3

DI RUANGAN LAURA.

“Beri tahu aku perkembangannya,” ucap Laura tanpa melihat Jack.

“Kamu tahu, dia adalah wanita yang baik,” ucap Jack.

“Yang aku ingin tahu adalah perkembangan kasusnya,”

“Wanita ini hidupnya menjadi berantakan.”

“Aku tidak ingin terlibat perasaan dengan klien.”

“Kamu bahkan tidak peduli?”

“Aku tidak peduli dengan perasaan. Aku peduli dengan kemenangan.”

“Kenapa tidak keduanya?”

Laura meletakkan bolpoin yang sedang dia gunakan di atas meja. Baru kali ini Laura menatap Jack yang berdiri di depan meja kerjanya.

“Biar aku katakan sekali lagi. Laporkan perkembangan kasusnya, Jack Andrew. Kamu mengerti maksudku, kan?” ucap Laura.

“Mereka mengirim data hasil investigasi sebagai bukti-”

“Tidak. mereka tidak melakukan itu. tidak ada yang melakukan penyelidikan,” Laura memotong kalimat Jack.

“Mereka mengirim file-file itu karena ingin dilihat olehmu sebagai pengacara. Dengarkan aku. Menjadi pengacara itu sama seperti dokter,” sambung Laura.

“Maksudmu seperti kamu tidak terikat perasaan dengan klien?” tanya Jack.

“Tidak. Maksudku, kamu harus terus menekan sampai pasien mengeluh kesakitan. Maka kamu akan tahu dimana sakitnya.” jawab Laura.

“Lupakan soal mensomasi penyelidikannya. Itu tidak akan mengarah kemana pun. Tidak ada karyawan yang mau bersaksi untuk menjatuhkan CEO mereka sendiri. Jadi, apa yang kamu sarankan?”

“Coba kamu berpikir, orang ini tidak melakukannya kali ini. dia sudah pernah melakukannya sebelumnya. Dan kalau orang-orang yang bekerja untuknya tidak mau bersaksi melawannya. Seseorang yang pernah bekerja untuknya mungkin mau. Sampai sini kamu mengerti?” balas Laura.

“Aku akan mensomasi, untuk catatan karyawannya, setiap wanita yang meninggalkan perusahaan selama masa jabatan orang ini.”

“Lalu?”

“Aku tidak tahu cara membuat somasi.”

“Cari tahu sendiri,” ucap Laura lalu keluar dari ruangannya untuk menemui Brad.

Jack pun mengikuti Laura y\=ke meja Brad.

“Brad, bisa ajarkan aku cara membuat somasi?” tanya Jack.

“Tentu saja,” jawab Bradley.

“Dan setelah itu, kamu ingin Brad mengajarkan bagaimana membersihkan kotoran di p*ntatmu?” sahut Laura.

Brad memberikan sebuah kartu nama ke Jack.

“Apa ini?” tanya Jack.

“Itu penjahitku. Datang dan katakan aku mengutusmu,” sahut Laura.

“Apa ada yang salah dengan pakaianku?” tanya Jack.

“Orang akan meresponmu berdasarkan pakaian yang kamu kenakan. Jadi, suka tidak suka itu yang harus kamu lakukan,” jawab Laura.

“Ini aneh. Kamu memberiku saran. Kedengarannya seperti kamu peduli denganku. Bukankah kamu bilang kamu hanya mementingkan dirimu dan kemenangan saja?” balas Jack.

“Kamu adalah refleksi diriku. Dan aku benar-benar peduli pada diriku. Jadi, buang dasi kunomu itu dan pergi ke penjahitku,” ucap Laura.

Jack lalu pergi.

“Itu sedikit keras,” ucap Brad.

“Benarkah?”

“Ya.”

Jam 18.00

Jack merapikan meja kerjanya dan mengambil tasnya untuk bersiap pulang. Olivia datang menghampiri Jack.

“Jack, mau kemana?”

“Ini sudah jam 6. Aku ingin pulang.”

“Kamu seorang associate pendatang baru. Kalau kamu pulang sebelum jam 9 pada minggu pertamamu, kamu tidak akan melewati bulan pertamamu. Dan, Raphael Meyer ingin bertemu denganmu,” ucap Olivia.

“Bolehkah aku bertanya padamu?”

“Ya. Ada apa?”

“Apa dasi ini terlalu kuno?”

“Ya.”

Olivia pergi.

Jack pergi ke ruangan Raphael Meyer.

“Saya tahu anda sudah diorientasi oleh Olivia. Tapi saya ingin memberikan sambutan khusus. Di antara yang lain, aku penegak disiplin para associate,” ucap Raphael.

Tok. Tok. Seseorang mengetuk pintu ruangan Raphael.

“Permisi, pak. Anda ingin bertemu dengan saya?” ucap seorang pemuda.

“Iya. Terry, silakan masuk. Jack, ini Terry. Terry salah satu dari associate kami yang paling menjanjikan dari tahun lalu,” ucap Raphael.

“Oh, hai. Saya Jack,” ucap Jack.

“Terry, Direktur Phoenix ingin saya menanyakan padamu, kamu sudah menyelesaikan kasusmu mengenai perjanjian perusahaan Ocean yang tengah berselisih?” tanya Raphael.

“Oh, itu. orang tua saya datang pekan ini. jadi-”

“Jadi, kamu belum menyelesaikannya? Ini sepertinya sudah ketiga kalinya saya menanyakan ini padamu,” tanya Raphael.

“Saya akan segera menyelesaikannya,” jawab Terry.

“Tidak perlu repot-repot. Kamu dipecat,” ucap Raphael.

“Apa? Anda tidak bisa memecatku,” ucap Terry.

“Saya bisa. Dan baru saja saya lakukan. Kemasi barangmu. Jangan pernah tunjukkan wajahmu di tempat ini lagi,” ucap Raphael.

Terry keluar dari ruangan Raphael. Sementara Jack masih bergidik ngeri atas apa yang barusan Raphael perlihatkan padanya.

“Lihat. Saya sengaja mengatur ini padamu. Kami membayar para associate kami dengan sangat baik. Dan kami memberikan kesempatan untuk kemajuan dan berkembang. Tapi sebagai imbalannya kami menginginkan hasil. Apakah sudah jelas?” ucap Raphael.

Jack mengangguk.

“Bagus. Selamat datang di Phoenix Carpenter,” ucap Raphael.

Saat Jack sampai di rumah, dia mendapati pintu rumahnya tidak terkunci. Dan begitu dia masuk, temannya, Karel sedang menonton televisi di ruang tengah.

“Sedang apa kamu disini?” tanya Jack.

“Sedang menonton pertandingan bisbol. Kamu tidak menjawab teleponku,” jawab Karel.

“Ah, ya. Itu karena kamu menjebakku. Apa kamu ingat itu?”

“Kamu pikir aku tahu tentang itu? ok, kamu butuh uang. Dan aku datang seperti biasa. Selain itu, bukan kamu satu-satunya yang mendapatkan masalah. Mereka menodongkan pistol padaku.”

“Oh, begitu ya?”

“Aku memberitahumu kenyataannya.”

“Ya, sekarang sudah terlambat.”

“Biarkan aku memperbaikinya,”

“Kamu ingin memperbaikinya? Kembalikan kunci rumahku!” Jack meninggikan suaranya.

Karel pun menyerahkan kunci rumah Jack. Jack membuka pintu rumahnya untuk mengusir Karel.

“Jack, ayolah. Aku tidak ingin bermusuhan denganmu,”

“Keluar dari rumahku. keluar. Keluar sekarang,”

Setelah Karel keluar dari rumahnya, Jack menutup rapat pintu rumahnya lalu mengecek ke tumpukan boks untuk memastikan tas koper berisi gan*a itu masih aman.

Pagi harinya…

“Brad, aku perlu-” Kalimat Laura terhenti saat Brad memberikan sebuah surat dan sebuah cup berisi kopi panas.

“Oh, aku juga tidak memiliki kesempatan untuk-”

“Menikah denganku? Aku juga sudah mengurus itu. kita sudah menikah selama 9 tahun,” ucap Brad.

“Bagus,” Laura berjalan pergi.

Jack mengejar Laura.

“George Fame melawan somasi itu. mereka mengajukan mosi untuk membatalkan kasus ini dengan alasan kurangnya bukti,” ucap Jack yang sambil berjalan, menyeimbangi langkah kakinya dengan Laura.

“Baik,” balas Laura.

“Baik. Tunggu, apa maksudmu, ‘baik’?”

“Kamu menekan dimana dia terluka.”

“Lupakan soal analogimu. Bagaimana jika mosi mereka disetujui dan kasus akan dihentikan?” tanya Jack.

“Kamu tidak sebaik yang aku pikirkan,” jawab Laura.

Mereka lanjut berjalan hingga melewati ruangan Harry. Melihat Harry keluar dari ruangannya, Jack pun langsung pergi menghindar.

“Laura, kebetulan sekali bertemu. Daddy ingin tahu bagaimana perkembangan pro bono,” ucap Harry.

“Aku sedang menanganinya,”

“Itu membuatku senang. Kalau Daddy mendapati kamu tidak bersungguh-sungguh, Daddy akan sangat marah.”

“Jangan khawatir. Semua baik saja,” Laura lanjut berjalan.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!