12

Jack berjalan hendak memasuki ruangan Laura.

“Berhati-hatilah. Cuaca hari ini sangat mendung,” ucap Brad.

“Huh? Tadi cukup cerah saat aku ke sini,” Jack bingung.

“Laura gagal menghentikan kasus Pak Willi. Persidangannya hari ini,” ucap Brad.

“Mendung yang kamu maksud…?”

“Ya. Dan temperatur saat cuaca yang mendung cenderung dingin,”

“Apa lagi yang kamu tahu tentang Laura? Apa yang dia lakukan saat suasana sedang tidak baik? Apa dia melampiaskannya dengan melempar-lempar barang? Atau silent treatment?”

“Dia bisa melakukan keduanya, sesuai keinginannya,”

“Apa kamu juga bisa mencari tahu peruntunganku hari ini?”

“Masuklah.”

Jack masuk ke dalam ruangan Laura.

“Laura,”

“Jam berapa sekarang?”

“8 lewat-”

“Tugasmu adalah mempermudah hidupku. Kalau kamu tidak memahami itu, untuk apa aku mempekerjakanmu?”

“Ringkasan laporan kepolisian,” Jack menaruh sebuah dokumen di atas meja Laura.

“Hasil analisa lampu lalu lintas,” Jack menaruh lagi sebuah dokumen di atas meja Laura.

“Bonus tahunan pegawai,” Jack menaruh lagi sebuah dokumen di atas meja Laura.

“Apa ini semua cukup untuk menjadi alasanmu mempekerjakanku?” tanya Jack.

“Aku kira kamu mengatasi masalah dengan klien kemarin. Kamu justru masuk ke dalam koran,” ucap Harry yang masuk ke dalam ruangan Laura seraya menunjukkan halaman tertentu pada koran.

Laura menjadi topik hangat yang dibicarakan hingga dimuat di koran karena menjadi pengacara yang melawan sopir taksi. Sopir taksi itu bahkan tidak didampingi pengacara.

“Daddy ingin aku mengambil kasus pro bono, ‘kan? Aku lakukan. pro bono bisa meningkatkan citra firma,” ucap Laura.

“Ini membuat kita terlihat seperti penindas kaya melawan sopir taksi. Apa menurutmu ini akan meningkatkan citra firma kita?” balas Harry.

“Aku menolak menjawabnya, karena aku tidak mau,”

Harry menatap Jack.

“Seseorang bersenang-senang semalam. Apa kamu menjawab telepon yang seharusnya tidak kamu jawab?” ucap Harry lalu keluar dari ruangan Laura.

“Aku… aku tidak… aku hanya...”

“Sekedar masukan. Saat orang penting bertanya hal seperti itu, itu hanya pertanyaan retoris,” ucap Laura.

(*retoris: kalimat yang berupa pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena jawaban atau maksud penanya sudah terkandung dalam pertanyaan tersebut.)

“Aku mengerti,” Jack hendak keluar dari ruangan Laura.

“Sebelum kamu pergi, telepon kemarin, saat kamu menjawabnya di tengah rapat-” Laura berjalan mendekati Jack yang s\=berdiri di dekat pintu.

“Ya, maaf. Itu tidak akan terjadi lagi,” ucap Jack.

“Itu telepon dari siapa?” tanya Laura.

“Um, dari temanku. Keadaan darurat. Ngomong-ngomong, kamu bertanya seolah kamu kekasihku,”

“Keadaan darurat seperti apa?”

“Um..”

“Apa itu teman yang membuatmu hampir tertangkap karena perdagangan nark*ba? Temanmu yang itu? siapa namanya? Karl?”

“Karel. Dia tidak berjualan nark*ba lagi, Laura,” ucap Jack.

“Jadi benar dari dia. dia meneleponmu dari penjara?”

Jack terdiam.

“Kamu tahu, aku mencari nafkah dengan mempelajari bagaimana membaca orang, Jack. Kalau aku bisa mengetahuinya, Ayahku juga. Apa itu kesan yang ingin kamu perlihatkan di sini?” ucap Laura kemudian.

Jack masih terdiam.

“Dia bukan temanmu. Dia hanya menghambatmu. Singkirkan dia,” ucap Laura lagi.

“Dia teman terlamaku, Laura. Aku tidak mungkin membiarkan dia membusuk di penjara,” Jack berbicara.

“Apa kamu yakin ini tidak akan terjadi lagi? Karena ini pasti akan terjadi lagi, kamu akan membayar uang jaminannya? Membahayakan dirimu? Dan aku? Kamu sudah menyuruhku meretas sistem AAA hanya karena Raphael menanyaimu sedikit tentang AAA dan pizza persegi sialan itu. tapi kamu tidak mempertimbangkan temanmu itu?”

“Kamu tahu, kalau bukan karena Karel, kamu dan aku tidak akan pernah bertemu,” ucap Jack.

“Jangan berhubungan lagi dengannya,” Laura menegasi kalimatnya.

Jack keluar dari ruangan Laura. Saat keluar, dari ujung sana, Jack melihat kedua orang laki-laki yang dia lihat di bar semalam di meja resepsionis.

“Kami ingin menemui Jack Andrew. Dia seorang associate. Kami mengetahuinya dari temannya, Karel,”

Jack pun berjalan perlahan untuk menghindar dari kedua orang itu. namun naasnya, keberadaan Jack dilihat oleh mereka dan mereka mengejar Jack.

Kebetulan lift terbuka dan Raphael ada di dalamnya seorang diri, Jack masuk ke dalamnya. Dia menekan tombol menutup lift berkali-kali. Saat lift hampir menutup sempurna, lift itu terbuka kembali karena ditahan oleh kedua orang yang mengejar Jack.

Kedua orang itu masuk ke dalam lift. Lift tertutup.

Saat tiba di lobi, Jack segera berjalan cepat, semakin cepat, hingga berlari untuk menghindar. Kedua orang itu mengejar Jack sampai keluar dari firma. Yang Jack lakukan hanyalah berlari. Hingga dia melihat ada beberapa polisi yang sedang berpatroli.

“Pak, maaf, mau ke jalan Rosemary itu ke arah sana, ‘kan?” ucap Jack.

“Iya, benar,”

“Uh, maaf aku benar-benar buta arah. Apa benar jalan ini?”

“Benar, jalan ini.”

“Jalan ini, ya,”

Jack berusaha mengulur waktu dengan polisi itu sampai kedua orang berhenti mengejarnya dan pergi.

“Karel, hubungi aku segera,” ucap Jack di telepon saat Karel tidak menjawab.

Jack dan Laura tiba di tempat janji bertemu dengan klien yang kemarin Laura batalkan karena masalah kecelakaan mobil.

Laura mendapati jas Jack yang robek.

“Bagaimana jasmu bisa sobek?” tanya Laura.

Tanpa menjawab Laura, Jack melepaskan jasnya dan menaruhnya di dalam mobil.

“Aku bertanya, bagaimana jasmu bisa sobek?” tanya Laura lagi.

“Ada orang yang datang ke firma. Mereka mencariku. Aku tidak tahu apa yang mereka inginkan, tapi aku yakin itu ada hubungannya dengan yang dilakukan Karel.”

“Dan kamu tidak ingat saat aku mengatakan untuk tidak berhubungan lagi dengannya? Jadi, Tolong. Pertama-tama, Karel bukan temanmu. Kamu ingin tahu kenapa aku loyal pada Pak Willi? Aku bahkan mengancam citra firma untuk membelanya. Kamu tahu? aku menaiki taksi dan meninggalkan 6 juta di dalamnya, kebetulan Pak Willi adalah sopirnya. Dia menemukan uang itu dan melacakku. Tidak sepeserpun hilang. Dan reaksi pertamanya saat kecelakaan kemarin terjadi adalah bertanya apakah kita baik-baik saja. sekarang, apa yang akan dilakukan Karel? Jangan berhubungan lagi dengannya,”

PERSIDANGAN LAURA VS SOPIR TAKSI.

“Persidangan dimulai. Saudara Rick, berikan pernyataan anda,” ucap hakim.

“Menjadi sopir taksi bukan hal yang mewah. Tapi itu salah satu pekerjaan yang jujur. Saya menarik penumpang sebanyak mungkin setiap harinya untuk mencapai target demi mendapatkan bonus tahunan yang receh. Tapi… karena tindakan dari orang ini, aku kehilangan kesempatan itu,” ucap Rick, sopir taksi.

“Lupakan kasusnya. Mereka akan membuatnya menjadi preseden. Pernyataan seperti lemparan bebas, tenang, pak,” ucap Laura pada Willi.

“Anda pasti setuju bahwa sopir layanan pribadi lebih banyak menyebabkan kecelakaan-” ucap Rick kepada Willi yang terpotong saat Laura berdiri dari kursinya dan mengajukan keberatan.

“Keberatan. Argument berlebihan,” ucap Laura.

“Lanjutkan,” ucap hakim.

Rick memulai pernyataannya lagi yang kemudian disela oleh Laura,

“Keberatan. Argumentatif,”

Laura terus mengajukan keberatan saat Rick mengeluarkan pernyataannya.

“Keberatan. Memojokkan saksi,”

“Keberatan. Ambigu,”

“Hak privilege,”

“Lanjutkan,” ucap hakim.

“Ada lagi, Saudara Rick?” tanya hakim.

“Ya, Yang Mulia. Saya ingin memanggil saksi Jack Andrew ke mimbar,” ucap Rick.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!