Bab 16

"Rara kedepan" perintah pak Jarwo.

"Apa sih pak, orang Rara gak salah apa-apa pake di suruh ke depan segala."

"Kamu itu dari tadi berisik, dan kamu sadar gak? ulah kamu itu bikin risih semua teman sekelas kamu, mereka itu lagi belajar Rara jangan kamu ganggu."

"Ya belajar mah belajar ajalah, orang Rara gak ngapa-ngapain kok ganggu mereka?" sahut Rara gak terima.

"Tapi kamu berisik dan kamu ganggu konsentrasi mereka semua, kenapa kamu belajarnya gak kaya mereka? diem dan nulis dengan benar bisa gak?" Geram pak Jarwo.

"Ish, males ah Rara ketoilet ya" ucap Rara minta ijin, namun belum sempat di jawab ia langsung menyelonong begitu saja.

"Sttt, temen lo tuh" bisik Rio pada Rani.

"Temen kita kali" balas Rani tak terima.

"Menurut lo, dia mau kemana? bolos apa jajan tu anak" tanya Rio, sedangkan Rani hanya mengangkat bahunya lalu kembali pokus pada buku catatannya.

Rio beranjak dari duduknya sehingga menjadi pusat perhatian seluruh teman sekelasnya, maupun Rani, "Mau kemana lo?"

"Nyusul Rara" jawabnya, "Pak saya ijin ketoilet sebentar.

"Hehhh tadi Rara sekarang Rio, mereka berdua memang sengaja bersekongkol."

"Woy Ra, mau kemana lo?"

Rara membalikkan badannya, dan begitu sumringah melihat Rio, "Aaa Rio demi apa lo keluar juga, Bolos yu?" ucap Rara sembari merangkul pundak Rio.

"Udah gue duga" Rio memutar bola matanya.

"Suntuk bro di kelas mulu, males sama pelajaran yang itu-itu mulu pembahasan juga itu-itu mulu, tapi giliran ulangan malah beda pembahasan kan rada-rada" Rio terkekeh mendengar ucapan Rara.

"Eh Yo"

"Hmm" jawab Rio.

"Gue rasa-rasa kok lo kaya beda ya? kaya lebih ke cool cool gitu sekarang kaga petakilan kaya dulu."

"Ckk perasaan lo aja" jawab Rio melapas tangan Rara dari pundaknya dan berjalan terlebih dahulu menuju kantin, dengan tangan yang ia masukan ke dalam saku celana seragamnya.

"E elehhh, tungguin gue napa Yo" teriak Rara lalu mengejar Rio.

"Lo mau kemana? tanya Rara.

"Toilet"

"Lah? gak mau bolos? kirain gue lo keluar mau bolos kaya gue."

Mendengar ucapan Rara, Rio spontan menghentikan langkahnya, ia membalikkan badannya menghadap Rara. Pria itu mengeluarkan tangan kirinya dari saku celana seragamnya.

"Bolos mulu" Rio merungkup wajah Rara dengan tangannya sekilas.

"Ish"

"Ngapain masih ngikutin gue? Mau ikut ke toilet juga?"

"Kaga, yaudah sana lo" jawabnya, "Kirain gue dia keluar kelas karena mau nemein gue bolos, eh taunya cuma ketoilet dasar Rio. Yaudahlah sendiri juga oke."

"Mau kemana?" tanya seseorang membuat Rara menghentikan langkahnya.

"Bolos"

"Cepat masuk kembali ke kelas"

"Apaan sih gue mau bolos" kekeh Rara.

"Athara cepat masuk kembali ke kelas" tegas Al.

"Gak mau"

"Kamu bisa jangan nakal seperti ini? kamu itu perempuan Rara, apa kamu kira kamu pantas dan keren dengan kelakuan kamu yang kaya gini hmm.

"Udah bacotnya? bisa diem gak? lo siapa berhak ngatur-ngatur gue, minggir, gue gak suka di atur-atur.

Al hanya menghela nafas dengan perlakuan Rara, gadis itu memang belum ada perubahan sedikitpun.

Jam istirahat sudah berbunyi sekitar satu menit yang lalu, Rara dan Rani sedang berjalan berdampingan menuju kantin. Tujuan utama sangat jelas, yaitu untuk mengisi perutnya yang lapar.

"Ra, lo di panggil pak kepal tu" ucap Dina yang baru saja datang di hadapan Rara dan Rani.

"Ngapain?"

"Mana gue tau"

"Yaudah thanks, gue kesana dulu Ran" Rani mengangguk dan berjalan kembali, tetapi kali ini sendiri.

Rara berjalan menuju ruang kepala sekolah untuk menghadiri panggilannya yang salah satu temannya sampaikan, ia pun tak tahu jelas tujuannya di panggil oleh kepala sekolah untuk apa.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam Rara" jawab pak kepal.,

"Maaf pak, kata Dina bapak manggil Rara buat kesini ya? Kalau Rara boleh tau ada apa?"

"Ya memang benar saya menyuruh Dina untuk memanggil kamu kesini untuk segera melunasi SPP atau uang bulanan kamu karena sebentar lagi kita sudah akan masuk ke dalam ujian kelulusan" ucap pak kepal menjelaskan, "Tapi kamu tenang saja, semuanya sudah lunas terbayar.

Rara mengerutkan keningnya mendengar penjelasan dari pak kepal, "Siapa yang ngelunasin semuanya pak? Nenek Rara sih gak mungkin karena Rara tau nenek Rara gak punya uang.

Pak kepala sekolah itu tersenyum, "Beruntung sekali kamu bisa mendapatkan pak Al, ia yang sudah melunasi uang bulanan kamu semuanya?"

"Hah?"

"Ini makanan...."

"Gue mau tanya kenapa lo ngelunasin semua SPP gue?" serobot Rara.

"Jika baru datang, ucapkan salam lalu duduk dulu jangan langsung berbicara seperti itu" nasehat Al lembut.

Rara duduk di sebelah Al dengan tangan yang terlipat di dadanya, pandangan mata gadis itu terus tertuju ke depan.

"Jawab" ucap Rara.

"Jawab apa?"

"Kenapa lo ngelunasin uang SPP gue?"

Al menghela nafas, ia tersenyum sangat manis kepada Rara, "Karena itu sudah kewajiban saya Ra, semua yang bersangkutan sama kamu itu tanggung jawab saya."

Rara terkejut, ia menghadapkan tubuhnya kepada Al, "Tanggung jawab apa maksud lo?"

Astaghfirullah, maaf abah, nek,, ucap Al dalam hati.

"K-kamu.....kamu..."

"Lo bisa gak sih kalo ngomong gak usah gagu? Dengerin gue ya, gue gak suka kalo lo terlalu mencampuri kehidupan gue, gue gak suka lo ngatur-ngatur gue, gue gak suka lo selalu ngelarang gue deket sama Rio padahal dia temen gue sendiri" ucap Rara dengan nafas yang memburu, "Gue emang miskin, tapi tolong jangan ngerendahin gue dengan cara lo ngelunasin semua SPP gue, atau dengan cara lo ngasih gue duit yang banyak. Dengan itu semua, seakan-akan lo ngehina gue karena gue gak mampu bayar.

"Ra, saya...."

"Gue gak suka lo ada di kehidupan gue, gue cape kalo harus hidup dengan adanya lo di hidup gue. Awalnya dengan kehadiran lo di hidup gue, gue ngerasa fine-fine aja. Tapi kenapa sekarang? Sekarang gue benci lo masuk ke kehidupan gue, lo tau gak? lo itu cuma orang yang sok paham agama, dan dengan agama lo itu lo jadi ngerasa manusia yang paling mewah."

Al terdiam, matanya memerah, setersiksa itukan dia ketika dirinya masuk kedalam kehidupan Rara?, Dada Al rasanya sesak mendengar semua ucapan Rara, "Maaf saya permisi" ucap Al lalu hilang dari pandangan Rara.

"Manusia freak"

"Saya cape harus terus berpura-pura seperti ini Ra, saya cape terus-terusan menahan rasa rindu saya terhadap kamu, saya cape dengan kita yang selalu menjadi guru dan murid atau sebagai Gus dan santriwati. Padahal nyatanya kita lebih dari itu, saya mohon tolong secepatnya kamu menyadari ini" gumam Al dengan sesak yang menyeruak di dadanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!