Bab 2. Agar bisa menderita

"Mas? Apakah aku boleh meminta sesuatu padamu? Mungkin ini untuk yang terakhir kali," ucap Deandra yang masih terngiang-ngiang di kepala Bumi.

"Kamu boleh meminta apapun dan tidak ada kata terakhir untuk memenuhi semua keinginan kamu. Apapun akan aku lakukan asalkan kamu bahagia," jawab Bumi sambil mengelus pipi pucat milik Deandra.

"Apapun itu?" tanya Deandra memastikan sekali lagi yang segera mendapat anggukan dari Bumi.

"Katakanlah, Sayang." Bumi pun berulangkali mengecup punggung tangan Deandra gemas. Seakan, rasa cintanya tak pernah habis walau sudah mengetahui jika Deandra sakit keras dan mungkin sudah tak secantik dulu lagi, akibat pengobatan yang dilakukan.

"Aku tidak yakin apakah umurku akan panjang dan bisa melihat Arta tumbuh dewasa. Jadi, menikahlah dengan Senja, Mas."

Mendengar permintaan tak masuk akal dari Dea, wajah Bumi mendadak muram. "Kamu kenapa sih? Berapa kali pun kamu memintaku untuk menikah lagi, aku tidak mau," tolaknya mentah-mentah.

"Tolong pikirkan Arta juga, Mas. Dia butuh sosok ibu dalam hidupnya dan Senja adalah orang yang tepat. Akku tidak mungkin menitipkan Arta pada Naura walau dia adikku. Kamu tahu sendiri bagaimana sikap dia pada Arta," jelas Dea yang semakin membuat Bumi kesal.

"Kamu bicara apa sih? Kamu akan sembuh dan sehat seperti sediakala. Tolong, berjuanglah demi aku dan Arta. Bagaimana nasib kami jika kamu pergi?" Raut wajah Bumi tampak nelangsa, membuat Deandra seketika tak tega.

Helaan napas kasar pun terdengar. "Apapun yang terjadi nanti, aku harap kamu mau melakukan keinginanku untuk yang terakhir kali, Mas."

"Senja begitu mencintai kamu. Aku yakin dia bisa mengurus kamu dan Arta dengan baik. Tolong. Jaga Senja ya, Mas. Dia sudah tidak memiliki keluarga lagi jika aku pergi. Kamu sahabat Senja juga. Apa salahnya mencoba menjalin hubungan."

Bumi terpaku mendengar penjelasan Deandra bila Senja mencintai dirinya. "Kenapa kamu selalu memikirkan Senja? Dia sudah dewasa dan tahu apa yang harus dilakukan. Sesekali coba pikirkan dirimu sendiri," kesal Bumi lalu mengusap wajahnya kasar.

Deandra hanya tersenyum lembut. Sangat lembut sampai Bumi tak mampu lagi untuk marah. "Aku tidur dulu ya, Mas. Badanku rasanya lelah. Kamu jangan lupa bahagia ya." Setelah mengucapkan kalimat itu, mata Deandra benar-benar terpejam untuk selamanya.

"Sudah sore, Bum. Kita pulang dulu. Arta butuh kamu," ucap Pak Adhi yang masih setia menemani sang Putra menangisi kepergian istri tercintanya.

Lamunan Bumi tersentak. Dia menghela napas sesak dan menghapus air mata yang seakan tidak ada habisnya. "Aku pulang dulu, De. Besok aku akan datang lagi," ucap Bumi pada foto Deandra yang terpajang rapi di atas gundukan tanah yang masih basah.

Pak Adhi yang menyaksikan bagaimana putranya berduka, hanya bisa menepuk-nepuk pelan bahu Bumi penuh sayang. Seakan, beliau ingin mengatakan jika beliau selalu ada.

Bumi pun beranjak dari pemakaman bersama dengan sang Surya yang mulai condong ke barat, bersiap pulang menuju peraduan.

Sedangkan di tempat lain, Senja berusaha mengembalikan fokus pada Arta yang kini sedang memintanya menemani bermain. Sejak tadi, kepalanya berputar-putar tak tentu arah hingga rasanya ingin meledak.

Hari ini merupakan titik terendah dalam hidup Senja. Dia benar-benar merasa hidup sendiri di dunia ini. Dia harus mengulas senyum di hadapan Arta walau dalam hati dia sedang berduka.

"Ante kenapa?" tanya Arta yang menyentak lamunan Senja.

Dia menundukkan kepala untuk bisa menatap mata bulat bocah laki-laki yang mirip sekali dengan Dea. "Tidak apa-apa," jawabnya mengulas senyum.

"Mama macih di lumah cakit ya, Ante?" tanya Arta lagi begitu polos dengan bahasa cadel nya. Mendengar pertanyaan itu, Senja mendongakkan kepala untuk menghalau air mata yang akan turun.

"Iya. Mama masih berobat biar tidak sakit lagi," bohong Senja lalu membekap mulut karena tak kuasa menahan isakan tangis.

"Alta macih nunggu Mama. Cemoga Mama tidak cakit lagi," ucap Arta begitu tulus mendoakan sang Mama.

'Mama kamu sudah tidak sakit lagi. Mama kamu sudah sembuh di atas sana bersama Tuhan,' batin Senja menjawab ucapan Arta.

Senja masih berpaling dan sibuk menghalau air matanya. Dia ingin pulang agar bisa menangis sepuasnya. Namun, belum ada seorang pun yang peduli pada Arta karena mereka sedang dalam kondisi berduka. Siapa lagi yang akan menemani Arta di saat seperti ini. Sedangkan Senja sudah berjanji pada Dea untuk menjaga Arta.

"Papa!" pekik Arta berlari ke arah pintu masuk, membuat Senja sedikit bisa bernapas lega. Akhirnya, Bumi pulang. Namun, ketika melihat kondisi Bumi saat ini, Senja merasa tidak tega bila harus meninggalkan Arta. Bumi sedang berkabung dan mungkin butuh waktu untuk menerima kenyataan jika Deandra yang dicinta telah tiada.

Setelah beberapa saat Arta dalam gendongan Bumi, Pak Adhi mengambil alih cucunya. "Sama Opa dulu, Sayang. Papa mau bicara dengan Tante Senja," jelas beliau lembut sehingga mudah dipahami oleh Arta.

Bocah itu mengangguk patuh dan beralih ke gendongan Pak Adhi. Beliau juga menepuk pelan bahu Bumi sambil memberi kode anggukan.

Kini, tersisa Senja dan Bumi yang berada di ruang bermain Arta. Di depan masih ada beberapa pelayat yang ber bela sungkawa atas kepergian Deandra. Suasana di ruangan itu mendadak canggung setelah kejadian di rumah sakit saat Bumi mengatakan jika Senja egois.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Bumi terdengar dingin dan datar.

Senja tahu itu. Setelah apa yang terjadi di antara dia dan Bumi, keduanya memang harus bicara. "Kita memang harus bicara," jawab Senja merasa seperti ada tembok pembatas yang menghalangi. Tidak seperti beberapa hari yang lalu ketika sikap Bumi masih begitu hangat padanya.

Tari yang sedang duduk bersila, tidak berniat bangkit dari sana. Dia bisa melihat Bumi melangkah dan duduk di kursi belajar milik Arta. "Dea sudah mengatakan jujur padaku jika kamu mencintaiku."

Jantung Senja bagai ingin keluar dari tempatnya. Bagaimana bisa Dea tahu jika selama ini dia memiliki rasa pada Bumi?

"Kamu pasti bertanya bagaimana Dea bisa tahu? Namun, itulah Dea. Wajar jika sampai hari ini cintaku padanya masih begitu besar. Deandra memang begitu luar biasa."

"Entah apa yang ada dipikiran Dea sampai setiap harinya dia tidak berhenti memikirkan kamu. Padahal, kamu hanya sahabatnya, bukan keluarga," ucap Bumi begitu sinis dan sarkas.

Senja hanya mampu menundukkan kepala. Apa yang dikatakan Bumi memang benar adanya. Dia bukan siapa-siapanya Dea.

"Hingga di akhir napasnya pun, dia masih memikirkan kamu. Dia memintaku untuk menikah denganmu agar kamu tidak perlu merasa sendiri lagi. Kamu tahu? Hal itulah yang membuatku mulai tidak suka padamu sejak dulu. Kamu selalu meminta bantuan Dea padahal istriku itu memiliki kesibukan. Kamu egois. Kamu tidak pernah memikirkan kondisi Dea saat itu. Aku anggap, penyakit yang menyerang Dea adalah hasil dari memikirkan nasib hidup kamu. Dea itu sudah bertindak berlebihan padahal dia bukan ibumu."

Bumi berucap panjang lebar yang berhasil menampar Senja berulangkali. Bolehkah jika Senja merasa terluka akan ucapan Bumi padanya? Secara tidak langsung, Bumi menganggap Senja adalah pengganggu.

"Aku akan menikahi kamu sesuai permintaan Deandra. Aku sudah berjanji untuk melakukan apapun demi Dea. Jangan pernah kamu berpikir jika suatu hari nanti cintamu akan terbalas. Hal itu tidak akan terjadi karena cintaku sudah habis untuk Dea. Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan."

Bumi kembali memperjelas kuasanya. Membuat Senja terluka berkali-kali akibat pedang ucapan Bumi yang menghunus jantungnya.

"Kamu harus setuju agar kamu bisa menderita hidup bersamaku," sambung Bumi lagi dan Senja hanya bisa memejamkan mata menahan luka.

Terpopuler

Comments

Sherin Gilang

Sherin Gilang

bagus novel nya baru bab pertama udah hujan air mata😭😭

2023-10-28

1

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦₉

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦₉

astaga..terniat banget kamu bumi..menikahi senja hanya ingin membuat senja menderita.

2023-08-18

0

itin

itin

bersakit sakit dahulu menderita kemudian. karna siapa yang tau keadaan esok hari. ada yang ber Kuasa membolak balikkan keadaan dan perasaan manusia. kelak bumi mencinta semiga senja sudah berlalu berganti kabut. HaHa. tapi harus sabar sampai dibab itu terjadi

semangatttt atornya

2023-07-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!