Guru ngeselin:
16.03 [Baru sampai mana? kenapa jam segini belum sampai?]
1Me Ra:
16.04 [Sorry gue gak kesana ya]
Guru ngeselin:
16.06 [Kenapa? bukannya sebelumnya kita sudah ada janji?]
Me Ra:
16.06 [Tiba-tiba gue gak enak badan, jadinya gue gak kesana]
Guru ngeselin:
16.06 [Read]
"Dih di read doang" gumam Rara.
"Sorry deh gue gak ke pesantren, soalnya gue takut ada adek lo. Bukannya apa tapi gue masih kesel sama dia yang bisa-bisa nuduh gue mau morotin lo, padahal walaupun gue hidup sederhana tapi gue gak mungkin ngelakuin hal kaya gitu" ucap Rara berbicara sendiri.
Tingg
Guru ngeselin:
16.32 [bukain pintunya, saya ada di depan rumah kamu]
Spontan saja Rara melebarkan matanya sampai mau keluar, Al? guru ngeselin itu buat apa datang kerumahnya?
"Aduhh pasti karna gue tadi bilang gak enak badan makanya dia kesini" pikirnya.
"Gue harus gimana?"
"Gue bukain gitu? aduh gak mungkin kayanya" ucapnya dengan panik.
"Oke tenang Rara, mari kita bales pesannya" Rara mengambil kembali ponsel yang tergeletak di kasurnya, ia membuka pesan WhatsApp dari Al dan mulai mengetikkan sesuatu di sana.
Me Ra:
16.40 [Gue gak bisa berdiri, pulang aja"
Guru ngeselin:
16.42 [Nek Rina sudah membuka pintu]
16.42 [Sekarang saya ada di ruang tamu mau menuju kamar kamu]
"Eh eh, apa nih? kok mau ke kamar gue? bisa-bisa dia tau dong kalo gue gak sakit" gumamnya semakin panik.
"Gimana kalo nenek bilang gue gak sakit aaaa tau deh.
Guru ngeselin:
16.45 [Saya di depan pintu kamar kamu, apa boleh saya membukanya?]
Me Ra:
16.45 [Di kamar cuma ada gue doang tau]
Guru ngeselin:
16.46 [Tidak apa-apa]
Me Ra:
16.47 [Dih, kalo lo apa-apain gue gimana?]
16.47 [Pulang aja sana]
Guru ngeselin:
16.50 [Iya, makanannya saya simpan di meja depan kamar kamu jangan lupa di makan]
Me Ra:
16.51 [Lo beneran pulang?]
Guru ngeselin:
16.51 [Iya]
"Beneran udah pulang belum sih? tapi kayanya iya" monolognya.
Rara beranjak dari kasurnya untuk keluar, mengambil makanan yang di maksud Al. Ia membuka sedikit pintu kamarnya dan mengeluarkan kepalanya saja untuk melihat sekitar ruang tamu. Ternyata benar, Al sudah tidak ada.
"Oke, udah gak ada"
Rara keluar dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat, ia mengambil makanan yang Al berikan dan menghirup aromanya karena menurutnya, aroma makanan yang Al berikan sangatlah enak.
"Siapa yang mengajarkan berpura-pura sakit seperti ini hmm?" ucap Al yang tiba-tiba saja datang entah dari mana.
Rara terkejut, bukan kah Al sudah pulang? tetapi mengapa masih berada di rumahnya.
Rara membalikkan badannya perlahan dengan menampilkan wajah yang cengengesan karena merasa malu telah berbohong.
"K-kok lo belum pulang?"
"Kenapa kamu tidak ke pesantren dan malah berpura-pura sakit seperti ini?" tanya Al dengan tangan yang bersedekap di dada.
"Oh itu..."
"Itu katanya Rara mau belajar ngaji sama kamu tapi dia malu dan gak tau harus bilangnya gimana jadi dia pura-pura sakit aja biar kamu kesini dan biar bisa ngomong kalau dia mau belajar ngaji" celetuk nek Rina yang datang tiba-tiba memotong perkataan Rara.
Keduanya menoleh ke arah nek Rina, Al yang terheran dan Rara yang nampak kebingungan dengan perkataan nek Rina. Sejak kapan dia berbicara akan belajar ngaji dengan guru ngeselinnya itu?
"Kenapa kamu tidak bilang kamu mau belajar ngaji sama saya?" tanya Al.
"Eh anu, gue enggak..."
"Takutnya kamu gak mau dan nolak katanya Gun" potong nek Rina lagi.
"Ishh nekk apaan sih" gerutu Rara.
"Apa? orang kamu yang bilang tadi.
"Gak ada ya aku bilang kaya gitu" ucap Rara dengan nada yang sedikit meninggi.
"Kalau kamu mau belajar ngaji, saya siap ajarin. Tapi harus di pesantren bagaimana kalau kita hari ini kepesantren dan kamu menginap di sana" usul Al.
"Hah nginap? Nggak-nggak gue gak mau" tolak Rara.
"Tidak apa kan nek? Kalau Rara setiap pulang sekolah harus ke pesantren dan nginap di sana?" tanya Al.
Nek Rina mengangguk, "Iya nggak apa-apa lagian nenek Seneng kalo kamu mau belajar ngaji.
"Tapi kan nek aku gak mau.
"Tidak ada yang perlu jawaban kamu, mau atau tidak kamu harus tetap ikut sama saya" tegas Al.
"Lo kenapa sih orang gue gak mau juga.
"Ih tadi aja kamu bilang mau belajar ngaji, tapi giliran orangnya sekarang udah mau kok kamunya yang gak mau?"
"Bukan gitu nek, tapi kalo aku tiap hari nginep di sana nenek sama siapa? sendirian dong?" ucap Rara yang masih mencari alasan agar tidak jadi ikut dengan Al.
"Ada mbok Lela tetangga sebelah yang nemenin nenek, udah jangan banyak alasan"
"Ishh nenek"
"Terus gue harus gimana? gue tidurnya di mana?" tanya Rara yang sudah sampai di Ndalem bersama Al.
"Mau di kamar saya?"
"Emang boleh?"
"Boleh"
"Terus lo tidurnya di mana kalo gue tidur di kamar lo?" tanya Rara lagi.
"Berdua sama kamu"
"Eh dasar guru mesum, guru cabul, enak aja gue tidur sekamar sama lo apalagi seranjang. Nenek cucumu ini nanti tidak perawan lagi" cicit Rara dengan omongan yang tidak masuk akal sama sekali.
"Jangan bicara sembarangan, nanti kalau ada orang lain dengar bisa salah paham" peringat Al.
"Enggak cuma ada lo sama gue di sini" jawab Rara.
"Hmm"
"Yang benernya gue tidur di mana?"
"Di asrama putri sebelah Ndalem biar dekat saya" ucap Al.
Rara tersenyum, namun senyuman yang seperti mengejek, "Auhhh gak mau jauh ya dari gue?" ledek Rara dengan menaik turunkan alisnya.
"Gak"
"Uhhh terbukti ya kalo guru ngeselin gak mau jauh dari muridnya yang cantik ini" kekeh Rara.
"Sepertinya sekarang kamu harus segera ke kamar kamu, biar saya panggilkan Ustadzah Aulia untuk mengantar kamu ke asrama.
Al pun berdiri untuk memanggil ustadzah Aulia yang sedang membantu para Ustadzah lainnya menyiapkan makanan untuk para santri dan santriwan nanti.
"Ustadzah mohon maaf sekali saya ingin meminta tolong untuk mengantarkan Rara ke asrama putri di sebelah Ndalem ini, oh ya untuk santriwati yang berada di kamar itu juga tolong apresiasinya untuk mau berbagi tempatnya dengan Rara" ucap Al.
"Nggeh Gus. Mari neng Rara saya antar" ucap Ustadzah Aulia.
"Bayy, gue kesana dulu jangan kangen wleee" Rara menjulurkan lidahnya mengejek Al, setelahnya merekapun enyah dari pandangannya Al.
"Sebenarnya ada hubungan apa abang dengan perempuan itu?" tanya Haikal yang masuk tiba-tiba, bahkan Al saja tidak tahu jika adiknya ini sedang berada di pesantren biasanya ia akan selalu pulang kerumahnya yang dulu.
"Kamu tidak pulang ke rumah?"
"Jawab pertanyaan Haikal bang, ada hubungan apa abang sama perempuan itu?" tanya Haikal sekali lagi.
"Tidak apa-apa dia hanya ingin belajar ngaji" jawab Al.
"Yakin? Haikal perhatikan semakin hari hubungan abang dengan perempuan itu semakin dekat bahkan tanpa tau batasan. Ingat ya bang, jangan mudah percaya sama orang, siapa tau dia mendekati abang hanya ingin harta abang.
"Dia tidak seperti yang kamu bilang, kenapa kamu bisa berpikir sampai situ? jangan menuduh orang sembarangan jika tanpa ada bukti" ucap Al karena tak terima jika Rara di tuduh seperti itu.
"Ya aku memang gak ada bukti, tapi aku akan buktiin kalo semua itu benar" kekeh Haikal.
"Kenapa kamu seakan menjelekkan dia? bukankah dulu kamu menyukai Rara?"
Jleb!! Haikal terdiam, dia harus menjawab apa lagi? ucapan kakaknya ini sangatlah menjebak, "Ya, aku dulu memang suka dia tapi sekarang tidak. Apalagi setelah melihat pendekatan kalian yang melampaui batas, bahkan hampir setiap hari aku liat abang sama dia. Aku yakin dia yang udah pengaruhi abang buat deket terus sama dia supaya dia bisa morotin abang.
"Haikal" nada bicara Al meninggi, adiknya ini sudah keterlaluan.
"Aku tau latar belakang dia bagaimana, gak ada salahnya bukan kalau dia deketin abang hanya karena harta?"
Al memejamkan matanya, lalu menghela nafas dengan panjang dan membuangnya dengan perlahan. Untuk saat ini kesabarannya sedang di uji, jadi ia harus lebih bisa mengontrol emosinya apalagi sekarang ini ia tengah berlawanan dengan adik kandungnya sendiri. Jangan sampai ia kelepasan.
"Sudahlah Kal, abang tidak mau masalah ini jadi panjang.
Gak mau ngomong apa-apa deh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments