuh kepercayaanmu. Aku akan bekerja sekeras mungkin, selama apa pun untuh mendapatkan kepercayaanmu. Kamu bahkan tidak perlu membayarku. Aku akan bekerja tanpa bayaran,”
“Tanpa bayaran,”
“Apa? Maksudmu… tidak selamanya. Seperti, masa percobaan,”
Tok. Tok. “Bu Laura, Pak Harry ingin bertemu Jack di ruangannya sekarang,” ucap Brad.
DI RUANGAN HARRY.
Jack duduk di kursi sementara Harry berdiri menatap ke arah jendela yang menampilkan pemandangan di pusat kota.
“Raphael memberitahu yang kamu lakukan di klub tenis,” ucap Harry.
“Saya yakin dia tidak memberitahumu semuanya,” balas Jack.
“Cukup untuk membuatku terkesan. Membawa klien baru itu memang sulit, kamu dijanjikan semuanya, tapi selama mereka belum menyepakatinya, itu tidak ada artinya. Aku tidak tahu apa yang kamu katakan pada Robert Huntler, tapi mendapat klien pada orang baru sepertimu, mengingatkanku pada Laura,” ucap Harry.
Tok. Tok. “Bu, ada sesuatu yang Pak Robert ingin tanyakan soal bayaran,” ucap Raphael yang datang bersama Robert.
Jack pun terkejut hingga berdiri dari kursinya saat melihat kedatangan Robert di ruangan Harry.
“Ini bukan masalah besar,” ucap Raphael kemudian.
Raphael pun mengurus perjanjian bersama Harry, Jack mendekati Robert.
“Bukankah kamu tidak ingin berurusan dengannya lagi?” tanya Jack kecil pada Robert.
“Itu benar. Tapi aku butuh orang yang licik. Licik denganku, bukan licik padaku. Dan aku sudah dengar tentang atasanmu,” jawab Robert.
“Sebenarnya, atasanku itu bukan Raphael,”
“Aku tahu. Laura Phoenix. Aku rasa kita bertiga menjadi satu tim, akan sangat menguntungkan,” ucap Robert.
JAM 11 MALAM, FIRMA HUKUM PHOENIX CARPENTER.
RUANG ARSIP DOKUMEN.
Laura perlahan memasuki ruangan yang isinya hanyalah rak-rak tinggi menjulang. Dan kardus tempat menyimpan dokumen. tersusun rapi di rak itu. Hampir 1 dekade dia bekerja di firma, namun baru hitungan jari dia memasuki ruangan itu.
“Aku selalu dengar tentang buruknya tempat ini. Dimana dokumen perjanjian opsi saham disimpan?” ucap Laura yang berada di belakang Jack.
Kala itu, Jack sedang sibuk dengan sebuah dokumen. Mendengar suara Laura, dia berbalik badan untuk menjawab.
“Aku tidak yakin, tapi dokumen perjanjian ada di ujung lorong sebelah kanan,” jawab Jack lalu kembali berbalik, berkutat pada dokumennya.
“Tempat ini tidak seburuk itu…” ucap Laura.
“Apa kamu pernah menonton film dewasa bertemakan kantoran?” tanya Jack tanpa berbalik badan.
“Tidak. Film dewasa bertemakan kantoran? Klise sekali,” jawab Laura.
“Berarti kamu tidak tahu,” ucap Jack.
“Tidak tahu apa?”
Jack berbalik badan. “Ruangan ini menjadi latar tempat adegan film dewasa,”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments