Di tengah-tengah aktivitas mereka berdua, ternyata ada yang diam-diam memperhatikan mereka berdua. Tak lain dan tak bukan adalah Haikal, hari ini dia menginap pesantren.
"Bang Al benar-benar sudah terhipnotis oleh perempuan itu" guman Haikal mendengus kecil.
"Astaghfirullahaladzim Gus" Ustadzah Aulia tiba-tiba masuk dan mengagetkan mereka berdua. Sontak saja keduanya langsung menjauhkan diri mereka masing-masing.
"Ustadzah Aulia" ucap Al.
"Maaf gus, apakah pantas ya seperti itu?" ucap Ustadzah Aulia dengan bibir yang bergetar.
"Ustadzah!! tolong, ini tidak seperti apa yang ustadzah lihat. T-tadi saya terluka, terus Rara mengobati saya. Hanya itu tidak lebih" ucap Al penuh harap.
"Kamu jadi perempuan kenapa gatel banget sih? berani deket-deket sama Gus Al, kamu tau gak kalau Gus Al ini adalah anak kiyai Zaid yang paling di hormati di sini, seperti halnya Gus Haikal dan kiyai Zaid tersendiri" Ustadzah Aulia menunjuk-nunjuk Rara dengan mengucapkan kalimat tersebut.
"Saya pikir kamu itu baik ya, karena waktu kemarin kamu terlihat seperti wanita lugu, wanita baik-baik. Tapi ternyata saya salah, nyatanya kamu hanya wanita murahan yang tidak tau malu mendekati Gus kamu seenaknya" maki ustadzah Aulia.
"Ustadzah" Al mencoba menghentikan Ustadzah Aulia untuk berbicara, karena ini sudah malam takutnya kiyai Zaid dan semua orang yang tinggal di Ndalem mendengar keributan ini.
"Gue pikir lo juga gak pencemburu buta kaya gini, ternyata gitu ya. Gue bongkar aja deh di depan dia kalo ternyata selama ini lo suka sama dia" sahut Rara dengan tenang, ia masalah memasak sayuran dan daging yang sudah Al dan dirinya siapkan. Mengingat ini adalah perdebatan mulut, bawa santai aja dan lanjut masak.
"Ustadzah?"
"I-iya maaf Gus memang selama ini saya suka sama Gus Al, saya mau jika Gus Al bersedia menjadikan saya istri" ucap Ustadzah Aulia memejamkan matanya, tak sadar jika dia sudah mengucapkan kalimat itu.
"Harusnya sih malu ya" sindir Rara dengan halus. Gadis itu sembari menuangkan dagingnya yang sudah matang dari wajan.
"Diam kamu" bentak ustadzah Aulia, "Gus..."
"Ustadzah, saya mungkin memang menghargai perasaan ustadzah, tapi mohon maaf jika memang saya harus menjadikan ustadzah Aulia sebagai istri saya, sungguh itu tidak bisa. Karena saya takut membuat pujaan hati saja cemburu" ucap Al lemah lembut sembari melirik Rara yang tengah makan ketika mengucapkan kalimat 'Pujaan hati saya.
Mata ustadzah Aulia merah sekaligus berkaca-kaca, kesal, malu dan marah bercampur menjadi satu. Dalam hal ini menurutnya adalah sepenuhnya salah Rara, karena Rara ustadzah Aulia jadi harus mengucapkan perasaannya langsung kepada Al.
"P-pujaan hati? maksud Gus?"
"Jauhhh dari sebelumnya, saya sudah mempunyai pujaan hati " jawab Al.
"Tuh kan dengerin, dia udah punya cewe. Jangan ngarep lebih deh, gak mungkin guru gue suka sama lo" ucap Rara dengan entengnya sembari makan di meja makan dengan Al dan Ustadzah Aulia yang berdiri di depannya.
Ustadzah Aulia menatap Rara tak suka, "Tapi siapa?" tanyanya kepada Al.
"Maaf ya Ustadzah, sepertinya saya dan Rara harus istirahat" ucap Al mengalihkan pembicaraan, "Sudah kan makannya? kalau begitu kamu kembali ke asrama mu dan tidur, jam tiga bangun ya? jangan lupa untuk Tahajjud. "
"Siap sayangg" jawab Rara, "Bayyyy" tambah Rara dengan wajah tengilnya, lalu keluar dari dapur.
"Ustadzah, mohon kembali ke kamarnya ya?" Perintah Al, lalu ia pergi untuk menuju kamarnya.
"Dia bukan santri di sini, tapi udah seenaknya aja sama Gus Al. Gak bisa, saingan saya pasti nambah" gerutu Ustadzah Aulia.
"Ustadzah" pangil seseorang yang baru saja memasuki dapur.
"Eh Gus Haikal."
"Saya tidak suka dengan kedekatan mereka" ucap Haikal tiba-tiba, hal itu membuat ustadzah Aulia mendongak, ternyata ada juga yang tidak suka dengan kedekatan mereka selain dia sendiri.
"Rara omaygat, gue kangen sama lo" pekik Rani heboh memeluk Rara dengan erat ketika Rara sampai di kelasnya.
"Gue gak bisa napas Ran" Rara menepuk-nepuk pundak Rani.
"Eh sorry" Rani melepaskan pelukannya, "Gue kangen tau sama lo, semalam gue wa lo, telepon lo, tapi yang angkat malah nenek lo. Katanya lo mesantren, gue sedih banget tau nanti gak ada temen.
"Apa sih lebay lo, lagian gue ke pesantren karna kepaksa. Nenek gue gak ada akhlak jebak gue.
"Di pesantren mana?" tanya Rani.
"Al-Athar yang waktu gue bilang, pesantren tempatnya si guru" jawab Rara dengan wajah yang tak berekspresi sedikitpun.
"Lo kenapa sih? Kaya beda banget hari ini, sakit lo?"
"Kaga, gue ngantuk aja di sana tidur cuma beberapa jam aja, tadarusan mulu, udah lagi bangun jam 3 karna mau Tahajjud gak tidur lagi pula, ngantuk lah gue."
Rani tertawa dengan puas, tentu saja hal itu membuat Rara kesal karena merasa di ejek, "Kenapa lo ketawa? mau ikut juga biar ngerasain?"
"Eh enggak Ra haha.
"Udah ah masuk, gue mau tidur" ucap Rara dan terlebih dahulu masuk kelas.
"Awas lo di jam pelajaran tidur lagi.
"Bodo, gak mikirin"
"Sumpah ya, kok bisa gue punya temen kaya gini" ucap Rani terheran-heran.
"Inget ya kalau karna gue gak koma pasti sekarang gue udah kuliah dan bukan temen lo.
"Baru juga pertama ke kantin lagi malah ngantri, panjang lagi" keluh Rara ketika melihat antrian pembeli makanan yang ia inginkan.
"Sabar napa, inget orang sabar itu di sayang pak guru" Rani terkekeh.
"Udah pasti, dia selalu sayang sama gue" sahut Rara.
"Weh beneran ta?"
"Becanda"
"Ish" Rani berdecak.
"Minggir" tiba-tiba saja seseorang perempuan menyerobot antrian Rara dan Rani.
"Eh apaan sih, ngantri dong" bentak Rara.
"Kalo gue gak mau? gimana?" ucap perempuan itu dengan menantang.
"Ya lo harus tetep ngantri lah, lo pikir lo siapa bisa seenaknya nyerobot antrian gue sama Rani?"
"Lo gak tau ya? gue Jessica, siswa paling cantik di sekolah ini" ucap Jessica sambil mengibaskan rambutnya centil.
"Dih dih" Rani memiringkan bibirnya petanda jijik.
"Lo cantik bukan berarti lo bisa seenaknya aja jamall" balas Rara dengan memelototkan matanya, tak lupa dengan tangan yang di simpan di pinggangnya.
"Lo siapa sih? baru kali ini nih gue nemu cewe yang berani ngebantah gue, gak takut lo sama gue?"
Rara berdecak, "Heh lo pikir lo siapa mau gue takutin, orang sama-sama manusia ini, sama-sama makan beras lagi. Apa yang harus gue takutin?"
"Ya harus lah, lo harus takut sama gue. Lo anak IPS kan?"
"Iya kenapa?"
"Pantesan songong, gak level sih buat gue yang IPA" ucap Jessica dengan sombong.
Adu mulut antara Rara dan Jessica membuat para pengunjung kantin menjadikan mata mereka tertuju pada mereka berdua, sedangkan Rani, ia hanya diam tak tahu harus apa melawanpun rasanya ia tidak bisa.
"Dah minggir!! sana lo, gue laper mau makan. Kalo lo mau beli antri paling belakang sono jangan seenaknya ngerebut antrian orang. Dasar jamet" Serka Rara dengan mendorong tubuh Jessica ke samping sehingga membuat gadis itu terhuyung.
"Awwww" rintih Jessica.
"Lebay" ucap Rani.
"Biasalah, orang cantik sukanya menye-menye atau gak CAPER" Rara menekan kalimat kata caper.
"Lo bener-bener ya" Jessica bersiap menjambak rambut Rara, ia mengambil satu genggam rambut Rara dan menariknya, membuat Rara merintih kesakitan.
"Eh jamet, lepasin temen gue" ucap Rani berusaha memisahkan mereka berdua.
"Lo pikir gak sakit hah?" Rintih Rara membalas jambakan Jessica.
"Jamet, lepas gak sih?"
"Gak, temen lo harus di kasih pelajaran."
"Woyyy"
Plakkk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments