"Buset, ini beneran? padahal gue cuma becanda nj*r, sumpah gue becanda doang woyy. Gak gak gue balikin lagi ya? gak mau ah gede banget tu duit" panik Rara ngeri sendiri.
"Gak usah, kamu simpan aja uangnya buat keperluan kamu atau mungkin buat bayar uang bulanan sekolah kamu juga boleh asal jangan di pakai untuk hal yang tidak berguna" jawab Al.
"Tapi gue gak mau, uangnya kegedean" ucap Rara gemetaran.
"Tidak apa-apa, hitung-hitung belajar untuk menampung uang banyak di rekening kamu" ucap Al terkekeh sendiri melihat ekspresi Rara.
"Y-ya tapi itu gue becanda mintanya, kenapa lo transfer beneran sih? udah gue bilang itu duitnya gede, kalo duit lo abis gimana? udah tarik lagi gue gak mau.
"Sombong sama kamu boleh kan?!! Rara, rezeki yang Allah kasih buat saya melampaui batas. Uang saya banyak, setiap hari uang saya bisa bermunculan. Saya kerja tak hanya jadi guru BTQ/PAI saja di sekolah kamu, melainkan saya juga sering di undang untuk mengisi acara-acara seperti kajian, dakwah dan banyak lagi di tempat-tempat random" jelas Al.
"Tiap hari?"
"Iya, setiap hari. Tapi ada waktu liburnya juga, Sabtu dan Minggu. Biasanya saya libur dulu karena Sabtu dan Minggu adalah hari di mana saya stay di pesantren" jelas Al.
"Tapi gue liat lo tiap hari diem-diem ae di pesantren."
Al terkekeh, "Iya, semenjak kamu ada di pesantren akhir-akhir ini saya jadi males ngisi acara."
"Kenapa gitu?"
"Karena saya gak mau jauh dari kamu.
"Ah elah pak pak, gombal lo" Rara menggeplak wajah Al.
"Saya tidak gombal, itu beneran.
"Hafalan surah yang saya suruh nanti di setorkan setelah sholat isya, saya tunggu kamu di ruang tengah Ndalem"
"Ahhh, padahal gue belum hafal satupun, kok lu gitu? Kasih waktu lagi dongg. Ya? Ya?" ucap Rara memohon dengan menampilkan wajah melasnya.
"Sudah saya berikan kamu waktu selama satu minggu Athara, apa waktu segitu belum cukup untuk kamu menghafal dua surah saja?" tanya Al dengan geram.
"Lo gak liat kalo gue selalu sibuk oncom, soal pr sekolah ini itulah ya kau pikir palaku gak mundeng?"
"Huftt" Al membuang nafasnya, "Nanti malam harus ke Ndalem, assalamualaikum" tekan Al, lalu pergi.
"Dih, orang belum tau juga. Gue toyor pala lu ya besok di sekolah."
"He neng" ucap Vano yang melintas di depan Rara bersama temannya, Devan. Masih ingat kan? teman dekatnya Al di pesantren.
"Apa lo" sentak Rara.
"Aeh buset, galak bener ya" pekik Devan kaget.
"Neng Rara lagi ngapain di sini? orang lain udah pada masuk masjid buat sholat maghrib loh, kok neng Rara masih di sini aja."
"Gue kesel tau gak sih."
"Kenapa neng?"
"Gara-gara si guru ngeselin temen lo itu" ucap Rara tepat di depan muka Devan.,
"Guru ngeselin?" Vano tengah berpikir, "Guru ngeselin siapa sih neng?"
"Gus Al Vanoo" ralat Devan, Vano hanya manggut-manggut saja.
"Oh iya neng, ngomong-ngomong soal Gus Al, sebenarnya neng Rara itu punya hubungan apa ya sama Gus Al? Kayanya kalian itu deket, bahkan Gus Al gak tau berjarak sama sekali sama neng Rara" tanya Vano.
"Hubungan? Kaga ada, cuma sebatas guru sama murid aja di sekolah. Tapi tu guru selalu mepet gue terus mungkin suka kali, terus kalo jam istirahat suka bawain gue bekel dari sini. Oh ya satu lagi, waktu itu gue di transfer uang sepuluh juta sama dia" ucap Rara dengan tampang polosnya.
"HAH? SEPULUH JUTA?" teriak Devan dan Vano barengan.
"Heem" jawab Rara menganggu.
"K-kok bisa sih neng? Uang sepuluh juta bukan jumlah yang sedikit, dan dengan gampangnya Gus Al ngasih neng Rara gitu aja?"
"Gak tau" Rara mengangkat bahunya petanda tak tahu.
"Piks, kalo Gus Al suka sama neng Rara" ucap Devan, "Coba lo pikir, Gus Al rela bawain bekel setiap hari buat neng Rara, Gus Al juga selalu ngasih perhatian lebih ke neng Rara, dan terakhir dia juga mentransfer uang sepuluh juta ke neng Rara."
"Daebak sih"
"Devan, Vano" panggil seseorang dari arah masjid.
"Eh iya Gus"
"Rara, masuk shaf nya sudah hampir penuh" ucap Al dengan tampang yang dingin, "Vano, Devan, tunggu apa lagi kalian? Masuk.
"Sabar kali ah, gue juga bakal masuk."
"Iya Gus, neng ngobrolnya besok lagi ya assalamualaikum."
"Kamu habis dari mana?" tanya Lila teman sekamar Rara.
"Setoran hafalan" jawab Rara, "Hampir mau remuk badan gue.
"Cuma setoran kok badan kamu hampir mau remuk, ngaco kamu ini.
"Enak aja lo hilang cuma? Cape tau gak, mana gue belum hafal udah di suruh setoran.
"Memangnya setoran apa ke Gus Al ?" tanya Lila.
"Surah Ad-Dhuha sama At-Tin" jawab Rara.
Sontak saja Putri dan beberapa teman sekamarnya menahan tawa, hanya surah Ad-Dhuha dan surah At-Tin dia bilang hampir remuk badan? Seandainya Rara tau, bagaimana susahnya menghafalkan satu Juz dalam waktu singkat untuk di setorkan ke Gus Al.
Tapi walaupun begitu, Lila dan beberapa temannya merasa tidak sepantasnya seperti itu. Bagaimanapun Rara di sini masih belajar.
"Belajarnya lebih giat lagi ya Ra, in syaa Allah nanti kamu bisa menjadi penghafal 30 Juz.
Rara menatap Lila "Ckkk ah, mana mungkin gue gak yakin.
"Selagi ada Allah apanya yang gak mungkin? Asalkan kamu terus berusaha dan terus berdo'a" ucap Lila"
"Iya bener itu Ra, selagi kamu selalu membawa Allah dalam setiap urusanmu, semuanya gak akan ada yang susah" ucap Via salah satu penghuni kamar yang Rara dan Lila tempati.
"Kalau di pikir kenapa kamu gak mau berhijab kalau kesekolah? Padahal kamu cantik loh kalau pakai hijab" ucap Lila.
"Gue takut di ejek temen-temen gue, terlebih lagi gue masih belum siap karena kalo pake hijab rasanya gerah panas lagi. Ribet pokonya.
"Dicoba dulu nanti terbiasa, pakai hijab hukumnya Wakatobi loh, apalagi kamu kan sudah baligh."
"Iya nanti gue coba ya, do'ain" ucap Rara memberikan senyum terbaiknya.
"Pasti, kita semua pasti akan mendoakan kamu yang terbaik. Tetap semangat kita yakin kamu pasti bisa.
"Aamiin, gue seneng punya temen baik kaya kalian di sini" Ucap Rara dengan tulus, laly mereka semua berpelukan.
"Ra" panggil Rio.
Rara yang sedang berjalan menoleh kebelakang sebentar, "Ya kenapa?" tanya Rara.
"Nanti istirahat makan bareng gue ya? usah lama kita gak makan bareng soalnya kalau istirahat lo selalu menyendiri di kelas" ajak Rio.
"Oh oke" Rara mengangguk-anggukkan kepalanya, "Tapi gue ajak Rani gak papa kan?" Tambahnya lagi bertanya.
"Gak papa lah, kita bertiga kan temen yakali gak ajak dia" jawab Rio.
"Athara" panggil seseorang, Rio dan Rara kompak menoleh ke arah suara.
"Pak" sapa Rio dengan sopan Al hanya membalas dengan senyuman tipis saja.
"Jangan lupa jaga jarak" peringat Al, refleks saja Rio menggeser tubuhnya agar sedikit menjauh dari Rara.
"Ada apa?" Tanya Rara.
"Nanti setelah jam istirahat, ada yang perlu saya bicarakan sama kamu."
Rara menoleh ke arah Rio, "T-tapi gue ada janji makan sam..."
"Euhh iya pak, Rara pasti mau Iyakan?"
"Tapi gue...."
"Gak papa kita bisa lain waktu" bisik Rio.
"Kenapa? Memangnya kalian mau apa? Mau kemana?"
"Mau makan bareng tapi gagal gara-gara lo" jawab Rara dengan jujur.
"Urusan kita lebih penting, nanti istirahat temui saya di taman belakang. Assalamualaikum.
"Ngeselin" gerutu Rara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments