.
.
.
💐💐 HAPPY READING 💐💐
Olivia masih tetap belum masuk kerja, namun hari ini dia akan stand by di kedai pertamanya. Kedai boba yang pertama memang lebih besar, dan sekarang juga sudah mulai menjual menu bakaran.
Tit tit tit
Suara alat meteran listrik sudah minta untuk diisi. Olivia bukannya tidak mendengarnya, dia hanya pura-pura dan menulikan telinganya saja.
" Telinga kamu tidak dengar itu suara tat tit tat tit dari tadi?."Tanya Jeni menegur Olivia.
" Apa hubungannya denganku?."Tanya Olivia pura-pura tidak paham dengan ucapan Jeni.
" Tidak perlu pura-pura, cepat sana beli token listriknya sebelum listrik ini mati. Begitu saja kok tidak paham, kalau sampai mati rumah ini nanti bakalan gelap dan AC dikamarku tidak akan bisa hidup. Aku tidak bisa tidur kalau tidak pakai AC, memangnya kamu tidur pakai kipas angin."Seru Jeni mencibir Olivia sambil tersenyum kecut.
Olivia mah bodo amat, pemakaian listrik dirumah itu memang lebih banyak Jeni. AC dikamar Jeni itu pemborosan, apalagi sekarang Jeni selalu menonstopkan AC meskipun dia tidak ada dirumah.
Ekor mata Olivia melirik sinis ke arah Jeni yang sedang memainkan ponselnya sambil menuggu Adrian yang masih bersiap-siap.
" Jeni, itu pakaianmu dan suamimu bawa saja ke laundry sana. Ibu tidak sanggup untuk mencucinya, lama-lama kok kamu jadi keenakan sih tidak mau mengurus pakaian mu sendiri. Mana mesin cuci sudah dari 3 hari yang lalu rusak, hanya bisa tabung pengeringnya saja. Ibu lelah setiap hari mengurus rumah ini sendirian, sekarang juga Olivia sudah tidak mau lagi membantu pekerjaan rumah. Kasih uang belanjapun sudah tidak mau lagi, sehari-hari kita hanya makan dari hasil Ayahmu saja. Itupun sangat pas-pasan sekali."Ucap Ibu Harti mengeluh.
" Kenapa kamu tidak mau membantu pekerjaan rumah? Apa kamu mau aku usir dari rumah ini, dasar anak pu...."
" Jeni !!."Teriak pak Anwar dengan lantang.
Seketika Jeni langsung terdiam dan tidak berani melanjutkan perkataannya tadi. Beruntuk pak Anwar segera datang dan menghentikan Jeni, jika tidak pasti saat ini akan terjadi perdebatan yang semakin panas. Olivia hanya pura-pura tidak tahu saja, biar semuanya untuk sementara ini aman.
" Apa? Kamu mau mengatakan aku anak apa? Jangan karena kamu anak pertama, terus kamu mau seenaknya saja. Adrian, ajari istrimu ini yang namanya tahu cara balas budi. Oh iya, apa kamu ini tidak malu masih saja menumpang disini? Mana tanggung jawab mu sebagai seorang suami? Sudah menumpang tidak tahu diri !!."Ucap Olivia menatap tajam Adrian yang baru saja keluar dari kamar.
" Jeni, sekarang kamu pergilah bekerja. Jangan berdebat lagi, Ayah pusing setiap hari mendengar dan melihat kalian ribut seperti ini."Ucap pak Anwar sengaja meminta Jeni untuk berangkat kerja agar perdebatan selesai dan mulut Jeni tidak mengucapkan yang tidak-tidak.
Hhhuuuuuuu
Jeni mendengus dengan kesal, meskipun Jeni kesal diapun mengikuti apa yang dikatakan oleh Ayahnya. Dia menarik tangan Adrian untuk keluar menuju motornya berada. Jeni sendiri memang sudah tahu jika Olivia hanya anak angkat dari sepupu ibunya. Tapi dia tidak tahu jika rumah yang saat ini dia tempati itu adalah rumah milik orang tua kandung Olivia.
" Mas, aku semakin hari semakin kesal dengan Olivia. Apa lebih baik aku minta Ayah dan ibu untuk mengusir Olivia ya, Mas."Ucap Jeni meminta persetujuan Adrian.
" Kamu yakin kedua orang tua kamu mau mengusir Olivia? Bagaimanapun, Olivia itu adalah adik kamu dan dia juga anak orang tua kamu. Nanti apa kata para tetangga kalau sampai mereka tahu Olivia diusir oleh orang tuanya sendiri."Ucap Adrian.
" Olivia itu bukan anak kandung."Ucap Jeni memberitahu Adrian.
Ciittttttt
Adrian langsung mengerem motornya dengan mendadak. Beruntung saat ini baru sampai di jalanan perkampungan sehingga tidak ramai kendaraan yang berlalulalang. Adrian kaget saat Jeni mengatakan jika Olivia bukan anak kandung dari mertuanya.
" Mas, kamu mau kita m4ti? Beruntung masih dijalanan kampung."Seru Jeni sambil memukul pundak Adrian.
" Maaf sayang maaf, aku tadi kaget saat kamu mengatakan kalau Olivia bukan anak kandung orang tuamu. Apa yang kamu katakan itu benar?."Tanya Adrian ingin memastikan jika pendengarannya tadi tidak salah.
" Benar, Olivia itu anak sepupunya ibu. Sudahlah, nanti di rumah aku ceritakan detailnya. Sekarang lebih baik kita cepat berangkat ke kantor, lihat nih matahari sudah mulai panas. Coba kalau kita punya mobil pasti kita tidak akan panas-panasan mas."Seru Jeni menginginkan mobil.
" Iya nanti kalau kita sudah punya banyak duit kita beli mobil."Jawab Adrian menyenangkan hati Jeni.
Adrian kembali memaju kendaraannya menuju perusahaan tempat mereka bekerja. Belum apa-apa Jeni sudah minta beli mobil, jangankan untuk beli mobil. Untuk bayar cicilan motor saja bingunng dan pas-pasan. Apa Jeni kira beli mobil itu cukup dengan uang 1 juta atau 2 juta saja.
Sementara itu di rumah kedua orang tua Olivia, saat keadaan rumah sudah sepi. Para anak dan menantu sudah berangkat ke tempat kerjanya masing-masing. Pak Anwar dan ibu Harti sedang berdiskusi tentang Olivia yang semakin hari sudah tidak perduli lagi dengan mereka.
" Pak, bagaimana ini pak? Kalau Olivia seperti ini terus, bisa-bisa kita cuma bisa makan tahu tempe kangkung saja. Ibu juga lelah pak mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian terus. Dulu Olivia masih mau bantuin cuci gosok, masak bahkan beres-beres rumah. Sekarang semua ibu kerjakan sendirian pak, uang juga ibu sudah tidak punya. Dua kali arisan terpaksa ibu jual gelang ibu untuk menutupi uang arisan ibu."Ucap ibu Harti mulai mengeluh dengan kehidupannya.
" Haahh... Ini juga gara-gara ibu dan Jeni. Coba kalau ibu tidak setuju saat Jeni meminta untuk mendekati dan menikah dengan Adrian, pasti hal ini tidak akan terjadi. Olivia berubah seperti ini semenjak Jeni dan Adrian menikahkan? Sebenarnya bapak waktu itu kurang setuju saat Jeni dan Adrian mau menikah, sampai memanfaatkan uangnya Olivia untuk biayanya. Tapi mau bagaimana lagi? Ternyata Jeni sudah hamil duluan."Ucap Pak Anwar.
Hhhuuufffff
Ibu Harti membuang nafas dengan kasar, apa yang diucapkan suaminya memang benar. Olivia berubah semenjak dia gagal menikah, jangankan memberikan uang belanja. Untuk sekedar menyapu rumahpun dia sudah tidak mau, hanya kamar pribadinya saja yang dia bersihkan.
" Pak, itu listrik bagaimana? Bapak ada uang untuk beli token tidak? Uang 50 ribu yang bapak kasih ibu semalam sudah ibu belanjakan beras 1 liter sama sayuran, tidak ada sisanya sama sekali."Ucap ibu Harti.
" Ini bapak cuma ada uang 25 ribu saja, sudah sana ibu beli yang 20 ribuan saja. Untuk AC dikamar Jeni sementara dimatikan dulu, kalau cuma beli 20ribu dan dipakai untuk AC juga pasti cuma tahan 2 hari saja."Ucap pak Anwar sambil mengeluarkan uang 25 ribu dari dompetnya.
Ibu Harti menerima uang 25 ribu itu dengan perasaan gundah. Kalau AC dimatikan pasti saat pulang kerja nanti Jeni akan marah karena kamarnya tidak dingin. Jeni paling tidak bisa berada didalam kamar yang panas, sehingga meskipun dia tidak dirumah AC tetap menyala full, agar saat dia pulang kamar terasa dingin dan sejuk.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Sunarti
anak aja sampe di manja gak liat keadaan pula utk hidup harian sdh susah itulah akibatnya mana tau Jeni pekerjaan taunya kan tinggal pake
2023-09-10
0
Hafifah Hafifah
gini lw anak selalu dimanja dan kurang didikan g bisa menghargai orang tua
2023-07-18
1
Septania Sari
Manja bener kamar harus selalu adem . Tidur sama di halaman rumah 😂 klu mau selalu semilir😆 . Mau enak tapi tak mau keluar biaya. Minta dong uang suami buat beli token tuh , malu dong punya suami tp makan tidur dll numpang di rumah Oliv😌
2023-07-18
0