Firasat seorang bapak..

Anwar berdiri dipantai memandang jauh ketengah tengah lautan yg tak bertepi,ia mengingat hana yg mungkin sudah sangat mengkhawatirkan nasibnya.

Kesatuannya mungkin sudah menganggapnya mati dan mengirim pesan ke hana,terbayang hana yg menangis pilu.

Di sisi lain,hana masih sangat berkabung oleh berita meninggalnya suaminya,banyak Anggota TNI da POLRI yg datang menjenguknya,mereka mengucapkan turut berduka cita yg sedalam dalamnya,sementara hana masih belum bisa bangkit dari tempat tidurnya,tubuhnya lunglai kehilangan daya .

"Sabarlah hana,Allah akan memberikan jalan terang buatmu,banggalah menjadi istri seorang patriot", ucap salah satu ibu persit

"Saya merasa sungguh sial bu", ucap hana

"Husshh,jangan bilang begitu han,itu sudah takdir yg harus kamu jalani", ucap ibu persit tersebut

*********

"Pa,hana ingin kembali ke lembah", ucap ku

"Kenapa hana,kamu tetap harus bekerja nak", kata papa,menolak permintaanku.

"Jangan terbawa rasa duka terlalu mendalam,papa yakin semuanya akan baik baik saja", ucap papa.

Sekali lagi papa tak percaya jika kak anwar tidak meninggal,aku sebenarnya percaya ke papa yg tak pernah salah salah menafsirkan sesuatu,tapi surat batalyon tempat kak anwar bergabung sudah cukup membuktikan jika kak anwar,benar meninggal dunia.

"Semoga firasat papa tidak meleset", bathinku

Kuselalu berdoa disetiap sujudku untuk keselamatan kak Anwar.

***********

Setahun telah berlalu,harapanku untuk kembalinya kak anwar makin jauh,membuatku mulai putus asa,seiring keluarnya surat pindahku ke kabupaten lain.

Aku kembali memulai hidup baruku di kabupaten baru ini,dengan mengontrak sebuah rumah yg cukup untukku berdua dengan abdi yg sudah berumur 2 tahun

"Bu hana warga baru ya?", Ucap Seorang tetangga kontrakanku.

"Iya pak", ucapku.

Ia tersenyum menatapku

"Jangan panggil saya pak,saya masih cowok bu", ucapnya sambil tersenyum.

"Ya deh,maaf kalau begitu", aku tersenyum melihat tingkah pemuda ini yg kutafsir seumuran lani

"kerja dimana bu?", tanyanya

"Di Kantor bupati dek", Jawabku.

"Adek kuliah atau kerja?", tanyaku

"Saya kuliah sambil ojol bu", ucapnya malu malu

"Baguslah kalau begitu,itu lebih baik,lumayan juga untuk bayar kuliah kan", ucapku.

Lalu aku beranjak ketempat kerjaku,membawa abdi ikut ke kantor.

Abdi sangat pintar menyesuaikan diri di kantor tempatku bekerja,ia tak seperti anak anak yg lainnya yg jalan kesana kemari,abdi hanya diam ditempat,kalau mengantuk,tidur begitu saja.

"Suaminya bu hana,kerja dimana?", tanya seorang teman yg selalu memperhatikanku

"Ia tugas di pulau Natuna pak", ucapku

"Ooh,,artinya angkatan laut ya bu?", tanyanya

"Betul pak", jawabku singkat.

Aku menjadi sangat sedih saat ada yg menanyakan tentang suamiku dimana.

Rasa rasanya itu pertanyaan yg hanya menyudutkanku.mengejek kesialanku sebagai seorang wanita.

hari libur,kugunakan untuk mengajak abdi jalan jalan ke sebuah taman yg berada di tengah tengah wilayah perkantoran.

Aku duduk diatas dipan yg memang dibuat khusus untuk para pengunjung.

kuperhatikan seorang ibu separuh baya yg selalu memperhatikan gerak gerikku,sorot matanya tajam,menggetarkan dadaku,ia seperti memilki aura mistis dan penampilan mirip maestro

Saat matanya bertemu mataku,kuanggukan kepalaku dan tersenyum yg dibalasnya pula dengan senyum yg menurutku sangat aneh.

Ia mendekatiku dan kuberi tempat untuknya dan mempersilahkan duduk.

"Kamu orang mana?", tanyanya

Suaranya berat dan serak,lebih mirip suara laki laki

"Saya orang konawe ibu", jawabku

Aku tetap bersikap tenang,meskipun sebenarnya aku sangat takut

"Kamu jangan takut,saya juga orang konawe,namaku mbayo", ucapnya

"Panggil saja mbayo", tambahnya.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

"Dari tadi kamu kuperhatikan,permisi kamu orang tolaki kan?", tanyanya

"Iya mbayo", jawabku.

"Kamu kuperhatikan sedang dikelilingi aura gelap,jika tak kamu hilangkan,maka kesialan demi kesialan akan terus mengintaimu", ucapnya.

"O yaa,namamu siapa?", tanyanya

"Namaku hana mbayo", ucapku.

"Hana,,mbayo tak ada maksud apapun pada dirimu,mbayo hanya sedih melihatmu,kamu seperti dikelilingi asap yg sangat pekat,artinya hidupmu selalu dirundung masalah", ucap mbayo

"Mungkin itu garis tangan yg telah ditentukan Allah mbayo", sahutku

"Saya hanya mengingatkanmu,tak lebih dari itu", kata mbayo.

"Terima kasih,mbayo sudi mengingatkanku", sahutku.

Mbayo menggelengkan kepala melihatku.

Nampaknya ia merasa dongkol akan kekerasan kepalaku.

"Zaman telah berubah dengan pesatnya mbayo.bagiku,apa yg sudah di takdirkan Allah,maka itu pasti terjadi", kataku penuh rasa takut pada Allah

"Kau pikir cuma kamu yg berketuhanan,sayapun begitu,hanya saya tidak sepicik pikiranmu,yg sudah diintai musuh.masih terus asyik asyikan tanpa menyadari,musuh siap memangsamu", ucap mbayo.

Saya terdiam tak berani menjawab ucapan wanita hebat ini,aku memilih diam dengan jantung berdebar debar.

Yang dikatakan wanita ini,sebenarnya sangat sesuai dengan kehidupanku yg seperti diintai berbagai bahaya.tapi saya tidak tau,siapa sebenarnya wanita yg menyebut dirinya mbayo ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!