Akhirnya rahasia tentang rusa betina itu terkuak,tapi misteri tentang wanita yg selalu bertengger diatas pohon itu masih jadi rahasia keluargaku yg belum terpecahkan.
Wanita berpakaian serba putih itu,selalu bernyanyi sedih terdengar sangat pilu,seolah menyuarakan isi hatinya yg paling dalam
Pohon Sengon raksasa yg tumbuh di belakang rumahku saksi bisu akan kegundahan hati wanita itu
"Jangan terlalu digubris,ia hanya kandole,jelmaan wanita yg telah meninggal berpuluh puluh tahun yg lalu", ucap papa
"Apa ia tak mengganggu kita pa?", tanyaku
"Tidak akan nak,sebab.....",ayah tak melanjutkan kata katanya lagi
Aku jadi penasaran,tapi nyanyian itu mengusik hatiku,betapa dalam luka hati wanita itu.
"Untung saja,kandole itu absen saat kak Viona datang kesini", bathinku.
Suaranya timbul tenggelam terbawa angin yg kencang,dan ia bernyanyi lagi dengan suara yg kian terdengar menyedihkan.
Aku mengintipnya lewat celah celah kamarku,aku terkejut melihat papaku keluar membawakan sapu lidi yg sudah dipasangi gagang panjang,ia terdengar mengancam kandole itu.
"Pergilah,jika tidak kutusukkan sapu ini di tubuhmu", ucap papa
"Hee Muradi,dimana kau simpan bayiku?", tanyanya yg membuat darahku seolah berhenti
"Bayi siapa yg dimaksud kandole itu?", tanyaku dalam hati
"Masih berani bertanya,kubakar kau Nurani!", bentak papa
"hiks hiks hiks tega betul kau padaku muradi", terdengar kandole itu menangis,lalu terbang menjauh
Aku terduduk lesu mendengar penuturan kandole itu,sepertinya papa ada menyimpan suatu rahasia,hingga kandole itu berulang kali kebelakang rumahku.
Liburan tinggal beberapa lagi,kulihat mama sudah sangat sibuk didapur,ia membikin bagie kesukaanku,kue kering yg terbuat dari sagu,kelapa,gula aren dan telur.
"Mama tidak usah terlalu repot", ucapku
"Tak mengapa nak,sekalian juga buat oleh oleh untuk nak Viona", ucap mama
Kuperhatikan dengan seksama,mama sebenarnya sangat tak pantas tinggal di desa,ia kelihatan sangat cantik dan berkelas,seandainya ia di dandani sedikit tentu tak kalah dari istri istri pejabat sekalipun.
Lalu aku terbayang kandole semalam,wajahnya kena sorot sinar rembulan,terlihat juga sangat cantik dengan rambut panjang yg tergerai
"Sepertinya Nurani kandole itu,ada hubungan yg erat dengan papa", ucapku dalam hati.
"Hana,bungkus gula merahnya nak", ucap mama,ia memberiku daun pisang kering.
Akupun membungkus gula merah itu,tapi hatiku terus dilanda kecemasan,bayang wajah kandole itu terus menghantuiku
"Mama pernah dengar nama Nurani nggak?",tanyaku ke mama
Mama menggeleng,tak nampak kecemasan di wajah mama ataupun keterkejutan membuatku jadi tenang sedikit.
"Maa,aku minta air niranya sebotol", ucapku pada mama yg sibuk mengemasi oleh olehku untuk kubawa ke kota
"Sudah mama sediakan han", ucap mama
***************
Lani sudah siap siap dari tadi untuk mengantarku ke desa,beberapa oleh oleh sudah ada dalam pikulan papa untuk menuju desa.
Sepanjang jalan kulihat raut wajah papa lain dari biasanya,ia lebih banyak diam
"Apa mungkin karena kandole semalam yg membuat papa jadi kepikiran", bathinku
"Kak hana,lihat ituu ada burung bangau besar!", teriak hana menunjuk ke atas
"Iya lani,burungnya cantik sekali sayang tidak bawa panah", ucapku
Burung bangau besar itu seperti mengikuti langkah kami ke desa,terlihat ayah memandang burung itu,seolah merasa tak senang.membuatku heran.
"Syukurlah kamu tiba tepat waktu hana", ucap pak kades
"Emangnya kenapa pak?", tanyaku
"Hari ini ada rombongan pegawai yg akan ke kota,kamu boleh ikut", ucap pak kades.
Akupun segera berangkat ke kota lagi dengan perasaan sangat sedih,akan berpisah dengan papa,mama dan lani yg kusayangi
"Maaf ya hana,kami tak bisa mengantarmu ke tempat tujuan,soalnya masih sangat jauh", ucap sopir
"Iya pak,disini saja", ucapku
Padahal aku merasa takut turun disini,jalannya sepi dan jarang dilalui angkutan,tapi harus gimana lagi.
"Mau kemana dek?", tanya seorang lelaki yg kira kira berumur 30 tahun
"Mau ke perumnas pak", jawabku
"Sini kuantar dek", ucapnya
"Aku tak mengenal orang ini,apa mungkin ia tidak berbuat macam macam terhadapku?", tanyaku dalam hati
"Naiklah dek,jangan takut,aku orang baik kok", ucapnya lagi
Ia kelihatan agak memaksa,membuatku jadi gak enak hati.kulihat ia menelpon,membuat perasaanku makin berkecamuk penuh ketakutan.
"Naiklah disini dek", ucap seorang lelaki yg baru datang mengendarai mobil
Laki laki yg naik motor itu tiba tiba menarik tanganku dengan paksa,dan menyeretku naik ke mobil yg baru datang itu,namun aku mengadakan perlawanan,hingga tarik menarik terjadi antara aku dan lelaki bermotor itu yg dibantu sopir yg baru datang.
Tiba tiba saja
Sreeeetttt!!!!
Datang seekor burung besar mencakar wajah kedua lelaki itu dan menggelepar kesakitan,belum puas begitu si burung itu mencabik leher kedua lelaki itu hingga tewas,membuatku panik dan berlari dari tempat itu.
Akupun tiba dijalan raya,untung ada angkutan yg akan masuk kota,dengan napas tersengal sengal,aku naik duduk di angkutan dan meminta mengantarku ke tempat tujuan meskipun harus melebihkan ongkos.
"Kenapa tak menelponku hana", ucap kak Viona saat kuberitahukan hal itu
"Aku panik dan ketakutan kak", ucapku
"Ya sudah,lain kali hati hati", ucap kak Viona
Aku memikirkan penolongku,seekor burung besar,yg tentunya bukan burung biasa,ia dengan sigap menolongku tapi sampai menghilangkan nyawa orang yg hendak mencelakaiku,entah itu pertolongan dari mana?,maksudnya apa?, yang jelas aku sudah beberapa kali tertolong
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments